KKB Papua

DARIMANA Pelontar Granat yang Dipakai KKB Menyerang Pos Marinir hingga Komandan Marinir Gugur ?

agar tidak ada lagi oknum - oknum TNI dan Polri yang terlibat terus dalam transaksi penjualan senjata api dan amunisinya kepada kelompok KKB Papua,

Editor: Tariden Turnip
facebook
DARIMANA Pelontar Granat yang Dipakai KKB Menyerang Pos Marinir hingga Komandan Marinir Gugur ? Ucapan duka atas gugurnya Komandan Peleton (Danton) Letda Mar Muhammad Ikbal dan Pratu Mar Wilson Anderson di Kenyam, Nduga, Papua 

Senjata GLM digunakan KKB Egianus Kogoya menjadi sorotan, karena mungkin pertama kali KKB menggunakan senjata ini menghadapi aparat.

Dari mana KKB Egianus Kogoya mendapatkan pelontar granat GLM ?

Cendekiawan Papua, Dosen Universitas Cenderawasih yang juga aktivis gereja Marinus Yaung mengaku terkejut mendengar kabar KKB Egianus Kogoya sudah punya senjata GLM pelontar granat yang digunakan menyerang pos Marinir di Kenyam, Nduga.

''Titip doa buat semua hamba Tuhan pagi ini agar tidak ada lagi oknum - oknum TNI dan Polri yang terlibat terus dalam transaksi penjualan senjata api dan amunisinya kepada kelompok KKB Papua,'' tulisnya di akun facebooknya.

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri yang menyebut kelompok yang melakukan penyerangan itu diduga Egianus. Sebab, Egianus memiliki persenjataan lengkap.

"Kelompok Egianus merupakan KKB yang memiliki persenjataan paling banyak, salah satunya adalah GLM hasil rampasan," kata Mathius, Sabtu.

Mathius mengatakan, kontak senjata sempat terjadi selama tiga kali, yaitu pada pukul 17.50 WIT, 18.45 WIT, dan 19.45 WIT.

Pengamat Intelijen dan Terorisme Stanislaus Riyanta menyebutkan berdasarkan informasi yang diperolehnya, GLM yang digunakan kelompok tersebut merupakan senjata rampasan.

"Jadi beberapa kali aksi mereka merampas dari personel TNI, lalu mereka gunakan senjata itu untuk melawan aparat," ungkapnya.

Agar tidak kalah dalam medan, kata Stanislaus, harus ada peningkatan kualitas prajurit TNI untuk lebih menguasai medan, misalnya adanya perekrutan terhadap masyarakat asli Papua untuk menjadi prajurit TNI lebih dimaksimalkan.

"Saya yakin sudah ada orang asli Papua yang bertugas di situ, tapi mungkin belum cukup," ungkapnya dilansir kompas.com.

Selain itu, kata Stanislaus, TNI juga harus meningkatkan kualitas prajuritnya saat bertugas, seperti kualifikasi perang hutan, perang gerilya.

"Kemudian pendekatan kepada masyarakat, dengan operasi-operasi intelijen untuk memperoleh informasi yang detail terkait keberadaan kelompok separatis teroris ini," jelasnya.

Kabar penyerangan sudah beredar di masyarakat Stanislaus menyebut, kabar yang beredar rencana penyerangan itu sudah beredar di masyarakat, tetapi tidak tahu kapan.

Dengan pendekatan intelijen tersebut, sambungnya, informasi-informasi akan banyak datang sehingga bisa dilakukan deteksi dini dan cegah dini.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved