Harga Sembako

Imbas Harga Beras Melambung Tinggi, KPPU Segera Sidak, Beber Beberapa Faktor Penyebab

Kenaikan harga beras yang terjadi secara nasional saat ini menimbulkan ekspektasi harga yang rentan dimanfaatkan oleh para spekulan.

TRIBUN MEDAN/ABDAN SYAKURO
Pedagang beras melayani pembeli di Pusat Pasar Jalan MT Haryono, Kota Medan, Selasa (12/9/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kepala Kantor Wilayah I Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Ridho Pamungkas menilai, kenaikan harga beras yang terjadi secara nasional saat ini menimbulkan ekspektasi harga yang rentan dimanfaatkan oleh para spekulan.

Dikatakannya, kenaikan harga beras secara nasional tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya turunnya produksi beras secara nasional, naiknya harga beras internasional, kenaikan biaya produksi dan kompetisi harga di tingkat kilang padi.

"Solusi jangka pendek untuk mengatasi spekulan adalah dengan melakukan sidak dan monitoring ke lapangan serta melakukan operasi pasar secara efektif," ujar Ridho pada saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah dalam rangka Memastikan Ketersediaan Pasokan dan Keterjangkauan Harga Beras di Provinsi Sumatera Utara, Selasa (19/9/2023).

Kemudian, kata Ridho, untuk solusi jangka menengah dan panjangnya ialah meningkatkan produktivitas beras yang dapat dilakukan salah satunya dengan pola kemitraan, bantuan untuk revitalisasi kilang padi kecil dan menengah dan efisiensi rantai pasok dan tata niaga perberasan.

"Pada bagian produksi, dilakukan peningkatan lahan pertanian, ketersediaan pupuk, bibit dan kebutuhan lainnya. Untuk distribusi, salah satu langkah yang diambil adalah memberikan subsidi bahan bakar kepada operator angkut beras dan mempersingkat rantai distribusinya," paparnya.

Sedangkan pada bagian konsumsi, Pemerintah Sumut bersama Bank Indonesia, Bulog serta stakeholder terkait akan melakukan operasi pasar efektif.

Namun, jika melihat anomali harga di Sumut dimana kenaikan produksi tidak diikuti oleh penurunan harga sehingga memunculkan wacana pembatasan beras keluar dari wilayah Sumut, Ridho menanggapi bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan konsep persaingan.

Dikatakan Ridho, dirinya mendukung solusi menyeimbangkan pendistribusian beras dari daerah surplus ke daerah minus dengan pola kerjasama antar daerah.

"Dengan konsep KAD antar Kabupaten Kota di Provinsi Sumut, harapannya kita masih tetap dapat mengendalikan harga dan pasokan beras di Sumut, menjaga harga tetap bagus di tingkat petani dan terjangkau bagi konsumen" papar Ridho.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara, I Gede Putu Wira Kusuma, mengungkapkan bahwa saat ini komoditas beras menyumbang andil inflasi yaitu sebesar 0,34 persen year to date (ytd) serta diikuti komoditas cabai merah 0,20 persen (ytd) dan rokok kretek filter 0,19 persen (ytd).

"Beras memberikan andil besar untuk inflasi di lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut. Beras selalu berada di tiga besar penyumbang inflasi di IHK (Medan, Padangsidimpuan, Sibolga, Gunungsitoli dan Pematangsiantar). Kenaikan harga beras dipicu beberapa faktor yaitu penurunan stok beras global dan pembatasan eksport beras dari negara eksportir, sehingga menimbulkan sentimen," ungkap Wira.

(cr10/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved