Tribun Wiki

Tradisi Paabingkon pada Masyarakat Batak Simalungun yang Masih Eksis Hingga saat Ini

Masyarakat Batak Simalungun memiliki sebuah tradisi bernama Paabingkon Pahompu. Dimana cucu pertama akan dibawa ke nenek dan kakeknya

Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi tradisi Paabingkon Pahompu pada masyarakat Batak Simalungun 

Bagi masyarakat Simalungun, penggunaan ayam dalam masalakn Dayok Nabitur karena pada masa lalu mereka tidak mengenal babi atau domba.

Mereka lebih mudah mendapatkan ayam.

Filosofi yang terkandung dalam masakan Dayok Nabitur itu adalah tentang pentingnya keseimbangan dan keselarasan dalam segala aspek kehidupan, serta mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati hubungan antar sesama makhluk hidup. 

Baca juga: Tradisi Meraleng Tendi pada Suku Pakpak, Ritual Penjemput Semangat

Saat pemberian Dayok Nabitur ini, sang kakek akan mengucapkan kalimat '“Jalo ma nang, dayok na binaturon, sai malas ma uhurmu, sai tumis ma sura-suram, janah taratur ma hagoluham han jon hu atas.”

Artinya: Terima lah putri ku, ini ayam tertib, bergembiralah, semoga keinginan mu terkabul, dan hidup teratur mulai hari ini hingga masa depan).

Setelah pemberian Dayok Nabitur ini, prosesi kedua adalah diikuti dengan pemberian kain panjang untuk menggendong bayi yang diserahkan oleh sang kakek.

Saat menyerahkan kain gendongan itu, sang kakek akan memanjatkan doa dan harapannya.

Baca juga: Tradisi Upacara Mameree Cinta Lao pada Suku Pakpak di Sumut

Omma parombahmu, kain panjang, janah murah, sai ganjangma umur mu jahah murah mandapothon rejeki".

Artinya: Ini kain panjangnya yang murah, semoga panjang umur dan mudah mendapat rejeki.

Simbol kain panjang ini merupakan sebuah doa dari ompu kepada anak dan cucunya.

Ompu atau kakeknya berharap kepada Tuhan, agar anak dan cucunya itu dilancarkan kemanapun mereka pergi.

Pada prosesi ketiga, orangtua akan menyerahkan anaknya ke ompu atau ompung dengan kata-kata:

"Oh inang, pahoppu ni ham, malas ma uhur ham, ganjang ma homa umur ni ham, sehat-sehat ma ham han jon hu atas ni ham ase
adong pangguruan ni pahompu ni ham on.”

Artinya: Mama, ini cucu mu, diberkatilah hatimu, semoga panjang umur, sehat selalu dari sekarang sampai nanti biar ada orang yang jadi panutan bagi cucu mu).

Baca juga: Tradisi Manafo Suku Nias yang Mirip dengan Beberapa Suku Lain di Sumatra Utara

Ketika orang tua menyerahkan anak laki-lakinya, ini menegaskan hubungan darah antara sang cucu dengan kakek dan neneknya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved