Pilpres 2024
INI Daftar Sosok Tapol-tapol yang Kini Dukung Prabowo, Isu Penculikan Disinggung Ganjar saat Debat
Inilah daftar tapol-tapol yang kini dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Seperti diketahui, aksi saling sentil dan menyindir kembali terjadi dala
Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
TRIBUN-MEDAN.com - Inilah daftar tapol-tapol yang kini dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Seperti diketahui, aksi saling sentil dan menyindir kembali terjadi dalam debat Capres putaran pertama yang digelar oleh KPU RI.
Seperti pertanyaan yang dilontarkan oleh calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto menyentil calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo untuk tidak mempolitisasi isu Hak Asasi Manusia (HAM).
Bahkan menurut Prabowo isu ini selalu dilontarkan ketika dirinya ikut dalam kontestan politik di Indonesia.
Namun hal itu langsung dijawab oleh Prabowo Subianto.
Menurutnya, orang yang disebut sebagai tahanan politik (tapol) yang diduga diculik justru kini berada di kubunya.
Momen itu terjadi dalam sesi tanya jawab dalam debat perdana KPU di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (12/12/2023) malam.
Mulanya, Ganjar bertanya kepada Prabowo soal penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat.
Dia menanyakan apakah Prabowo akan menyelesaikan masalah tersebut.
"12 kasus pelanggaran HAM berat, mulai dari peristiwa 65, penembakan misterius, talangsari, penghilangan paksa sampai wamena. Tahun 2009 DPR sudah mengeluarkan 4 rekomendasi untuk presiden: membentuk pengadilan HAM ad hoc, menemukan 13 korban penghilangan paksa, memberikan kompensasi dan pemulihan, dan meratifikasi konvensi anti penghilangan paksa sebagai upaya pencegahan."
"Kalau bapak di situ apakah akan membuat pengadilan HAM dan membereskan rekomendasi DPR? Pertanyaan kedua, di luar sana menunggu banyak ibu-ibu apakah bapak bisa membantu di mana kuburnya yang hilang agar mereka bisa berziarah?" tanya Ganjar.
Prabowo menjawab pertanyaan tersebut bahwa penanganan masalah HAM sejatinya ditangani Mahfud MD yang menjabat Menkopolhukam RI.
Baginya, isu tersebut selalu muncul 5 tahun sekali setiap Pemilu.
"Masalah HAM ditangani Wakil Presiden Anda. Apa lagi yang mau ditanya kepada saya? saya sudah jawab berkali-kali tiap 5 tahun kalau polling saya naik ditanya lagi soal itu," ujar Prabowo.
Prabowo pun mengungkit tahanan politik atau tapol yang disebut ditahan saat itu justru berada di kubunya untuk membela. Dia pun meminta masyarakat untuk tidak mempolitisasi isu HAM.
"Saya merasa bahwa saya yang sangat keras membela hak asasi manusia, nyatanya orang-orang yang dulu ditahan tapol-tapol yang katanya saya culik, sekarang ada di pihak saya, membela di pihak saya. Jadi masalah HAM jangan dipolitisasi Mas Ganjar, menurut saya," katanya.
Dikutip dari Kompas, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) mencatat terdapat 23 orang telah dihilangkan oleh negara.
Dari angka penculikan tersebut, 1 orang dinyatakan meninggal, yaitu Leonardus Gilang, sembilan orang dilepaskan, dan 13 lainnya masih menghilang sampai saat ini.
Adapun sembilan aktivis yang dilepaskan itu, kini telah menduduki sejumlah jabatan mulai dari anggota DPR, anggota BPK hingga wakil menteri.
Sebagian besar di antaranya kini justru bergabung menjadi pendukung Prabowo.
Sementara 13 orang yang hilang, tidak diketahui nasib atau makamnya hingga saat ini.
Berikut daftar sembilan aktivis yang diculik dan akhirnya dibebaskan serta 13 aktivis yang hilang hingga kini:
10 aktivis yang diculik lalu dilepaskan
1. Status Desmond Junaidi Mahesa, kini menjadi anggota DPR RI dari Partai Gerindra
2. Haryanto Taslam, sudah meninggal dunia pada 2015. Sempat menjadi kader PDIP, lalu ke Gerindra.
3. Pius Lustrilanang, anggota BPK
4. Faizol Reza, anggota DPR dari PKB
5. Rahardjo Waluyo Jati, meninggal pada 8 Agustus 2023. Sempat masuk ke PDIP dan menjadi pendukung Jokowi.
6. Nezar Patria, kini menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika
7. Aan Rusdianto, pernah bergabung ke Gerindra
8. Mugianto
9. Andi Arief, kini menjadi elite DPP Partai Demokrat.
10. Budiman Sudjatmiko
13 aktivis yang hilang dan tidak diketahui keberadaanya
13 aktivis yang hilang ini berasal dari berbagai organisasi seperti Partai Rakyat Demokratik (PRD), PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan mahasiswa.
Berikut daftarnya:
1. Petrus Bima Anugrah
2. Herman Hendrawan
3. Suyat
4. Wiji Thukul
5. Yani Afri
6. Sonny
7. Dedi Hamdun
8. Noval Al Katiri
9. Ucok Mundandar Siahaan
10. Hendra Kambali
11. Yadin Muhidin
12. Abdun Nasser
13. Ismail
Sosok Tapol yang Kini Dukung Prabowo
1. Status Desmond Junaidi Mahesa
Politikus Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa meninggal dunia pada Sabtu (24/6/2023).
Kabar meninggalnya mantan aktivis '98 tersebut dibenarkan oleh anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade.
Andre mengatakan bahwa Desmond mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Mayapada, Jakarta pada Sabtu pagi.
Jenazah Desmond rencananya disemayamkan di rumah duka di Jalan Saco 1, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Andre menambahkan, setelah disemayamkan, jenazah Desmond akan dimakamkan di Al Azhar Karawang.
"Iya (Desmond meninggal)," kata Andre saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/6/2032).
Desmond yang mengembuskan napas terakhirnya pada Sabtu pagi merupakan politikus Gerindra yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR.
Dilansir dari laman Gerindra, Desmond lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Desember 1965.
Publik mulai mengenal sosok Desmond ketika ia menjadi salah satu korban penculikan aktivis pro demokrasi pada tahun 1997/1998.
Saat itu Desmond merupakan salah satu aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi pada masa pemerintahan Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto.
Desmond yang saat ini duduk di kursi DPR melenggang ke Senayan usai dirinya mengantongi 103.837 suara dari daerah pemilihan (dapil) Banten II.
Desmond juga pernah menjadi Juara Dapil pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.
Sebelumnya, ia juga meraih 61.275 suara dari dapil Banten II pada Pileg 2014 dan mengantongi 13.439 suara dari dapil Kalimantan Timur pada Pileg 2009.
Haryanto Taslam dikenal sebagai politisi senior Partai Gerindra. Haryanto merupakan sosok politisi yang sangat mencintai organisasi.
Haryanto Taslam sebelumnya pernah menjadi politis PDI Perjuangan. Saat itu, ketika Presiden Soeharto masih memimpin Indonesia, Haryanto berani mengambil sikap yang berseberangan dengan pemerintah. Konsistensi sikap itulah yang membuat Haryanto bahkan sempat diculik.
Haryanto Taslam meninggal dunia pada tahun 2015 silam.
Sebelum masuk ke rumah sakit, Haryanto sempat tidak sadarkan diri lantaran tersedak makanan cair.
Haryanto Taslam dirawat di Rumah Sakit Medistra, Pancoran, Jakarta Selatan. Dia dilarikan ke rumah sakit setelah diketahui jatuh saat berada di kamar mandi.
Pius Lustrilanang lahir pada 10 Oktober 1968.
Ia merupakan seorang aktivis dan politisi Indonesia.
Kini, Pius Lustrilanang adalah anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
Pius juga dikenal sebagai aktivis asal Palembang dan politikus Partai Gerindra.
Dilansir dari berbagai sumber, Pius Lustrilanang menempuh sekolah menengah di Yogyakarta dan tamat pada tahun 1987.
Ketertarikannya pada ilmu politik membawanya meneruskan studi ke jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Parahyangan.
Ayah Pius adalah seorang guru besar Fakultas Teknik Kimia di Universitas Sriwijaya, Palembang.
Selama kuliah, Pius tidak hanya mengejar gelar akademik saja.
Melalui dunia kampus, Pius bertemu dengan kawan-kawan seorganisasi yang tepat dan bisa menyalurkan bakat kritis Pius dengan baik.
Ia bersama kawan-kawannya pun terlibat dalam kegiatan advokasi membela elemen masyarakat kecil yang tertindas.
Pius pernah membela para petani di Badega, Jawa Barat.
Pius pun menjadi anggota BPK yang ruang kerjanya disegel oleh KPK. Hingga November 2023, KPK belum memberikan kejelasan penyegelan ruang kerja Pius Lustrilanang ini terkait kasus apa.
4. Budiman Sudjatmiko
Budiman merupakan salah satu aktivis reformasi yang saat itu lantang menentang kepemimpinan Presiden ke-2 RI Soeharto.
Ia juga merupakan pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang lahir dari organisasi politik bernama Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) kisaran tahun 1994.
Organisasi tersebut mewadahi mahasiswa, buruh, aktivis, dan petani di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki cita-cita tentang sosialisme.
Pada 27 Juli 1996, terjadi kerusuhan di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Menteng, Jakarta Pusat, yang meluas hingga ke daerah sekitar.
Huru-hara yang kini dikenal sebagai peristiwa Kudatuli itu menewaskan sedikitnya 5 orang dan ratusan luka-luka.
Buntut peristiwa itu, sejumlah aktivis PRD ditangkap, tak terkecuali Budiman.
Pada tahun 1997, dia diadili dan divonis 13 tahun penjara karena dituding menjadi auktor intelektualis peristiwa Kudatuli.
Namun demikian, Budiman justru merasa “terselamatkan” karena masuk penjara.
Sebab, sejumlah rekannya di PRD menjadi korban penculikan rezim kala itu. Meski begitu, Budiman hanya menjalani hukuman selama kurang lebih 3,5 tahun.
Sebab, pada Desember 1999, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memberinya amnesti.
Pernah mendekam di jeruji besi tak membuat Budiman berhenti terlibat dalam politik.
Ia melanjutkan karier politiknya dengan bergabung ke PDI Perjuangan pada tahun 2004.
Bahkan, Budiman berhasil menduduki kursi parlemen di Senayan selama dua periode, yaitu anggota DPR dari Fraksi PDI-P pada 2009-2014 dan 2014-2019.
Lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 10 Maret 1970, Budiman sempat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Namun, aktivisme membuat studinya kala itu tak tuntas.
Budiman baru melanjutkan pendidikan tingginya setelah keluar dari penjara.
Ia menempuh studi Ilmu Politik di Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.
Budiman mengakui bahwa dirinya dan Prabowo berseberangan pada era Orde Baru.
Namun demikian, kini dia merasa punya pandangan yang sama dengan Menteri Pertahanan itu.
“Saya sebagai orang yang pernah berhadapan dengan beliau, tadi bertemu dengan cara pandang ini bangsa harus diselamatkan, demokrasi harus diselamatkan,” ujar Budiman usai pertemuan dengan Prabowo, Selasa malam.
Jejak perbedaan ini pun diakui oleh Prabowo.
Meski begitu, Prabowo mengatakan, sejarah itu tak menghalangi dirinya dan Budiman untuk menjalin hubungan baik saat ini.
“Kita memang pernah berhadapan, tapi yang buat kita dulu (berbeda) suatu keadaan, kondisi, sistem. Ternyata, kenyataannya, kita sebenarnya memiliki cita-cita yang sama,” kata dia.
(*/TRIBUN-MEDAN.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
tapol yang Kini Dukung Prabowo
Status Desmond Junaidi Mahesa
Haryanto Taslam
budiman sudjatmiko
Pius Lustrilanang
Debat Capres
Prabowo Subianto
Pilpres 2024
tapol
| Nama 55 Anggota DPRD DI Yogyakarta Periode 2024-2029, PDIP Kursi Terbanyak Disusul Gerindra dan PKS |
|
|---|
| Nama 50 Anggota DPRD Surabaya 2024-2029, PDIP, Gerindra dan PKB Raup Kursi Terbanyak |
|
|---|
| NASIB PDIP Usai Kalah di Pilpres Juga Bisa Gagal Raih Kursi Ketua DPR Gegara Oposisi: Revisi UU MD3 |
|
|---|
| USAI Nyatakan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Minta Relawan Perubahan Jangan Berhenti Berjuang |
|
|---|
| PKS Niat Gabung Koalisi Prabowo: Golkar Anggap Sensitif, Gelora Tegas Tolak, PSI Sebut Tak Sehat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.