Berita Viral

Indomie Genap 51 Tahun, Inilah Sosok Djajadi Djaja, Penemunya yang Dibuang hingga Lahirnya Mie Gaga

Pada tahun 2022, Indomie genap berusia 50 tahun sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1972 dengan rasa Indomie Ayam.

Editor: Liska Rahayu
KOLASE/TRIBUN MEDAN
Djajadi Djaja, pencetus Indomie yang kini tersingkir dari produk yang dilahirkannya sendiri 

TRIBUN-MEDAN.com - Tanggal 9 September merupakan hari ke-253 dalam tahun kabisat ini, menurut perhitungan kalender Gregorian.

Sejumlah peristiwa bersejarah terjadi di tanggal ini, mulai dari Indomie pertama kali diproduksi di Indonesia, hingga terjadinya insiden Bom Kuningan.

Indomie merupakan salah satu merek mi instan yang paling dikenal di Indonesia dan sejarah Indomie terbentang cukup panjang. 

Pada tahun 2022, Indomie genap berusia 51 tahun sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1972 dengan rasa Indomie Ayam.

Indomie tidak hanya merajai pasar domestik, namun juga merambah pasar global dengan memiliki 17 pabrik utama dan memproduksi 20 miliar bungkus Indomie setiap tahunnya.

Indomie bahkan diekspor ke lebih dari 80 negara di seluruh dunia dengan pasar utama ekspor ke Australia, Hong Kong, Yordania, Arab Saudi, Amerika Serikat, Selandia Baru, Taiwan, Afrika dan negara-negara Eropa.

Sejarah Indomie

Dikutip dari Historia, Indomie pertama kali diproduksi oleh PT Sanmaru Food Manufacturing dari Grup Jangkar Jati milik Djajadi Djaja pada 1972.

Produk Indomie pertama yang beredar di pasaran adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam. 

Kemudian pada 1982, diluncurkan varian rasa kedua yakni Indomie Kuah Kari Ayam dan setahun kemudian muncul Indomie varian mie goreng yang mendongkrak penjualan Indomie secara signifikan.

Pada tahun 1984 Indomie diakuisisi oleh PT Sarimi Asli Jaya yang memproduksi Sarimi.

Selanjutnya di tahun 1990, PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang sebelumnya bernama PT Panganjaya Intikusuma membeli perusahaan tersebut sehingga Indomie dan Sarimi menjadi produk milik PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Keberadaan perusahaan tersebut tidak terlepas dari Salim Group yang dimiliki oleh Sudono Salim atau Liem Sioe Liong.

Dalam perjalanannya, Indomie diakuisisi Salim Group yang kemudian menguasai pangsa pasar mi di Indonesia.

Salim Group mendominasi pasar dengan tiga merek mie yakni Indomie (60,3 persen), Supermi (7,8 persen), dan Sarimi (6,7 persen) pada 1994.

Bahkan, Indofood, produsen Indomie menjadi produsen mi instan terbesar di dunia mengalahkan Nissin Food yang didirikan Momofuku Ando, penemu mi instan pada 1958. 

Kemasan Indomie varian kebab. 

Omzet Rp 1 triliun pada 1990

Salim Group menerapkan strategi terigentritas dalam bisnisnya sehingga sedikitnya 90 persen pasar domestik mi instan saat itu dimiliki oleh Salim Group melalui Supermi, Sarimi, dan Indomie.

Bahkan omzet dari penjualan Salim Group pada tahun 1990 mencapai Rp 1 triliun.

Dilansir dari Kompas.com, kepopuleran Indomie bahkan mencapai pasar mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika.

PT Indofood pertama kali memasarkan Indomie ke negara lain pada tahun 1992.

Saat ini, Indomie mempunyai 17 pabrik di berbagai negara, seperti Malaysia, Arab Saudi, Nigeria, hingga Mesir.

Pada tahun 2016, Indomie termasuk dalam jajaran 10 merek paling banyak dibeli bedasarkan riset perusahaan Kantar Worldpanel bertajuk Brand Footprint.

Kekayaan pemilik Indomie

Dikutip dari laman Forbes, Anthoni Salim yang merupakan pemilik Salim Group mempunyai kekayaan mencapai sekitar 7,5 miliar dollar AS atau Rp 113,7 triliun (kurs Rp 15.166) per Februari 2023.

Nilai kekayaan tersebut menjadikan Anthoni Salim menjadi orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes 2022.

Nilai penjualan perusahaan itu mencapai 6,4 miliar dollar AS atau Rp 97,04 triliun pada 2023.

Selain itu, Salim Group mempunyai saham di perusahaan investasi Hong Kong, First Pacific yang memiliki kepentingan di Indofood dan perusahaan telekomunikasi asal Filipina, PLDT.

Pada tahun 20223, Salim memimpin sebuah konsorsium yang menginvestasikan 1,6 miliar dollar AS di perusahaan tambang batu bara Indonesia, Bumi Resources.

Anthoni Salim sendiri merupakan anak bungsu Liem Sioe Liong.

Krisis 1998 Grup Salim jual BCA ke Djarum

Selain itu, Salim Group juga memiliki sekitar 41 persen saham perusahaan investasi di Hong Kong, First Pacific yang memiliki aset 20,9 miliar dollar AS di enam negara.

Saudara laki-laki Anthoni Salim, Andree Halim merupakan Wakil Presiden dari QAF, perusahaan pembuat roti di Singapura.

Sementara, saudara perempuannya, Mira merupakan pendiri dari distributor produk Indofood di China.

Selama krisis ekonomi tahun 1997 hingga 1998, Salim Group sempat kehilangan Bank Central Asia (BCA) yang dijual ke keluarga Hartono, orang terkaya di Indonesia pemilik Grup Djarum.

Kisah Kejam Sang Penemu yang Dibuang hingga Lahirnya Mie Gaga

Terkuak kisah sang penemu Indomie yang didepak oleh perusahaan milik Salim Group.

Dibalik nikmatnya rasa Indomie, ternyata menyimpan cerita yang mengejutkan bagi sang penemu Indomie.

Baru-baru ini mencuat kisah sosok penemu Indomie diisukan didepak dari bisnis tersebut.

Kisah itu mencuat setelah akun Twitter @senenjayamall membuat thread khusus.

"Pernah ada yang curiga ga kenapa Mie Gaga bisa seenak itu?”

“Fakta punya fakta ternyata pendirinya adalah Djajadi Djaja, pencetus Indomie yang kini tersingkir dari produk yang dilahirkannya sendiri,”

“Gimana drama para konglomerat ini bermula?" tulis akun @senenjayamall.

Kini terkuak, sosok penemu Indomie ini dicetuskan oleh sosok pria bernama Djajadi Djaja sejak tahun 1972.

Ia kemudian membuat perusahaan patungan pada tahun 1984.

"Drama ini bermula ketika Djajadi bersama Salim Grup sepakat ngebentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation pada 1984,”

“Awalnya Djajadi dan rekan-rekannya mendapat 57,5 persen dan Salim Grup punya 42 persen saham atas Indofood.,”

“Pas Djajadi mengalami masalah internal perusahaan terkait keuangan, pada tahun 1993, Salim memutuskan tidak lagi memakai perusahaan Djajadi sebagai distributor, melainkan memakai anak usahanya sendiri bernama PT Indomarco Adi Prima,”

“Distributor bahan baku diganti. Saham diakuisisi penuh. Boom! hilang sudah Djajadi dari bisnis Indomie," lanjut akun tersebut.

Djajadi pun kemudian fokus mengurus produk mie instan barunya lewat PT Jakarana Tama.

Pada momen itulah lahir Mie Gaga.

"Merasa dikhianati, Djajadi Djaja pun memilih buat melanjutkan bisnis pabrik mie instan baru yang udah dirintisnya sejak Mei 1993 lewat PT Jakarana Tama,"

"Lahirlah Mie Gaga dengan beberapa varian kayak Mie Gaga 100 dan 1000, Mie Gepeng, serta Mie Telor A1," sambungnya.

Djajadi sebenarnya sudah berusaha memperjuangkan Indomie.

Ia sempat melayangkan gugatan terhadap Indofood pada tahun 1998.

Namun sayang, ia kalah di Mahkamah Agung.

Djajadi sebenarnya ga nyerah buat ngambil 'hak asuh anak' yang telah dilahirkannya tersebut.

Pada Desember 1998, Djajadi menggugat Indofood ke pengadilan karena ia merasa telah dipaksa menjual sahamnya dan mereknya ke PT Indofood Interna dengan harga rendah.

Djajadi juga menuduh Salim telah memanipulasi kepemilikan saham agar sahamnya semakin mengecil.

Namun sayangnya usahanya gagal meskipun sampai banding di Mahkamah Agung," terangnya.

Pada akhirnya Djajadi mampu membesarkan Mie Gaga hingga kini.

Sebagai pebisnis ulung, Djajadi akhirnya ngebuktiin bahwa ia bisa sukses dengan Mie Gaga.

(*/Tribun-Medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved