Ada pelajaran penting yang dapat dipetik dari peristiwa gempa dan tsunami Palu dan Donggala ini guna menata strategi mitigasi ke depan. Korban meninggal dan luka ternyata tidak disebabkan oleh gempa, tetapi akibat bangunan yang roboh dan menimpa penghuninya. Melihat banyaknya bangunan yang mengalami kerusakan, maka penting upaya nyata dan serius dalam merealisasikan bangunan tahan gempa bagi masyarakat. Jika tidak, maka sampai kapanpun setiap terjadi gempa kuat, masyarakat kita akan terus menjadi korban.
Di wilayah pesisir yang sumber gempanya dekat dengan pantai, peringatan dini tsunami kurang efektif, karena waktu tiba tsunami di pantai sangat singkat. Waktu emas untuk penyelamatan sangat singkat. Jalan keluarnya, masyarakat harus membangun kapasitas untuk evakuasi mandiri. Konsep evakuasi mandiri sangat efektif dalam melindungi masyarakat pesisir dari tsunami, dimana masyarakat pesisir menjadikan guncangan gempa kuat yang terjadi sebagai peringatan dini tsunami. Sehingga jika merasakan gempa kuat masyarakat pesisir harus segera menjauh dari pantai. Masalah tsunami terjadi atau tidak, urusan belakangan, yang utama jiwa sudah terselamatkan.
Keberadaan stasiun monitoring muka laut sebagai saran konfirmasi terjadinya tsunami sangat penting di pantai–pantai rawan tsunami. Alat ini sangat diperlukan untuk mendukung sempurnanya operasional peringatan dini tsunami termasuk mendukung keputusan kapan berakhirnya ancaman tsunami.
Kapan akan terjadi gempa kita belum mampu memprediksi, tapi kita harus siap menghadapinya. Sosialisasi mitigasi, edukasi, da pelatihan evakuasi, harus terus dilakukan secara berkesinambungan agar kita semua dapat hidup harmoni dengan alam yang rawan gempa.
(*/tribun-medan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.