Berita Sumut
Hutan Mangrove Dirambah, Warga Kwala Serapuh Langkat Resah: Desa Kami Ini Bakal Tenggelam
Warga Dusun I dan II, Desa Kwala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, merasa resah, dan khawatir.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid |
Direktur Yayasan Srikandi Lestari, Sumiati Surbakti, yang hadir di sana mengatakan, perambahan hutan adalah hal yang buruk.
Karena, dunia sedang mengalami krisis iklim, termasuk di wilayah Indonesia.
"Kita sudah melihat, saat musim hujan dan pasang laut, air masuk ke rumah-rumah warga. Ditambah lagi dengan perambahan hutan di kawasan konservasi," ujar Sumiati.
Sumiati menambahkan, tidak seharusnya kawasan konservasi dikelola oleh pemodal. Lebih tepatnya alih fungsi kawasan hutan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Sumiati juga mengharapkan, agar Dinas Kehutanan Langkat menindak tegas siapa pun yang melakukan perusakan kawasan hutan.
Jangan justru dijadikan ajang untuk mengambil keuntungan pribadi. Hutan lindung tidak boleh diusahai dalam bentuk apa pun.
"Semestinya, kawasan hutan lindung dijaga dan dilestarikan. Bukan malah dilingkup dan ditanami sawit. Srikandi Lestari akan terus mengkampanyekan tentang Net Zero Emission (Nol Emisi Karbon) di Indonesia," ujar Sumiati.
Baca juga: Gubernur Edy Rahmayadi Sebut 42.546 Hektare Hutan Mangrove di Sumut Rusak, di Sergai Dibiarkan Saja
"Jika Mangrove ditebang, maka hilanglah Blue Carbon yang dapat menerap CO2 (Oksigen). Sehingga dapat meninggkatkan suhu bumi (pemanasan global). Kami akan terus menyadarkan warga dan negara, bahwa hak linkungan merupakan Hak Azasi Manusia (HAM)," sambungnya.
Sementara itu,Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Herianto mengaku baru mengetahui hal tersebut. Ia berjanji akan menindaklajuti informasi tersebut.
"Saya cek dulu ya. Ok saya tindaklanjuti," ujar Herianto, via pesan WhatsApp.
(cr23/tribun-medan.com)