Sumut Terkini
Tangis Istri Terbit Rencana Perangin-Angin Pecah di Persidangan Suami: Saya Sangat Kangen Bapak
Dia juga terlihat sesekali menyeka air matanya yang tak kuasa terbendung jatuh membasahi pipinya.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Ayu Prasandi
Bahkan, Terbit mengaku dihadapan Ketua Majelis Hakim, Ledis Meriana Bakara jika satwa-satwa yang berada di dalam kandang perkarang rumah pribadinya, ia tak mengetahui siapa yang meletakkan.
"Saya gak tau kapan satwa-satwa itu diletakkan di rumah saya yang mulia. Dan yang menempatkan satwa itu saya tidak tau menau," ujar Terbit.

Tak sampai di situ, Terbit juga mengaku memerintahkan penasihat hukumnya untuk menelusuri asal-usul satwa tersebut.
"Semua pengacara saya yang mulia yang menelusuri," ujar Terbit.
Bupati Langkat nonaktif ini mengatakan, ia pun tak pernah membeli atau meminta binatang peliharaan.
"Saya tidak pecinta binatang yang mulia," ujar Terbit.
Majelis hakim pun bertanya, kalau tak pecinta binatang, kenapa bisa ada kandang-kandang hewan diperkarangan rumah Terbit Rencana.
"Sudah saya sampaikan yang mulia, itu mereka-mereka (anggota kerja) yang berkeinginan membuat kandang itu diperkarangan rumah," ucap Terbit.
Kemudian Terbit menambahkan, untuk merawat satwa-satwa itu, ia tidak pernah menggaji secara khusus pekerjanya.
"Yang biasa merawat atau mengawasi satwa itu, ada satu orang anggota saya bernama Robin," ujar Terbit.
Namun Terbit tak menampik, pada saat itu dia pernah menegur anggota bernama Aceng. Dan mempertanyakan keberadaan orangutan yang berada diperkarangan rumahnya.
"Saya ada melihat ada kandang di situ dan berisikan orangutan. Karena terusterang saya takut kali dengan orangutan. Karena ada Aceng di situ saya bilang "Ceng ini ada apa? siapa yang narok" kata Aceng, tadi saya bawa dari Stabor, disuruh Pak Juliadi. Kok gak kau tanyak sama ku, aku takut. Kau pulangkan ya. Siap ketua katanya. Saya pun langsung meninggalkannya," ujar Terbit.
Ternyata, sebelum orangutan itu dibawa Aceng ke rumah Terbit Rencana Perangin-Angin, Ngongesa Sitepu terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya ada menawarkan ke Terbit soal seekor orangutan.
"Saya sempat menolak saat Pak Ngongesa ingin memberikan orangutan itu. Jadi karena Aceng membawa itu dari Stabor, dalam pemikiran saya bahwa orangutan dari Pak Ngongesa. Karena Pak Juliadi adalah ajudan kepercayaan Pak Ngongesa. Saya tidak tau kronologi Aceng mengambilnya," ujar Terbit.
Terbit menegaskan, pada awalnya ia tidak mengetahui jika orangutan adalah satwa yang dilindungi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.