Perang Rusia Ukraina
PRESIDEN Putin Ganti Kepala Intelijen Rusia dengan Jenderal Kelahiran Ukraina, Ini Penyebabnya
Perwira intelijen militer yang diyakini telah mengatur peracunan pada 2018 terhadap mantan agen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia
TRIBUN-MEDAN.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengganti badan intelijen FSB dengan GRU untuk menangani konflik di Ukraina.
Perwira intelijen militer yang diyakini telah mengatur peracunan pada 2018 terhadap mantan agen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury kini telah ditugaskan untuk memimpin operasi tersebut.
Penggantian badan intelijen itu dikabarkan karena Vladimir Putin kecewa dengan kinerja FSB sebagaimana disadur dari Tribun Wow.
Dilansir dari Daily Mail, Selasa (10/5/2022), Vladimir Alekseev, seorang perwira terkemuka dari cabang GRU yang sangat termiliterisasi - direktorat intelijen militer Rusia, kini telah mengambil alih komando operasi mata-mata Rusia di Ukraina.
Hal ini terungkap setelah Putin dilaporkan menjatuhkan FSB, dinas intelijen domestik Rusia, dari perannya menyusul awal perang.
Perubahan strategis tersebut merupakan perubahan signifikan dalam kepemimpinan 'operasi militer khusus' Moskow.
Laporan ini diakui publik untuk pertama kalinya minggu lalu ketika saluran TV pro-Putin Tsargrad mengidentifikasi Alekseev sebagai jenderal mata-mata teratas yang mengawasi operasi intelijen Rusia.
Menurut rekan senior Center for European Policy Analysis (CEPA) Irina Borogan dan Andrei Soldatov, Letnan Jenderal Alekseev, yang lahir di Ukraina, adalah mantan operasi pasukan khusus Spetsnaz.
Ia memiliki reputasi kebrutalan selama aksi militer Rusia di Suriah dan wilayah Donba.
Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina mencantumkan Alekseev sebagai penjahat internasional kelahiran Ukraina yang terlibat dalam pembantaian anak-anak dan wanita Suriah.
Tetapi Alekseev dianugerahi gelar 'Pahlawan Federasi Rusia' oleh Putin pada tahun 2017 untuk keberanian dan kepahlawanan yang ditampilkan dalam tugas militer.
Diketahui, selain reputasinya yang menakutkan untuk kebrutalan di Suriah dan operasi militer di wilayah Donbas dari 2014 dan seterusnya, Alekseev secara luas diyakini telah memerintahkan peracunan agen ganda Rusia Skripal dengan senjata kimia Novichok yang sekarang terkenal di Salisbury pada 2018.
Tiga operator GRU, dengan alias Sergei Fedotov, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, dituduh melakukan percobaan pembunuhan ketika mereka mengolesi Novichok (racun syaraf) di pintu depan Skripal.
Skripal dan putrinya Yulia keduanya selamat tetapi mengalami sakit parah setelah serangan itu.
Perwira polisi Inggris Nick Bailey dan warga Salisbury Charlie Rowley juga menderita luka-luka, sementara pasangan Rowley, Dawn Sturgess yang berusia 44 tahun, meninggal karena terkena racun saraf.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Presiden-Rusia-Vladimir-Putin-da.jpg)