Harga Sembako
Imbas Harga Beras Melambung Tinggi, KPPU Segera Sidak, Beber Beberapa Faktor Penyebab
Kenaikan harga beras yang terjadi secara nasional saat ini menimbulkan ekspektasi harga yang rentan dimanfaatkan oleh para spekulan.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kepala Kantor Wilayah I Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Ridho Pamungkas menilai, kenaikan harga beras yang terjadi secara nasional saat ini menimbulkan ekspektasi harga yang rentan dimanfaatkan oleh para spekulan.
Dikatakannya, kenaikan harga beras secara nasional tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya turunnya produksi beras secara nasional, naiknya harga beras internasional, kenaikan biaya produksi dan kompetisi harga di tingkat kilang padi.
"Solusi jangka pendek untuk mengatasi spekulan adalah dengan melakukan sidak dan monitoring ke lapangan serta melakukan operasi pasar secara efektif," ujar Ridho pada saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah dalam rangka Memastikan Ketersediaan Pasokan dan Keterjangkauan Harga Beras di Provinsi Sumatera Utara, Selasa (19/9/2023).
Kemudian, kata Ridho, untuk solusi jangka menengah dan panjangnya ialah meningkatkan produktivitas beras yang dapat dilakukan salah satunya dengan pola kemitraan, bantuan untuk revitalisasi kilang padi kecil dan menengah dan efisiensi rantai pasok dan tata niaga perberasan.
"Pada bagian produksi, dilakukan peningkatan lahan pertanian, ketersediaan pupuk, bibit dan kebutuhan lainnya. Untuk distribusi, salah satu langkah yang diambil adalah memberikan subsidi bahan bakar kepada operator angkut beras dan mempersingkat rantai distribusinya," paparnya.
Sedangkan pada bagian konsumsi, Pemerintah Sumut bersama Bank Indonesia, Bulog serta stakeholder terkait akan melakukan operasi pasar efektif.
Namun, jika melihat anomali harga di Sumut dimana kenaikan produksi tidak diikuti oleh penurunan harga sehingga memunculkan wacana pembatasan beras keluar dari wilayah Sumut, Ridho menanggapi bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan konsep persaingan.
Dikatakan Ridho, dirinya mendukung solusi menyeimbangkan pendistribusian beras dari daerah surplus ke daerah minus dengan pola kerjasama antar daerah.
"Dengan konsep KAD antar Kabupaten Kota di Provinsi Sumut, harapannya kita masih tetap dapat mengendalikan harga dan pasokan beras di Sumut, menjaga harga tetap bagus di tingkat petani dan terjangkau bagi konsumen" papar Ridho.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara, I Gede Putu Wira Kusuma, mengungkapkan bahwa saat ini komoditas beras menyumbang andil inflasi yaitu sebesar 0,34 persen year to date (ytd) serta diikuti komoditas cabai merah 0,20 persen (ytd) dan rokok kretek filter 0,19 persen (ytd).
"Beras memberikan andil besar untuk inflasi di lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut. Beras selalu berada di tiga besar penyumbang inflasi di IHK (Medan, Padangsidimpuan, Sibolga, Gunungsitoli dan Pematangsiantar). Kenaikan harga beras dipicu beberapa faktor yaitu penurunan stok beras global dan pembatasan eksport beras dari negara eksportir, sehingga menimbulkan sentimen," ungkap Wira.
(cr10/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
| KPPU Nilai HET MinyaKita yang Dibanderol Rp 14 Ribu Memang Sewajarnya Naik, Biaya Produksi Meningkat |
|
|---|
| Harga Eceran Tertinggi Diusulkan Naik, Harga MinyaKita di Medan Sudah Rp 15.500 per Liter |
|
|---|
| Update Harga Kebutuhan Pokok di Medan Hari Ini, Cabai Merah Melambung Rp 80 ribu per Kilogram |
|
|---|
| Update Harga Pangan Hari Ini, Tomat hingga Beras Melonjak |
|
|---|
| Harga Tomat di Pasar Sidikalang Naik Rp 20 Ribu per Kilogram |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.