Tribun Wiki

Tradisi Paabingkon pada Masyarakat Batak Simalungun yang Masih Eksis Hingga saat Ini

Masyarakat Batak Simalungun memiliki sebuah tradisi bernama Paabingkon Pahompu. Dimana cucu pertama akan dibawa ke nenek dan kakeknya

Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi tradisi Paabingkon Pahompu pada masyarakat Batak Simalungun 

Keempat, kakek dan neneknya kemudian membawa sang cucu, lalu memberikannya nama.

Sang kakek akan kembali berdoa, misalnya:

Ungga hu jalo be ho ucok mulai sadari, goranmu Hamonangon, sai monang ma ho torus I hagoluhanmu jalan monang mandapoton sura-ase boi pamalashon uhur ni orang tua dohot Tuhanta Naibata."

Artinya: Saya telah menerima kamu Ucok (nama panggilan untuk bayi laki-laki). Mulai hari ini nama mu adalah Hamonangon. Semoga hidup mu dipenuhi dengan kemenangan dalam menggapai cita-cita. Sehingga kamu dapat menyenangkan hati orang tuamu dan Tuhan.

Baca juga: Tradisi Berburu Kepala di Nias pada Masa Lampau yang Dijadikan Tumbal Hingga Mas Kawin

Dalam fase ini, sang kakek atau ompu juga kembali akan memanjatkan doa jika cucunya itu belum mempunyai adik.

Sang kakek akan memohon agar cucunya segera diberikan adik, sehingga kelak ada temannya untuk bermain, dan bisa berdiskusi saat beranjak dewasa.

Lalu, pada tahap kelima, ompu atau kakek akan memberikan boras sipir ni tondi kepada cucunya di bagian kepala.

Ini merupakan simbol pemberian berkah atau pemberkatan terhadap sang cucu, agar semua doa yang dipanjatkan segera terkabul.

Terakhir pada tahap keenam, ompu atau sang kakek menyerahkan cucunya lagi kepada ibunya agar bisa pulang ke rumah.

Sebelum cucunya pulang, sang kakek biasanya akan memberikan sebuah cincin emas yang melambangkan cinta dan ikatan batin antara kakek-nenek dan cucunya.(ray/tribun-meda.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved