Breaking News

Wanita Disekap

Cerita Pekerja Asal NTT yang Disekap, Berawal Dari Loker Facebook Hingga Mau Dikirim ke Singapura

Cerita pekerja asal NTT yang disekap di lokasi penampungan yang ada di Tembung, hingga akhirnya lolos dan penyiksaan

Editor: Array A Argus
HO
Katarina Kewa Tupen (21), pekerja asal NTT yang disekap dan dianiaya di lokasi penampungan berhasil diselamatkan 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Katarina Kewa Tupen (21), wanita asal Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga menjadi korban penyekapan di tempat penampungan yang berbeda di Kota Medan.

Korban tertipu lowongan kerja yang dicarinya dari media sosial (medsos) Facebook Kota Kupang.

Lusi Tampubolon, yang saat ini mendampingi korban menjelaskan, awalnya Katarina hendak mencari pekerjaan buat dirinya.

"Dia (Katarina) mencari lowongan kerja di Facebook, ketemu lowongan nya, lalu berkomunikasi dia sama yang nawarkan itu," kata Lusi kepada Tribun-medan.com, Kamis (14/4/2022).

Ia mengatakan, korban pun tertarik karena ditawari pekerjaan di panti jompo dengan gaji Rp 2 juta perbulannya.

Baca juga: Kasihan Sekali, Pekerja Asal NTT Disekap Hingga tak Bisa Jalan, Terduga Pelaku Malah Minta Rp 7 Juta

"Katanya dikerjakan untuk ngurus penghuni panti jompo, gajinya dua juta. Dia pun tertarik sama kerjaan itu," sebutnya.

Lusi mengungkapkan, setelah itu dengan proses yang mudah, korban langsung diberikan tiket pesawat untuk terbang ke Kota Medan.

"Proses nya begitu cepat, langsung dibelikan tiket dia. Yang nawari pekerjaan itu di Facebook juga orang NTT, makanya dia percaya," tuturnya.

Lusi mengatakan, sekira bulan Maret 2022,  Katarina tiba di Kota Medan untuk bekerja di panti jompo.

"Korban ini sampai ke Medan tanggal 22 Maret. Langsung dia dibawa ke tempat penampungan," kata Lusi.

Baca juga: KISAH SEDIH Pembantu Asal NTT, Diusir Majikan Cuma Gara-gara Salah Pakai Handuk

Kemudian, setelah sesampainya di Medan, pemilik penampungan bernama Ahmad Yani Siregar langsung menyodorkan kontrak kepada korban.

Namun, korban terkejut membaca kontrak tersebut karena tidak sesuai dengan perjanjian di awal.

Dimana dalam surat perjanjian itu, tertulis bahwa korban akan diberangkatkan ke Singapura.

"Terkejut dia. Jadi dia menolak tanda tangan," bebernya.

Lebih lanjut, Lusi mengungkapkan saat itu korban mencoba meminta handphonenya yang telah disita untuk menghubungi pihak keluarga.

"Jadi dia berbohong sama pengurus penampungan itu, dia bilang sedang sakit dan meminta handphonenya mau menghubungi keluarga untuk menanyakan obat," kata Lusi.

Selanjutnya, korban ini pun diberikan handphonenya.

Baca juga: Cerita Suster Yayasan Putri Hati Kudus Selamatkan Pekerja NTT yang Ditelantarkan

Katarina langsung menghubungi keluarga dan mencoba menelpon call center polisi 110.

Pemilik penampungan mengetahui korban menghubungi polisi, langsung melakukan penganiayaan terhadap korban dan menyekapnya di dalam kamar.

"Kakinya dipukul karena ketahuan ngubungi polisi, pemilik penampungan itu yang mukul langsung," tuturnya.

Selang beberapa minggu kemudian, korban ini pun berhasil diselamatkan oleh penggiat kemanusiaan paguyuban NTT, pada Selasa (29/4/2022) silam.

Sebelumnya diketahui, pekerja asal NTT ini disekap di satu tempat penampungan milik PT Mitra Asia Sehati yang beralamat di Perumahan Griya Albania, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

Akibat dugaan penyekapan dan penganiayaan ini, Katarina Kewa Tupen yang merupakan warga asal Kelurahan Lambunga, Kecamatan Kelubagolit, Flores, NTT ini sampai tak bisa jalan.

Wanita malang itu terpaksa menggunakan kursi roda.

Menurut Lusi Tampubolon, pegiat kemanusiaan paguyuban NTT, terbongkarnya kasus dugaan penyekapan dan penganiayaan terhadap Katarina Kewa Tupen bermula pada Selasa (22/3/2022) silam.

Baca juga: KISAH SEDIH Pembantu Asal NTT, Diusir Majikan Cuma Gara-gara Salah Pakai Handuk

Saat itu korban baru saja tiba di Kota Medan dan dijanjikan akan bekerja di satu panti jompo. 

Setelah satu minggu berada di Kota Medan, persisnya di penampungan milik PT Mitra Asia Sehati yang dikelola oleh Ahmad Yani Siregar, ternyata Katarina Kewa Tupen tidak dipekerjakan sebagaimana mestinya.

Lusi Tampubolon menerima laporan pada 29 Maret 2020 dari seorang pastor, bahwa pekerja asal NTT itu malah disekap oleh pihak penampungan.

Atas laporan itu, Lusi Tampubolon kemudian mencari tahu keberadaan Katarina Kewa Tupen.

"Pada saat itu saya langsung cek di Google Map nama PT tersebut, ternyata statusnya tutup. Saya bilang ke pastor," sebutnya.

Baca juga: Ganjar Sambut dan Beri Wejangan Politik pada Calon Politikus Muda Asal NTT yang Nekat Menemuinya

Lalu, Lusi menghubungi rekannya yang tinggal di kawasan Batangkuis bernama Alpon. 

Dia meminta bantuan Alpon melacak lokasi pasti penampungan PT Mitra Asia Sehati tersebut. 

"Kebetulan anak ini (Katarina) ada nomor handphone nya, saya hubungi, saya tanya keberadaannya, katanya di Jalan Bersama Ujung," tuturnya.

Saat dihubungi, Katarina mengatakan kepada Lusi bahwa kondisi kakinya sedang dalam keadaan sakit.

"Saya bilang kamu (Katarina) diam saja di situ, nanti kamu akan saya ambil. Tapi setelah ini, SMS atau telepon kamu hapus, pasti nanti dicek mereka (pengawas penampungan)," katanya. 

Baca juga: Wanita Asal NTT Ikut Pilwalkot di Australia, Mampu Kalahkan 4 Pesaing

Saat berbincang via pesan singkat itu, Katarina mengaku dirinya akan dibawa ke satu tempat untuk berobat.

Karena Lusi khawatir, dia kemudian berkoordinasi dengan Polrestabes Medan. 

"Ternyata dia dibawa kusuk ke Jalan Mandala. Saya cek tempat tinggal di penampungan itu. Saya pun datang ke Polsek Percut Seituan untuk meminta pertolongan mau mengambil anak itu," katanya.

Selanjutnya, ia pun mencoba menghubungi keluarga korban di NTT untuk meminta identitas dan foto korban agar mudah dikenali.

"Saya minta identitasnya kepada keluarga sama foto terakhir, untung saja waktu malam itu komunikasi ke kampungnya bagus," ucapnya.

Ia menyebutkan, setelah mendapatkan identitas korban, dirinya bersama dengan personel Polsek Percut Seituan langsung menuju ke lokasi penampungan.

Baca juga: Bentuk Apresiasi, Warga di NTT Arak Patung Jokowi Seberat 700 kg Menuju Puncak Bukit Sunu

"Kami pergi dengan empat orang polisi ke lokasi, Babinsa dan kepala desa juga ikut. Sampai di sana kita temui ada tiga orang laki - laki yang merupakan penjaga penampungan itu, pemilik nya tidak ada," sebutnya.

Lusi mengatakan, setelah menunggu lama, akhirnya pemilik penampungan bernama Ahmad Yani Siregar datang bersama dengan rekannya.

"Pemilik rumah itu datang bersama orang perawakan India, lalu kami dibawa ke Polsek Percut Seituan. Sesudah itu korban baru mengaku sempat dianiaya oleh pemilik penampungan," tuturnya.

Pemilik penampungan tersebut juga sempat meminta uang ganti rugi kepada korban sebanyak Rp 7 juta.

Namun, korban tidak memberikan nya.

Hingga akhirnya kedua belah pihak pun berdamai di Polsek Percut Seituan.

"Pemiliknya sempat minta ganti rugi Rp 7 juta. Kita dibawa ke polsek, lalu didamaikan. Pada saat itu kami berpikir bagaimana adik kami selamat, tidak ada pikiran mengadukan penganiayaan atau TPPO," ucapnya.

Namun, setelah kejadian tersebut pihaknya pun memilih melaporkan kejadian ini ke Polda Sumut atas dugaan Tindakan Pidana Perdagangan Orang (TPPO).(cr11/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved