Sumut Memilih

Pilgub Masih Lama Lagi, Edy-Ijeck Terus Saling Sindir, Pengamat: Sumut Bermartabat Sulit Dicapai

Pemilihan Gubernur masih lama lagi, tapi Edy-Ijeck sudah terang-terangan saling sindir

Editor: Array A Argus
Tribun Medan/M Nasrul
Musa Rajekshah (kanan) membantu memakaikan kancing baju Edy Rahmayadi (kiri), saat menghadiri perayaan Imlek bersama Hati Emas (Harapan Tionghoa Untuk Eramas), di Jalan Pembangunan no 41 Medan Helvetia Timur, Jumat (16/2/2018). 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah atau Ijeck sudah terang-terangan saling sindir di publik.

Padahal, pemilihan Gubernur Sumut masih lama lagi, atau tahun 2024 mendatang.

Melihat aksi saling sindir ini, Pengamat Politik asal Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU), Sohibul Anshor Siregar mengatakan visi pasangan Eramas yang bertajuk Sumut Bermartabat akan semakin sulit dicapai.

Baca juga: Edy-Ijeck Mulai Saling Sindir Secara Terbuka, Pengamat Nilai Kini Sumut Bermartabat Sulit Dicapai

Menurut Sohibul, konsep martabat yang diusung Edy-Ijeck di masa kepemimpinan mereka membutuhkan usaha yang matang, meskipun tanpa konflik antara keduanya.

"Konflik terbuka berkepanjangan antara Edy Rahmayadi dan Ijeck sangat bertentangan dengan visi Sumut Bermartabat yang diusung," ujar Sohibul, Selasa (27/12/2022).

Dikatakan Sohibul, pembangkitan martabat yang diusung Edy-Ijeck merupakan bagian dari kewarganegaraan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk perjuangan politik.

Baca juga: Golkar Sumut Sering Diolok Gubernur Edy, Ijeck: Kalau Lupa Saya Ingatkan Lagi Soal Jabatan Ini

Di mana, kata dia, sejak beberapa dekade lalu memotivasi berbagai gerakan perubahan yang damai maupun bernuansa kekerasan.

Hal ini, kata Sohibul, mengacu pada gagasan ilmuwan politik asal Amerika Serikat, Francis Fukuyama (1992) yang ditemukan pada karya-karya Myres McDougal (1906-1998), yang membagi martabat kepada delapan unsur yakni kekuasaan, kecerdasan, keahlian, kehormatan, kejujuran, kecintaan, kekayaan dan kesejahteraan.

"Perjuangan memulihkan dan meninggikan martabat itu adalah wilayah kerja yang sangat berat. Sekalipun dengan memobilisasi seluruh kekuatan sosial, politik, dan teknokratis yang ada secara optimum, jelas akan tetap sulit diwujudkan. Konon pula sambil berkelahi?" katanya.

Baca juga: Isu Pecah Kongsi Edy-Ijeck Kembali Mengemuka, Gubernur Trauma Warna Kuning, Wagub Langsung Pamer Ini

Sohibul mengatakan, baik Edy Rahmayadi maupun Ijeck yang sedang merancang keterpilihan dengan pasangan masing-masing melalui Pilkada 2024 seharusnya dapat mempertimbangkan risikonya.

"Saya tak alergi dengan keputusan itu (masing-masing ingin menjadi cagub). Jika mereka sudah sama-sama merasa tak memiliki kecocokan, harusnya mereka mengetahui risiko bahwa jika konflik terus berlangsung begitu terbuka, justru mereka berdua tak ubahnya sedang berusaha mengkampanyekan kelemahan masing-masing," katanya.

Baca juga: ISU Edy-Ijeck Pecah Kongsi Jadi Karpet Merah bagi Pasangan Ketiga, Ini Alasannya

Menurutnya, selain mengganggu efektivitas pemerintahan, Edy-Ijeck secara tak sadar juga melemahkan elektabilitas masing-masing melalui konflik yang terus menerus.

"Selain efektivitas pemerintahan akan terus terganggu, karena lebih jauh nilai keterpilihan (elektabilitas) masing-masing pun sedang mereka rontokkan sendiri tanpa sadar. Itu berarti mereka dengan suka rela sedang melakukan manuver politik memberi jalan mulus kepada figur-figur yang akan menantang mereka pada Pilkada 2024," tutupnya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved