Laut China Selatan

ISU Kudeta Presiden Xi Jinping Menjelang Kongres Partai Komunis ke-20 pada 16 Oktober Mendatang

Presiden Xi juga menghadapi kritik keras hak asasi manusia (HAM) dari komunitas internasional atas kebijakan represif di wilayah barat laut Xinjiang

Editor: AbdiTumanggor
(Photo by MANDEL NGAN/AFP)
Isu Taiwan menjadi salah satu topik yang alot dibicirakan Biden dan Xi dan masalah pelanggaran hak asasi manusia yang terus meluas terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. 

Sementara, seorang pengamat China, Roger Garside, percaya Presiden Xi berpotensi dicopot dari jabatannya dalam skenario "kudeta" yang dilakukan oleh komplotan pro-demokrasi.

Selama ini, Xi Jinping selalu dinilai sebagai sosok kuat dan dilihat secara luas sebagai pemimpin yang paling berkuasa di China sejak kepemimpinan Ketua Mao. Namun, mantan diplomat Roger Garside memprediksi, isu kudeta yang akan dilakukan oleh saingannya di Partai Komunis China, berpotensi melengserkan Xi dari kursinya.

"Kediktatoran totaliter ini secara lahiriah kuat tetapi lemah di dalam," ujar Roger Garside, dikutip dari DW News. "Hal itu perlu dilakukan untuk membantu oposisi internal rezim totaliter Xi Jinping".

Roger Garside menyinggung soal ancaman utama bagi Presiden Xi Jinping adalah orang yang berada dalam jajaran teratas Partai Komunis.

Roger Garside yakin momen China membebaskan diri akan terjadi. "Tapi dengan kekuatan eksternal yang bekerja juga. AS dan sekutunya harus mengadopsi strategi yang lebih agresif terhadap China," kata Roger.

Untuk pertama kalinya baru-baru ini, Presiden Xi mendapatkan protes keras dari orangtua siswa. Para orangtua menilai buku pelajaran sekolah yang menyingung soal propaganda pro-pemerintahan seperti gaya Korea Utara.

Propaganda yang dilakukan Presiden Xi dinilai mulai seperti diktaktor China Mao Zedong dan sangat mengganggu: "Kami tidak ingin anak saya yang berusia 10 tahun menjadi sasaran omong kosong semacam ini".

China Hukum Mati Eks Menteri Kehakiman karena Korupsi Rp247,3 Miliar

Situasi politik semakin memanas, ketika Pengadilan China menjatuhkan hukuman mati dengan penangguhan penahanan selama dua tahun terhadap seorang mantan menteri kehakiman karena diduga korupsi lebih dari 117 juta yuan (Rp247,3 miliar lebih). 

Di mana Fu Zhenghua (67) dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Rakyat Menengah Changchun di Provinsi Jilin, China timur laut. Namun, menurut putusan pengadilan, hukuman mati terhadap Fu dapat diringankan menjadi penjara seumur hidup setelah menjalani penangguhan penahanan dua tahun penjara.

Diketahui, Fu Zhenghua menjabat sebagai menteri kehakiman antara Maret 2018 hingga April 2020. Dia dituduh mengambil keuntungan dari posisinya antara tahun 2005 hingga 2021, termasuk menerima suap senilai lebih dari 117 juta yuan dan melanggar hukum untuk keuntungan pribadi.

Pengadilan mencabut hak politik Fu seumur hidup dan menyita semua harta pribadinya. "Setelah penangguhan hukuman mati selama dua tahun, hukuman Fu dapat diubah menjadi penjara seumur hidup sesuai dengan hukum, tetapi tidak ada pengurangan lebih lanjut atau pembebasan bersyarat yang akan diberikan kepadanya," bunyi putusan pengadilan hari Kamis, seperti dikutip dari CGTN, Jumat (23/9/2022).

Fu Zhenghua pernah memegang banyak posisi seperti kepala Biro Keamanan Publik Kota Beijing, wakil menteri keamanan publik, menteri kehakiman, dan Wakil kepala Komite Nasional dari Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China untuk Urusan Sosial dan Hukum (CPPCC).  Menurut pengadilan, Fu telah menyembunyikan bukti yang melibatkan dugaan kejahatan serius yang dilakukan oleh saudaranya; Fu Weihua, saat menjabat sebagai kepala biro keamanan publik Beijing antara tahun 2014 hingga 2015.

Mantan Wakil Menteri Keamanan China Dipenjara Seumur Hidup karena Suap

Selain Fu Zhenghua, mantan pejabat tinggi keamanan China juga menghadapi hukuman penjara seumur hidup atas kasus penyuapan dan kejahatan lainnya. Menurut Pengadilan Rakyat Menengah di Kota Changchun, pengadilan telah menjatuhkan hukuman mati yang ditangguhkan kepada Sun Lijun.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved