Berita Samosir Terkini
SETELAH Dihina Wakapolres Samosir, Pastor Sabat Nababan Tuliskan Buah Permenungannya, Begini Isinya
Peristiwa yang melecehkan imamat yang Engkau anugerahkan kepadaku. Ajarilah aku agar tetap memiliki keluasan hati, dan tidak terbakar oleh sakit hati.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
Bapa itu berkata “ bapak Pastor, saya minta maaf atar kejadian tadi, saya menyesal dan sudi kiranya bapak pastor memaafkan saya. Saya bukan saja bersalah, tetapi sungguh berdosa karena telah berkata tidak baik kepada wakil Tuhan,” Saya menjawab, bagi saya tidak ada persoalan, tetapi bagi masyarakat yang menyaksikan peristiwa itu telah menjadi persoalan, apalagi bapak berkata saya pastor gadungan”.
Dengan panjang lebar saya sampaikan bebarapa hal atas kejadian tersebut “bapak dan saya sama-sama pelayan masyarakat, tetapi ketika saya dengan pelayanan darurat untuk orang yang sekarat bapak bertindak demikian dengan berkata saya arogan.
Tolong bapak tunjukkan atas dasar apa bapak berani mengatakan saya arogan. Bapak juga mengatakan “apakah kau tidak kenal bahwa saya WAKAPOLSEK?” Maka saya jawab apakah bapak menganggarkan jabatan kepada saya?
Kemudian bapak itu berkata” sudahlah bapak Pastor, saya sudah berdosa, mohonlah saya dimaafkan. Peristiwa ini akan menjadi pelajaran berharga untuk saya dan akan menjadi kenangan untuk hidup saya.
Dalam kebesaran jiwa, dan hati yang teduh saya katakana saya memaafkan bapak, tetapi masyarakat yang menyaksikan peristiwa itu akan menilai sendiri. Bagi saya tidak ada persoalan atas peristiwa itu, tetapi masyarakat akan mempersoalkannya.
Dengan mengiba bapak itu minta agar saya juga meredam reaksi masyarakat dan mungkin dia sudah takut bahwa reputasi dan jabatannya terancam. Tidak mempanjang perbincangan lagi, bapak itu menyodorkan tangan agar berjabat tangan tanda perdamaian disaksikan bapak purba.
Kami akhirnya berfoto seolah sangat akrab, dan keluar dari kantor paroki menuju pendopo pastoran melanjutnya menyeruput kopi yang masih tersisa. Di pendopo pembicaraan menjadi sangat hangat dan si wartawan pulang tanpa perlu lagi wawancara.
Tuhanku, hari ini Engkau sungguh hadir menguji hambamu ini untuk menunjukkan kasihMu dengan mengampuni orang yang bersalah. Hanya karena keluasan kasihMu saya sanggup menerima peristiwa yang melecehkan imamat yang Engkau anugerahkan kepadaku. Ajarilah aku agar tetap memiliki keluasan hati, dan tidak terbakar oleh sakit hati.
(cr3/tribun-medan.com)
