Pungli di Objek Wisata Aek Sijorni Tapsel, Pengunjung Marah-marah, Dipaksa Bayar di 3 Pos

TRIBUN-MEDAN.COM – Maraknya pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh oknum preman masih saja meresahkan masyarakat Medan.

Sama halnya dengan yang baru-baru ini viral di media sosial video pengunjung objek wisata pemandian Aek Sijorni protes kena pungli di 3 pos di Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan.

Momen pengunjung objek wisata pemandian Aek Sijorni protes kena pungli di 3 pos itu sempat diabadikan oleh pengunjung lainnya.

Video pengunjung objek wisata pemandian Aek Sijorni protes kena pungli di 3 pos itu diunggah oleh pemilik akun Instagram @medantau.idpada Selasa (25/4/2023).

Pada unggahan tersebut menunjukkan para pengunjung melakukan aksi protes lantaran terdapat pungutan liar (pungli) di kawasan tersebut.

Salah satu pengunjung di sana tampak marah-marah dan berteriak kepada oknum-oknum yang diduga melakukan pungli disana.

Bagaimana tidak, para oknum pungli itu diketahui telah membuat para pengunjung membayar di 3 pos sekaligus padahal mereka belum sampai di lokasi wisata.

Wanita itu diketahui datang untuk berlibur ke Aek Sijorni dengan rombongannya sebanyak 3 mobil yang masing-masing mobil berisi 8 orang.

Merasa diperas lantaran harus membayar di setiap pos yang dilalui membuatnya naik darah.

Adu mulut antara dirinya dan sejumlah petugas itu tak membuatnya takut sama sekali, ia malah meminta mereka menandai wajahnya.

Para pengunjung yang merasa resah dan terganggu dengan adanya pungli di kawasan wisata tersebut pun meminta kejelasan dari pihak terkait atas kejadian itu.

Namun hingga kini belum ada tindak lanjut dari pihak berwajib maupun dari pihak terkait permasalahan pungli yang sudah merajalela di beberapa objek wisata di Provinsi Sumatra Utara.

Unggahan ini pun menuai beragam komentar dari warganet yang menyoroti kejadian tersebut.

“True... jujur ya,tempatnya ga seindah yang di foto,tapi bayarnya dikit-dikit bayar. Cukup sekali dan ga akan kesana lagi..” tulis @rieoangelo.

“Keterlaluan.... ini bukan karena pemungut tidak punya uang atau miskin, tetapi karena arogansi wilayah, arogansi pemuda yang hanya ingin menikmati dan memanfaatkan situasi.. tapi tetap salah dan ini adalah pemerasan.... APH harus bertindak supaya tidak mencoreng lokasi wisata itu sendiri...” tulis @triananda.fajar.

“Sumber daya alam Indonesia tidak kalah dengan luar negeri. Hanya saja masyarakat daerah wisata.... Ah sudah lah. Capek,” tulis @riki_chien.

“Ni lah salah satunya membuat yang lain malas wisata dalam negeri sendiri,” tulis @likz7878.

(cr32/tribun-medan.com)