Banjir Bandang di Humbahas

KSPPM Sebut Longsor di Simangulampe Terjadi karena Pembalakan Hutan di Hulu

Dalam peristiwa tersebut, ada 12 orang dinyatakan hilang. Teranyar, 2 dari 12 jasad korban telah ditemukan.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ MAURITS PARDOSI
Sejumlah alat berat berada di lokasi banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Senin (4/12/2023). Sejumlah warga sekitar dan keluarga korban juga menyaksikan proses pencarian orang hilang dan pembersihan material longsoran. 

TRIBUN-MEDAN.com, DOLOKSANGGUL – Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) menyebutkan penyebab longsor dan banjir bandang yang terjadi di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) adalah pembalakan hutan secara masif di hulu.

Dalam peristiwa tersebut, ada 12 orang dinyatakan hilang.

Teranyar, 2 dari 12 jasad korban telah ditemukan.

Koordinator Study dan Advokasi KSPPM Rocky Pasaribu menjelaskan, pihaknya telah melakukan pemantauan dengan menggunakan drone sehingga dapat dilihat secara jelas adanya gelondongan kayu yang terbawa banjir hingga ke pinggiran Danau Toba.

“Peristiwa yang terjadi di Desa Simangulampe pada tanggal 1 Desember 2023 adalah bencana ekologis. Karena kemarin, kita melakukan pemantauan menggunakan drone, di hulu sudah mengalami kerusakan hutan yang cukup masif,” ujar pihak KSPPM Parapat yang diwakilkan oleh Rocky Pasaribu dalam video yang diperoleh tribun-medan.com, Selasa (5/12/2023).

Ia juga menyebutkan adanya gelondongan kayu yang turut serta dalam banjir dan longsoran itu. Pihaknya tak bisa pastikan siapa pelaku pengrusakan hutan di hulu itu. Setidaknya, ada bukti kayu eukaliptus yang terbawa akibat banjir dan longsor tersebut hingga ke pinggir Danau Toba.

“Dan itu juga dibuktikan oleh banyaknya gelondongan kayu yang terbawa longsor yang terbawa hingga pinggir Danau Toba,” sambungnya.

“Sampai sejauh ini belum bisa pastikan siapa yang melakukan pengrusakan hutan di hulu tersebut, apakah masyarakat ataukah perusahaan. Dari pohon yang kita lihat di hilir itu seperti pohon eukaliptus,” tuturnya.

Pihaknya meminta agar pihak terkait segera menanggulangi masalah tersebut. Ia juga berharap, hal sama tidak terjadi lagi di kawasan Danau Toba.

“Tentu pengrusakan ini berdampak parah bagi masyarakat dan itu sudah terjadi dan tidak menutup kemungkinan kedepan bila tidak ditangani secara serius, dampak seperti yang terjadi di Simangulampe bakal terjadi lagi,” lanjutnya.

“Bukan hanya di Simangulampe, hulu yang sudah mengalami kerusakan hutan bakal alami hal sama juga,” tuturnya.

Sebelumnya, Kepala BNPB RI Suharyanto menjelaskan dirinya langsung diperintahkan oleh Presiden RI Joko Widodo untuk terjun langsung ke lokasi. 

Amatan Tribun Medan di lokasi, bebatuan besar selimuti areal yang terdampak. 

"Saya langsung diperintahkan oleh Presiden RI Joko Widodo. Bupati Humbang Hasundutan sudah menetapkan saat ini adalah tanggap darurat selama dua minggu," sambung Suharyanto, Sennin (4/12/2023). 

"Kalau seperti ini, tidak mudah untuk menanganinya. Dan kita lihat bagaimana bebatuan besar yang ada sehingga kita kerahkan alat-alat berat," tuturnya. 

"Per hari ini, ada 14 unit alat berat. Kita akan upayakan pencarian secara optimal selama seminggu ini. Untuk minggu kedua nanti, kita akan koordinasikan lagi," pungkasnya.

(cr3/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved