Budaya
Mengenal Prosesi Panjang Pernikahan Adat Suku Melayu
Adanya beragam suku bangsa, agama, budaya serta kelas sosial menimbulkan bervariasinya upacara pernikahan.
Penulis: Rizky Aisyah |
6. Mengajak dan Menjemput
Acara mengajak dan menjemput adalah bagian dari persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin.
Pelaksanaan dalam pekerjaan ini didalamnya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama.
Sebelum diadakan acara mengajak dan menjemput, terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah calon pengantin perempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak dan dijemput.
7. Menggantung-gantung
Sebelum majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu kepada pekerjaan menggantung-gantung.
Pekerjaan menggantung ini biasanya dilakukan 4 atau 5 hari sebelum hari pernikahan.
Pekerjaan yang dilakukan di rumah calon pengantin perempuan ini adalah berupa persiapan-persiapan.
Yaitu membersihkan dan menghias rumah dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari kain.
Mengganti dan memasang ”lansi tingkap”, memasang dan menghias tempat tidur baru yang lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis pernikahan tersebut.
Termasuk membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne” atau “peti ratna/peti rakna”.
Yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur pengantin.
Acara menggantung biasanya didahului dengan tepung tawar dan kenduri kecil atau doa selamat. Supaya semua kerja yang dilakukan akan mendapat berkah dari Allah SWT.
Yang ditepung tawari adalah tempat di sekitar pelaminan.
8. Berandam
Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya.
Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.
Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
Berandam adalah memotong atau mencukur rambut, baik calon pengantin laki-laki maupun perempuan.
Untuk calon pengantin laki-laki biasanya yang dicukur adalah rambut yang tumbuh di kepalanya saja.
Sedangkan, untuk calon pengantin perempuan meliputi rambut yang tumbuh tipis di tengkuk, pelipis dan dahi.
Pencukuran ini, khususnya untuk calon pengantin perempuan, biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah.
9. Limau Manis Limau Setawar
Setelah kegiatan mencukur, seorang ibu atau yang biasa disebut Mak Andam mengelilingi calon pengantin perempuan sebanyak 3 kali, dengan membawa buah kelapa yang dibentuk seperti puncak gunung dan dililit dengan benang lima warna.
Tujuannya agar calon pengantin memiliki keturunan yang tampan atau cantik, sedangkan benang lima warna yang melilit diharapkan rezeki calon pengantin mengalir terus bagaikan air sungai.
10. Berinai
Upacara berinai dilakukan dengan tujuan untuk menolak bala dan melindungi pengantin dari marabahaya, meningkatkan aura dan cahaya pada pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria.
Berinai berarti mengoleksi kuku jari tangan dan kaki dengan inai.
Makna yang terkandung dalam kegiatan ini yaitu hidup baru, artinya dengan berinai sepasang muda mudi telah melangkahkan kakinya memasuki kehidupan berumah tangga.
11. Akad Nikah
Akad nikah adalah salah satu rangkaian dari proses perkawinan yang paling utama, sebab dengan dilaksanakannya akad nikah sepasang muda-mudi telah resmi menjadi suami-isteri.
Tempatnya biasanya di depan pelaminan.
Disitulah sepasang calon pengantin duduk berhadapan dengan seorang Kahdi dan dua orang saksi di atas bunta.
12. Tepuk Tepung Tawar
Acara selanjutnya, setelah akad nikah, adalah bertepuk tepung tawar.
Pada dasarnya tujuan pelaksanaan bertepuk tepung tawar ini adalah untuk menghilangkan sial- majal. Atau perasaan duka bagi yang ditepuk- tepung-tawari, sehingga hidupnya akan selamat dan sejahtera.
Pelaksanaan bertepung tawar diawali dengan penaikkan pengantin perempuan ke pelaminan (peterakne) yang diikuti oleh pengantin laki-laki.
Setelah keduanya duduk di pelaminan, seorang kakek atau nenek, atau orang yang dituakan dari pihak pengantin perempuan diminta untuk memulainya.
Selanjutnya, penepung-tawaran ini dilakukan secara bergantian (berselang- seling).
Untuk melaksanakan acara ini diperlukan perlengkapan, seperti: daun gandarusa, rumput sambau, daun puding emas, akar ribu-ribu.
Dan bahan-bahan yang pada gilirannya akan dijadikan sebagai penyapu atau pencacah, seperti : beras kunyit, beras basuh, bertih, air bedak berlimau, inai cecah dan inai untuk tari.
13. Berambih
Setelah acara bersanding selesai, maka pada malam harinya, pengantin laki-laki hanya boleh tidur sendirian di atas pelaminan.
Karena menurut adat (zaman dahulu) kedua pengantin tidak diperbolehkan tidur bersama pada malam pertama (selesai bersanding).
Bahkan, sampai kurang lebih selama satu minggu pengantin laki-laki mesti tidur sendirian. Masa ini oleh masyarakat setempat disebut “masa belum bertegur”.
Untuk mempercepat habisnya masa itu pengantin laki-laki harus bisa menarik perhatian pengantin perempuan.
Salah satu caranya adalah dengan meletakkan tempat uang di atas bantal. Sang istri sewaktu dia meninggalkan rumah.
Peletakkan itu tentunya akan mudah diketahui oleh Sang istri, yaitu ketika sedang membersihkan tempat tidurnya.
Dan, ini pada gilirannya akan membuat adanya komunikasi, sehingga terwujud tegur-sapa, makan bersama, dan akhirnya tidur bersama. Sebagai catatan, hal seperti itu dewasa ini jarang terjadi.
(cr30/tribun-medan.com)