Berita Medan

Kenaikan Harga Beras Hantui Inflasi Sumut di Bulan September

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi pada bulan September sangat potensial memicu terjadi.

|
TRIBUN MEDAN/DIANA AULIA
Stok beras ditumpuk di salah satu toko di Pusat Pasar Medan. Sejak beberapa minggu terakhir harga komoditas beras di Sumatera Utara (Sumut) terpantau terus menunjukkan tren kenaikan 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sejak beberapa minggu terakhir harga komoditas beras di Sumatera Utara terpantau terus menunjukkan tren kenaikan.

Diketahui, saat ini harga beras dengan kualitas premium telah dibanderol Rp 13.500 hingga Rp 14.500 per kilogram, meningkat jauh dari harga acuan penjualan (HAP) yaitu Rp 11.500 per kilogram.

Baca juga: Pj Gubernur Ratas Pelajari Distribusi Beras, Harga Jauh di Atas HET

Bahkan Bulog sendiri sudah menaikkan harga beras lebih dari 15 persen yakni harga sebelumnya Rp 8.600 perkilogram dengan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.950 per kilogram, menjadi Rp 10.250 per kilogram dengan HET nya Rp 11.500 per kilogram.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi pada bulan September ini sangat potensial memicu terjadinya inflasi.

Namun, kontribusi beras dalam pembentukan inflasi ini bisa saja memiliki selisih yang berbeda di masing-masing pihak yang menghitungnya.

"Seperti apakah harga beras Bulog (SPHP) ini layak dihitung sebagai contributor inflasi di September. Mengingat kehadiran beras Bulog ini terjadi disaat waktu waktu tertentu, seperti disaat terjadi kenaikan harga beras yang tajam belakangan ini.

Sementara itu, harga beras medium dan super sudah mengalami kenaikan dalam rentang 3.6 persen hingg 4.1 persen selama bulan September dari hasil pemantauan langsung," katanya.

Dikatakannya, kenaikan beras yang terjadi saat ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga beras SPHP yang sudah mencapai 15 persen lebih.

"Kenaikan harga beras SPHP itu menjadi kenaikan yang tertinggi dibandingkan dengan kenaikan harga beras lainnya dalam kurun waktu dua bulan terakhir, dimana varian kenaikan beras diluar SPHP masih dibawah 10 persen di dua bulan terakhir," paparnya.

Selain harga beras, harga daging ayam, cabai dan gula pasir juga sangat potensial menyumbang besaran inflasi, namun untuk cabai merah di bulan ini terpantau hanya mengalami kenaikan tipis yaitu 0.75 persen, cabai rawit masih dikisaran kenaikan 11 persen dan harga gula pasir juga demikian, mengalami kenaikan lebih dari 1.8 persen.

"Hanya saja, berdasarkan hasil perhitungan indeks produksi untuk daging ayam mengalami penurunan pada bulan September ini. Sehingga memicu kekuatiran bahwa harga daging ayam masih berpeluang untuk mengalami kenaikan pada bulan oktober mendatang.

Sementara untuk harga beras, sejauh ini pasokan Bulog cukup banyak hingga tutup tahun, ditambah intervensi yang dilakukan Bulog beserta penyaluran beras untuk Bansos. Maka saya menilai gejolak harga beras akan mampu diredam di bulan Oktober mendatang," jelas Gunawan

Selain sejumlah harga kebutuhan pangan yang mengalami kenaikan, jenis komoditas bawang merah dan bawang putih justru akan menyumbang deflasi di wilayah Sumut pada bulan September ini.

Baca juga: Masyarakat Kota Medan Mulai Keluhkan Harga Beras yang Kian Melambung.

Dimana bawang putih pada bulan ini anjlok sekitar 4,5 persen, sementara harga bawang merah terpuruk hingga lebih dari 13 persen.

"Secara keseluruhan saya menilai bahwa inflasi di Sumut bisa saja melebihi 0.4 persen, atau bahkan realisasinya bisa jauh diatas perkiraan saya," pungkasnya

(cr10/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved