Gempa Afghanistan
Pemimpin Taliban: Ini Gempa Paling Mematikan di Afghanistan 2 Dekade Terakhir, Korban Tewas 1.000
Gempa Afghanistan berkekuatan magnitudo 5,9 tercatat sebagai bencana alam paling mematikan dalam kurun dua dekade terakhir. 1.000 orang meninggal
TRIBUN-MEDAN.com - Gempa Afghanistan berkekuatan magnitudo 5,9 yang terjadi pada Rabu (22/6/2022) pagi pukul 01.30 waktu setempat, tercatat sebagai bencana alam paling mematikan dalam kurun dua dekade terakhir.
Korban tewas sudah tembus 1.000 orang. Sementara korban luka berkisar 1.500 orang.
Korban diperkirakan terus bertambah karena masih banyak yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya.
Dilansir dari BBC, Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada mengatakan, ini adalah gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade terakhir.
Foto-foto yang diperoleh BBC memperlihatkan ratusan rumah hancur jadi puing-puing.
Jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah.
Kepala Penerangan Provinsi Paktika, Mohammad Amin Hazifi, mengatakan bahwa 1.000 orang tewas dan 1.500 lainnya luka-luka.
"Tim penyelamat masih mencari orang lain yang terkubur di bawah tanah," tambahnya.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) awalnya menyebut gempa bermagnitudo 6,1. Titik pusatnya berada di 44 km dari Khost dengan kedalaman 51 kilometer. Namun kemudian dimutakhirkan dengan M5,9.
Gempa terjadi pada Rabu (22/6/2022) pagi pukul 01.30 waktu setempat, ketika banyak orang sedang tertidur di rumah.
Pusat gempa berada sekitar 44 km di bagian tenggara Kota Khost.
Badan PBB Unicef di Kabul menyebutkan, Taliban telah meminta bantuan internasional untuk penanganan gempa dan korban.
"Otoritas de facto (Taliban) mengulurkan tangan pagi ini meminta PBB di Afghanistan untuk mendukung mereka dalam hal kebutuhan dan evakuasi yang terkena dampak," kata Mort, pejabat Uniceh di Kabul.
Gempa bumi cenderung menyebabkan kerusakan yang signifikan di Afghanistan. Pasalnya, tempat tinggal di sebagian besar daerah pedesaan dibangun sederhana dengan kualitas yang tidak memadai.
Seorang petani di desa terpencil, Gyan, mengatakan, bahwa tim penyelamat resmi belum tiba di desanya yang menjadi salah satu lokasi terdampak paling parah.
