Laut China Selatan
ISU Kudeta Presiden Xi Jinping Menjelang Kongres Partai Komunis ke-20 pada 16 Oktober Mendatang
Presiden Xi juga menghadapi kritik keras hak asasi manusia (HAM) dari komunitas internasional atas kebijakan represif di wilayah barat laut Xinjiang
Namun, dilansir dari Reuters, menurut laporan kantor berita negara China, Xinhua, hukuman mati tersebut akan diubah menjadi penjara seumur hidup setelah dua tahun, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Pengadilan mengatakan Sun Lijun yang sebelumnya menjabat sebagai Mantan Wakil Menteri Keamanan Publik China telah menyalahgunakan kekuasaannya di sejumlah posisi berpengaruh antara 2001 dan 2020.
Pria berusia 53 tahun itu mengaku bersalah pada Juli lalu karena menerima suap lebih dari 646 juta yuan (91 juta dollar AS). “(Sun) dirampas hak politiknya seumur hidup dan semua properti pribadi harus disita," kata pengadilan dalam putusannya pada Jumat (23/9/2022), laporan Reuters.
Dalam pernyataannya, pengadilan China menyebut pelanggaran lainnya yang dilakukan Sun termasuk memanipulasi pasar sekuritas dan memiliki senjata api secara ilegal.
Diketahui bahwa dalam satu dekade sejak Presiden Xi Jinping naik ke tampuk kekuasaan, dia telah mengobarkan kampanye melawan korupsi di Partai Komunis yang berkuasa.
Otoritas China telah mengumumkan serentetan hukuman terhadap tokoh-tokoh tingkat tinggi dalam bulan ini, seiring kampanye anti-korupsi yang meluas menjelang Kongres Partai Komunis ke-20 pada 16 Oktober mendatang.
Jawaban atas kampanye anti-korupsi yang meluas ini diperkirakan untuk mengamankan masa jabatan ketiga Presiden Xi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa tokoh pejabat lain yang mendapatkan hukuman penjara belum lama ini termasuk kepala polisi provinsi Shanghai, Chongqing, dan Shanxi.
Sebelumnya, pada Kongres Partai terakhir pada tahun 2017 lalu, Xi Jinpin berjanji akan terus menargetkan "harimau" dan "lalat", yang merujuk pada pejabat elit dan birokrat dalam perjuangannya melawan korupsi.
Hubungan China dan AS Semakin Memburuk
Selain tekanan politik dari dalam pemerintahan, Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi pada Jumat (23/9/2022) mengatakan kepada Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bahwa hubungan China-AS saat ini dalam kondisi rusak parah, dan AS harus mengambil pelajaran dari kondisi itu.
Wang menyampaikan pernyataan tersebut dalam pembicaraan mereka di lokasi Misi Tetap Republik Rakyat China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedua diplomat itu turut menghadiri Sidang Majelis Umum PBB ke-77 yang sedang berlangsung.
Wang mengatakan bahwa hubungan China-AS berada di titik kritis, dan sangat penting bagi kedua belah pihak, dengan sikap bertanggung jawab terhadap dunia, sejarah, dan masyarakat di kedua negara, untuk mengadopsi pendekatan yang tepat demi mewujudkan kerukunan antara dua negara besar, serta berupaya untuk menghentikan kemerosotan lebih lanjut pada hubungan bilateral dan menstabilkannya kembali.
Wang secara spesifik berfokus pada pelanggaran-pelanggaran terbaru yang dilakukan pihak AS terkait masalah Taiwan, secara komprehensif menguraikan posisi resmi pihak China.
"Masalah Taiwan merupakan inti dari kepentingan inti China, dan hal itu memiliki bobot yang signifikan di dalam benak rakyat China," demikian Wang menekankan. "Misi kami adalah untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial, dan sama sekali tidak ada ambiguitas tentang hal itu," ujar Wang kepada Blinken.
Wang mengingatkan Blinken bahwa AS telah membuat komitmen politik yang jelas kepada China mengenai masalah Taiwan, termasuk tiga komunike bersama China-AS yang dicapai beberapa dekade lalu dan pernyataan yang berulang kali disampaikan oleh pemerintah AS saat ini bahwa pihaknya tidak mendukung "kemerdekaan Taiwan." "Namun, apa yang telah dilakukan AS bertentangan dengan komitmennya, dalam berbagai upaya untuk merusak kedaulatan nasional dan integritas teritorial China, menghalangi tujuan besar reunifikasi damai China, dan terlibat dalam apa yang disebut sebagai strategi "menggunakan Taiwan untuk mengekang China," ujar Wang.