Berita Sumut

Polisi Tangkap Pemilik Ponpes di Padang Tualang Langkat, Dilaporkan Lecehkan Santriwati

Polisi akhirnya menahan pria berinisal K (35), pemilik pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat.

|
TRIBUN MEDAN/HO
Pemilik ponpes sekaligus pelaku pelecehan atau pencabulan berinisial K (35) diamankan Unit PPA Sat Reskrim Polres Langkat pada, Selasa (17/10/2023). 

Untuk menindaklanjuti tuduhan ini, wartawan juga berupaya bertemu dengan pemilik pondok pesantren bergelar Licence (LC).

Baca juga: Warga Sudah Tahu Dugaan Pelecehan yang Dilakukan Pemilik Ponpes di Langkat, Diminta Keluar Kampung

Saat ditemui pemilik ponpes berinisial K, menceritakan soal dugaan pelecehan seksual yang dituduhkan terhadap dirinya.

"Peristiwa dugaan pelecehan seksual tersebut, awal ceritanya, saya inikan pengasuh sekaligus seorang pengajar. Dan semua santriwati yang ada di sini itu, anak didik saya," ujar pemilik pondok pesantren berinisial K, Kamis (7/9/2023).

Lanjut K, semua tanggung jawab santriwati, tanggung jawabnya dirinya.

Ia pun menambahkan, jika dugaan pelecehan yang dituduhkan terhadap dirinya, terjadi pada, Minggu (20/8/2023) sekitar pukul 11.00 WIB.

Di mana korban sekaligus santriwati pada saat itu kabur dari pondok pesantren.

"Alhamdulillah dikejar sama kawan-kawannya, termasuk istri saya ngejar bersama beberapa pengurus, dan akhirnya ketangkap santriwati tadi dan dibawa kembali ke pondok. Setelah dibawa ke pondok pengurus datang lagi, Buya itu santriwatinya kalau gak dibujuk mau kabur lagi. Kalian yang bujuk saya bilang, kami angkat tangan katanya. Alhasil saya yang turun," ujar K.

"Santriwati itu pun saya panggil, sambil saya didampingi satu orang pengurus wanita. Saya masukkan dia (korban) di musala. Dan pengurusnya berjaga-jaga di luar agar dia gak lari lagi. Namanya membujuk saya tayain, kenapa kok bisa kabur, kenapa kok bisa lari, diam aja santriwati itu. Saya tanya lagi apa sebabnya. Agak lama saya tanya, gak ada ngomong santriwati itu sepatah kata pun," sambungnya.

Akhirnya, pemilik ponpes ini mengaku, jika ia mendapat dapat info, korban santriwati ini dikucilkan kawan-kawannya karena di rambutnya banyak kutu.

"Dan saya dengar sudah dicukur rambutnya sama pengurus, mungkin itu langkah antisipasinya. Bahkan saya dengar lagi mau digundul. Saya bilang begini, karena saya seorang pengasuh, membujuk itukan seperti halnya ayah membujuk anak. Jadi saya pegang tangan santriwati itu, saya bilang kamu itu bersih, mungkin rambut boleh jadi banyak kutu," ujar pemilik ponpes.

Tak hanya itu, pemilik ponpes ini mengaku, melakukan hal tersebut hanya untuk membangkitkan semangat santriwati tersebut.

"Saya juga bilang, apa betul rambutnya mau digundul, saya masukkan tangan saya dari balik jilbabnya. Saya pegang rambutnya, Alhamdulillah rambutnya gak digundul, cuma dicukur pendek. Tenang aja, nanti Buya bilang sama pengurus jangan digundul. Namanya untuk menghilangkan kutu banyak caranya. Yang penting kamu di pondok aja jangan kabur lagi," ujar pemilik ponpes.

Pemilik ponpes bersikeras melakukan hal-hal tersebut hanya sebagai bujuk rayu agar santriwati itu mengurungkan niatnya untuk kabur.

"Pokoknya saya bujuk saya rayu, bahkan pipinya saya cubit, kamu itu cantik, kamu itu imut saya bilang. Intinya bagaimana hati dia ini semangat lagi, dan pikiran saya bagaimana santriwati ini betah di pondok pesantren," ujar K.

Mendengar bujuk rayuan itu, K menambahkan satriwati tetap diam saja. Namun K kembali mengaku, memegang kaki dan betis santriwati itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved