News Video
Survei Fakultas Pertanian USU, Ekosistem Pesisir Sergai Rusak karena Alih Fungsi Kawasan
Fakultas Pertanian Universitas Sumut menemukan, telah terjadi kerusakan ekosistem kawasan di pesisir di Kab. Sergai.
Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Fariz
TRIBUN-MEDAN.com, SERGAI - Hasil riset dari program studi Fakultas Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara menemukan, telah terjadi kerusakan ekosistem kawasan di pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai.
Salah satunya kawasan yang telah sangat rusak ada di Kecamatan Bandar Khalifah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Vindy Rilani Manurung mengatakan, hasil survei yang mereka lakukan mendapati kondisi ekosistem mangrove di bibir pantai di Sergai banyak yang telah rusak.
Vindy menyebut, kerusakan ekosistem disebabkan banyaknya alifungsi kawasan hutan mangrove.
"Kerusakan ini disebabkan karena abrasi pantai, sedimentasi, kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat sekitar wilayah pesisir menyebabkan pelestarian ekosistem mangrove manjadi kurang optimal," kata Vindy, Senin (1/8/2022).
Akibat hal itu, kawasan pesisir mengalami abrasi serta sedimentasi. Selain itu, kata Vindy, para nelayan disana juga mulai merasakan dampak dari kerusakan kawasan tersebut.
"Selain itu dampak yang dikeluhkan oleh nelayan menurunnya hasil tangkapan ikan. Dan jika dibiarkan kemungkinan dampak dari hal ini dapat meluas," kata dia.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak kerusakan kawasan pesisir, Vindy bersama tim yang tergabung dalam Program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Tahun Anggaran 2022, melaksanakan penanaman pohon mangrove.
Kegiatan itu dilakukan dengan mengajak kelompok masyarakat dan Kelompok Usaha Bersama (KUBU) yang merupakan lembaga masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
Dengan mengusung tema, teknik pembibitan mangrove dalam upaya rehabilitasi dan optimalisasi fungsi kawasan ekosistem pesisir, Vindy berharap masyarakat dapat menjadi penggerak kelestarian kawasan pesisir.
"Kami didampingi oleh Pokmaswas, penyuluh perikanan dan mahasiswa menuju lokasi pembibitan mangrove. Untuk tahap awal sudah terlaksana 70 persen dengan membangun bedeng ukuran 5x10 meter untuk pembibitan yang ditanam sebanyak 2.500," kata dia.
"Setelah ini akan dilakukan diobservasi dalam waktu 3 bulan mendatang melihat perkembangannya. Pembibitan mangrove ini diharapkan dan nelayan dapat menghasilkan bibit mangrove secara mandiri, dalam jangka panjang meningkatkan ekonomi masyarakat serta mengembalikan fungsi fisik dan ekologi mangrove itu sendiri," tambah dia.
Vindy mengatakan perlu kesadaran bersama untuk
dapat melakukan pemulihan kawasan di pesisir pantai yang ada di Kabupaten Sergai.
Karena itu dia berharap, kelompok masyarakat dan pemerintah daerah dapat bekerjasama untuk mengurangi kerusakan.
Salah satunya adalah dengan melakukan penanaman pohon mangrove di daerah pesisir. Selain dapat mencegah abrasi dan perubahan iklim. Hutan mangrove juga dapat menjadi rumah bagi satwa satwa air seperti ikan, kepiting, udang dan lainya.