Berita Medan
Hari Cerebral Palsy Sedunia, Yayasan Pejuang CP di Medan Gelar Pemeriksaan Pendengaran Gratis
Hari Cerebral Palsy Sedunia jatuh pada 6 Oktober setiap tahunnya, dimanfaatkan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Peringati hari Cerebral Palsy sedunia, Yayasan Pejuang Cerebral Palsy (CP) di Medan bersama dengan Komda PGPKT Sumut dan Fakultas Kedokteran USU, gelar pemeriksaan pendengaran dan pembersihan telinga gratis.
Pelaksanaan pemeriksaan pendengaran dan bersih-bersih telinga terhadap anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy ini berlangsung di RS USU, Minggu (8/10/2023).
Hari Cerebral Palsy Sedunia jatuh pada 6 Oktober setiap tahunnya, dimanfaatkan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Cerebral Palsy (CP) sekaligus mendukung penyandang cerebral palsy agar memiliki hak dan peluang yang sama.
Ketua Yayasan Pejuang CP Medan Ratna, menyampaikan bahwa cerebral palsy adalah suatu kondisi neurologis yang memengaruhi otot dan gerakan serta dapat menyebabkan berbagai kondisi terkait lainnya.
"Gangguan tersebut termasuk gangguan pendengaran. Anak-anak dengan Cerebral Palsy harus diskrining sejak dini untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran sehingga mereka dapat memperoleh manfaat dari intervensi dini," ujarnya kepada Tribun Medan, Senin (9/10/2023).
Itu sebabnya Yayasan Pejuang CP di Medan menggelar pemeriksaan gratis ini, dimana penderita CP bisa mengalami gangguan pendengaran sedang hingga berat.
"Penyebab gangguan pendengaran bergantung pada jenisnya, namun berbagai faktor dapat menyebabkan gangguan ini," katanya.
Bagi setiap anak, mungkin sulit untuk menentukan penyebab pastinya. Beberapa kemungkinan mencakup kelainan genetik, sedangkan kemungkinan lainnya tidak ada kaitannya dengan gen. Faktor risiko non-genetik untuk CP dan gangguan pendengaran termasuk infeksi, pembatasan oksigen ke otak selama perkembangan, dan berat badan lahir rendah.
"Gangguan pendengaran dapat berdampak besar pada anak, terutama jika tidak didiagnosis dan diobati. Ketidakmampuan mendengar secara memadai dapat menyebabkan keterlambatan seluruh aspek perkembangan, terutama dalam bahasa, ucapan, dan interaksi sosial," jelasnya.
Anak dengan CP mengalami gangguan motorik serta gangguan lain seperti gangguan intelektual, kejang, gangguan perilaku dan emosional, gangguan berbicara dan bahasa, serta gangguan pernglihatan dan pendengaran.
Ratna yang juga sebagai ibu dari ABK Cerebral Palsy terdorong untuk memberikan pelayanan kesehatan tersebut kepada anak dengan kebutuhan yang sama lainnya.
"Untuk contohnya di anak saya selama ini kita fokus terhadap mengatasi kondisi kejangnya, kita juga harus fokus terhadap pengobatan agar tumbuh kembang anak," katanya.
Kurangnya informasi terhadap ABK Cerebral Palsy selama ini masih cukup minin, termasuk gangguan penyerta yang kerap terjadi.
Dari hal tersebutlah Ratna menginisiasi pelayanan yang bisa diakses orang tua lainnya.
"Jadi kadang ada orang tua yang takut untuk membersihkan telinga anaknya, karna kondisi tubuh anak ini berbeda-beda, ada yang orang tuanya memang bangsa acuh, disinilah kita terdorong untuk memberikan pelayanan," katanya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.