Berita Nasional
Jokowi Santai Fotonya Dipakai Bersanding dengan Capres, Tapi Ogah Kalau Dipakai Anies Baswedan
Ngaku tak masalah dan santai fotonya sering disandingkan dengan capres lain, namun Presiden Jokowi bakal marah kalau hal itu dipakai Anies Baswedan
TRIBUN-MEDAN.COM – Presiden Joko Widodo santai fotonya dipakai bersanding dengan Calon Presiden 2024.
Tapi Presiden Joko Widodo marah dan ogah apabila fotonya dipakai bersanding dengan Anies Baswedan.
Terkait foto Presiden Joko Widodo ini disampaikan oleh Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin.
Menurut Ujang Komarudin, dirinya menilai bahwa Presiden Jokowi akan marah jika fotonya digunakan kampanye oleh Anies Baswedan.
Hal itu diketahui dalam pidato di Sidang Tahunan MPR 2023.
Dimana Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa fotonya banyak beredar di berbagai daerah dipasangkan dengan capres tertentu.
Dalam pidatonya juga Presiden Jokowi tidak mempermasalahkan hal itu.
"Kelihatannya kalau Anies memakai foto Jokowi pasti Jokowi akan marah kira-kira begitu,”
“Karena Anies kan bukan kelompoknya karena Anies dianggap antitesa Jokowi dan capres oposisi," kata Ujang dilansir Tribun-Medan.com dari Tribunnews.com, Kamis (17/8/2023).
Baca juga: Kenakan Baju Raja Pakubuwono Surakarta, Jokowi Ngarep HUT RI Tahun Depan Sudah di IKN
Baca juga: DULU PUJI Kebijakan Jokowi, Kini Sekjen PDIP Malah Kritik Habis-habisan Food Estate
Dikatakan Ujang, jika kandidat capres lainnya selain Anies dianggap Jokowi bagian dari barisannya.
"Selama itu Prabowo dan Ganjar kelihatannya memang boleh, kerena bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi," jelasnya.
Adapun sebelumnya Presiden Jokowi berpidato di Sidang Tahunan MPR di gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Jokowi mengungkapkan bahwa foto dirinya bersama Capres tertentu digunakan untuk berkampanye.
"Bahkan walau kampanye belum mulai, foto saya banyak dipasang dimana-mana. Saya ke Provinsi A eh ada, ke Kota B, eh ada, ke Kabupaten C ada. Sampai ke tikungan-tikungan di desa ada juga,”
“Tapi, bukan foto saya sendirian. Ada yang di sebelahnya bareng capres. Ya ndak apa, boleh-boleh saja," kata Jokowi sebelumnya.
Presiden Jokowi Singgung Hujatan yang Diterimanya
Sementara itu sebelumnya diberitakan, diketahui Presiden Jokowi menyinggung soal hujanan hujatan yang diterimanya selama menjadi Presiden Republik Indonesia.
Jokowi mengatakan bahwa menjadi Presiden tidak senyaman yang dipersepsikan.
Apalagi di era perkembangan media sosial, apapun bisa disampaikan ke Presiden.
Mulai dari masalah rakyat di pinggiran, hingga kemarahan, ejekan, dan makian semua bisa disampaikan di media sosial.
Jokowi pun tahu betul kerap menerima hujatan di media sosial. Mulai dari disebut planga plongo, firaun, hingga tolol.
Saat menyatakan hal tersebut, terdengar suara riuh tepuk tangan dari para peserta sidang yang mayoritas anggota DPR RI.
"Ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan dan dengan adanya media sosial seperti sekarang ini," kata Jokowi saat menyampaikan Pidato di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI-DPD RI Tahun 2023 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Dia mengatakan bahwa semuanya bisa disampaikan kepada Presiden, mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, ejekan, bahkan makian dan fitnahan.
Baca juga: JOKOWI Naikkan Gaji ASN, Menkeu Sri Mulyani Blak-blakan Gelontorkan Dana Rp 52 Triliun
Baca juga: Kabar Gembira! Jokowi Naikkan Gaji PNS, TNI dan Polri 8 Persen, Pensiunan 12 Persen, Cek Nominalnya!
"Saya tahu ada yang mengatakan saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Fir’aun, tolol. Ya ndak apa. Sebagai pribadi saya menerima saja," kata Jokowi.
Namun Jokowi mengaku sedih sebab budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa Indonesia sudah mulai hilang.
"Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia," kata dia.
Jokowi menyebut mayoritas masyarakat pun kecewa dengan polusi budaya tersebut.
"Cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik. Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa. Menuju Indonesia Maju. Menuju Indonesia Emas 2045," pungkasnya.
Presiden Respons Ejekan Disebut Pak Lurah
Presiden Jokowi juga menyinggung para politisi yang menyebutnya sebagai Pak Lurah sebagai penentu Capres dan Cawapres di Pilpres 2024.
Presiden Jokowi mengingatkan bahwa saat ini sudah memasuki tahun politik.
Hal itu membuat suasana politik di Indonesia hangat-hangat kuku.
Presiden Jokowi menerangkan soal pernyataan tren belakangan ini di antara politisi.
Di mana politisi saat ditanya nama Capres dan Cawapres mengaku menunggu arahan Pak Lurah.
Presiden Jokowi pun mengaku bertanya-tanya, siapa sosok Pak Lurah yang dimaksud.
Hingga akhirnya belakangan ia tahu bahwa Pak Lurah yang dimaksud para politisi ternyata adalah Presiden Jokowi sendiri.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa ia bukanlah Pak Lurah, melainkan Presiden RI.
"Ya saya jawab saja, saya bukan Lurah, saya adalah Presiden RI," kata Jokowi.
Soal nama Capres Cawapres, Jokowi pun menegaskan bahwa ia bukanlah Ketua Umum Parpol dan bukan Ketua Koalisi Partai.
Sementara sesuai Undang-undang, yang menentukan Capres dan Cawapres adalah parpol.
Sehingga kata Jokowi, nama Capres dan Cawapres bukanlah wewenangnya.
"Dan sesuai ketentuan UU yang tentukan Capres Cawapres adalah parpol dan koalisi parpol, jadi saya mau katakan, itu bukan wewenang saya, bukan wewenang Pak Lurah," tegas Jokowi.
Sementara itu Ganjar Pranowo memuji Jokowi yang dihina plonga-plongo namun berhasil ambil alih PT Freeport.
Ganjar Pranowo menyebutkan, tidak ada satu pun pemimpin yang bisa mengambil alih atau menasionalisasi pengelolaan PT Freeport Indonesia selain Jokowi.
Pernyataan ini disampaikan saat Ganjar Pranoo memberikan sambutan dalam acara Deklarasi Relawan Ganjar Punya Rakyat (Gapura) Nusantara di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (10/6/2023).
Ganjar Pranowo mengatakan, pada awalnya, Jokowi kerap disepelekan hinga diolok-olok plonga-plongo dan berbagai hinaan lainnya.
Namun, kata dia, Jokowi yang ia akui sebagai mentor tersebut justru menjadi sosok yang berhasil membuat kepemilikan Indonesia atas tambang emas terbesar menjadi dominan hingga 51 persen.
"Namanya Jokowi, seseorang yang dicap plonga-plongo. Seseorang yang dicap tidak pintar dengan badan yang sangat kurus," kata Ganjar Pranowo.
"Tahun 1968-1969, Freeport berdiri dan tidak ada satu pun para pemimpin mampu mengambil alih kecuali Jokowi," tambahnya.
Ganjar Pranowo mengatakan, jatuhnya Presiden pertama RI, Soekarno, didahului dengan peristiwa berdarah pada 1965.
Pada 1965, tampuk kekuasaan lalu beralih ke tangan Soeharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Setelah itu pada 1967, terbit Undang-undang Penanaman Modal Asing yang menjadi pintu masuk bagi Freeport dan perusahaan asing lain.
Puluhan tahun kemudian, hingga presiden RI berganti, baru pada masa Jokowi, nasionalisasi Freeport berhasil dilakukan.
Menurut Ganjar Pranowo, hal itu menunjukkan keberanian Jokowi.
Sosok yang disebutnya justru tidak pernah berteriak dan sangat jarang menunjukkan kemarahan.
"Dia memutuskan dengan pikiran yang jernih, dengan muka tersenyum tapi diambil secara keseluruhan," ujar Ganjar Pranowo.
(*/TRIBUN-MEDAN.COM)
Baca juga: Kenakan Baju Raja Pakubuwono Surakarta, Jokowi Ngarep HUT RI Tahun Depan Sudah di IKN
Baca juga: Kabar Gembira! Jokowi Naikkan Gaji PNS, TNI dan Polri 8 Persen, Pensiunan 12 Persen, Cek Nominalnya!
Baca juga: TENANGNYA Pembawa Baki Lilly Indiani Saat Sepatunya Lepas Kala Pengibaran Merah Putih Tuai Pujian
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.