Berita Viral
Para Pengungsi Rohingya Makin Berulah, BAB Sembarangan di Tambak Ikan Warga, Kini Diusir Paksa
Warga Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues menolak keras kehadiran pengungsi Rohingya yang ingin di satu tempatkan di daerahnya.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Warga Aceh kini makin kesal dengan para pengungsi Rohingya yang berada di pinggir Pantai Gampong Blang Raya, Kabupaten Pidie.
Di mana, pengungsi ini buang ari besar (BAB) sembaragan di sekitar lokasi tersebut.
Bahkan, para pengungsi ini BAB di tambak ikan milik warga.
Baca juga: Polisi Selidiki Laporan 6 Mahasiswa UNPRI Medan Diduga Sebar Hoaks dan Bikin Gaduh soal Temuan Mayat
Diketahui, pinggir Pantai Gampong Blang Raya, Kabupaten Pidie ada 180 pengungsi Rohingya yang ditampung.
Karena kelakukan mereka ini, warga emosi dan memidahkan secara paksa para pengungsi.
Penolakan ini muncul akibat perilaku para pengungsi yang dianggap tidak pantas di tengah masyarakat setempat.
Kelakuan mereka telah membuat geram warga, terutama di wilayah-wilayah yang menjadi tempat penampungan para pengungsi tersebut.
Terbaru para pengungsi menggunakan tambak warga setempat sebagai tempat buang air besar dan mandi.
Baca juga: VIRAL Ulah Penumpang Perempuan Tantrum Bikin Panik Ojol, Polisi Turun Tangan: Ngambek Sama Pacar
Aksi para pengungsi Rohingya itu tentu membuat warga geram, mereka akhirnya dipindahkan secara paksa.
"Tentu saja, tindakan tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan potensi konflik antara pengungsi dan masyarakat lokal," terang Keuchik Gampong Batee Zakaria.
Namun, perlu diakui bahwa masalah ini mungkin merupakan hasil dari kurangnya persiapan infrastruktur dan koordinasi yang memadai dalam menanggapi kehadiran pengungsi.
Keuchik Zakaria menegaskan bahwa masyarakat sebelumnya menolak kedatangan etnis Rohingya.
Baca juga: SOSOK Rinto, Supir Bus Handoyo Hanya Luka Ringan Usai Kecelakaan di Tol Cipali, 12 Penumpang Tewas
Namun, mereka setuju untuk menampung sementara atas permintaan Pemerintah Kabupaten Pidie.
Dalam kondisi ini, mungkin perlu dipertanyakan apakah pemerintah setempat telah menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menangani kebutuhan dasar pengungsi, seperti tempat buang air.
Sementara itu, Protection Associate UNHCR Yance Tamaela menjelaskan bahwa pihaknya telah berusaha mencari solusi bersama kepolisian dan tokoh masyarakat.
Meskipun ada kesepakatan untuk menempatkan pengungsi di tenda di pesisir, keluhan warga terkait perilaku pengungsi menunjukkan bahwa perlu tindakan lebih lanjut.
Baca juga: Viral Wanita Nangis Histeris hingga Guling-guling di Tanah karena Berantam dengan Pacar
Dalam melihat permasalahan ini, perlu diambil pendekatan holistik.
Pertama, pemerintah setempat harus bekerja lebih keras untuk menyediakan fasilitas dasar, termasuk tempat buang air, sehingga pengungsi dapat hidup dengan layak tanpa mengganggu masyarakat setempat.
Kedua, komunikasi yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan UNHCR harus dibangun untuk mengatasi ketidaksetujuan awal dan membangun pemahaman bersama.
Pentingnya memberikan pendidikan kepada pengungsi tentang norma-norma dan budaya lokal juga tidak boleh diabaikan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan ke depannya dapat tercipta kerjasama yang harmonis antara pengungsi Rohingya dan masyarakat Gampong Blang Raya.
Sudah ditolak keras, mengapa pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh?
Baca juga: SOSOK Jeniaty Rike, Camat Cantik yang Mengundurkan Diri Usai Dipermalukan Bupati Toraja Utara
Bahkan menurut OCHA, organisasi PBB untuk kemanusiaan, Rohingya hampir pasti tetap akan berdatangan hingga Maret 2024 ke Aceh, mengapa?
Setidaknya dua faktor penyebabnya. Yakni situasi politik di Myanmar dan Bangladesh yang makin menakutkan buat mereka, selain musim kemarau panjang mengancam pangan mereka. Faktor kedua, pada kurun waktu Desember hingga Maret, laut di perairan Andaman menuju Aceh relatif tenang dan aman untuk kapal melaut dengan risiko kecil.
Kabar bakal terus berdatangan pengungsi Rohingya ke Aceh berdasarkan info Badan PBB urusan Kemanusiaan (OCHA) di layanan situs website-nya, ReliefWeb.
“Mengingat situasi di Myanmar saat ini, berlarut-larutnya pengungsi Rohingya di Bangladesh, dan datangnya musim kemarau dengan kondisi laut yang membaik. Maka diperkirakan akan lebih banyak lagi kelompok pengungsi Rohingya yang akan tiba di Aceh pada akhir bulan Maret 2024,” lapor ReliefWeb, diterbitkan pada Rabu (13/12/2023).
Layanan itu melaporkan bahwa, pengungsi Rohingya sangat memerlukan bantuan segera, berkelanjutan, dan menyelamatkan nyawa.
Baca juga: JOKOWI Segera Tinggalkan PDIP? Senyum-Senyum Saat Disinggung Pakai Dasi Kuning, Golkar: Nyaman
“UNHCR dan IOM segera meminta dana sebesar USD 5,4 juta (Rp 83,7 miliar) untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan darurat para pengungsi Rohingya yang diturunkan di Provinsi Aceh,” lapor ReliefWeb.
Layanan itu menyebut, 1.543 pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh sejak 14 November 2023.
Hingga 12 Desember 2023, total pengungsi Rohingya di Aceh, termasuk 179 orang yang turun dari kapal pada awal tahun 2023, berjumlah sekitar 1.722 orang.
Sekitar 700 pengungsi saat ini masih terluntang lantung di Aceh dan belum mendapatkan tempat penampungan.
Lebih dari 1.000 orang telah direlokasi ke tempat penampungan yang penuh sesak di Aceh.
Baca juga: Rebutan jadi Imam Salat di Masjid, Dua Pria di Kediri Adu Jotos, Wajah Babak Belur, Dirawat di RS
Wacana Pengungsi Rohingya Mau Dijadikan Satu Tempat
Warga Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues menolak keras kehadiran pengungsi Rohingya yang ingin di satu tempatkan di daerahnya.
Wacana pemindahan pengungsi Rohingya ke dua kabupaten di Aceh itu telah berhembus kencang sejak Selasa (12/12/2023) sore.
Saat ini sebanyak 1.600-an pengungsi Rohingya tersebar di sejumlah titik di Provinsi Aceh.
Pada Selasa sore kemarin, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues melakukan rapat dengan Pemerintah Aceh.
Dalam rapat tersebut juga hadir perwakilan dari Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) dan International Organization Migration (IOM).
Baca juga: SINYAL Jokowi Semakin Mantap Tinggalkan PDIP? Senyum Disinggung Pakai Dasi Kuning, Golkar: Nyaman
Awalnya Pemkab Aceh Tamiang bersedia menyiapkan lokasi penampungan sementara.
Namun saat pertemuan berlangsung, sejumlah warga yang menolak kedatangan etnis Rohingya ini melakukan aksi protes menggunakan alat pengeras suara.
“Sangat riskan bila etnis Rohingya ini tetap kita terima, sedangkan protes begitu keras dari masyarakat,” kata sumber di Pemkab Aceh Tamiang.
Selain maraknya aksi protes, pertimbangan lain disebabkan lokasi pengugsian di kawasan Opak, Bendarahara, Aceh Tamiang sangat dekat dengan permukiman.
Selain itu, fasilitas calon lokasi penampungan juga sangat minim, dikhawatirkan pengungsi menyusup ke permukiman yang bisa menimbulkan gejolak sosial dengan warga lokal.
“Sepertinya akan dipindahkan ke Gayo Lues,” ungkap sumber tersebut.
Baca juga: BERITA Real Madrid, Luka Modric Cabut dari Los Blancos, Ancelotti Masih Butuh, Rumor ke Arab Saudi?
Sementara itu, Pj Bupati Gayo Lues, Drs Alhudri mengatakan dengan adanya rencana kedatangan pengungsi Rohingya ke Kabupaten Gayo Lues, pihaknya menerima.
Namun dengan catatan bahwa shelternya diupayakan agar tidak berdekatan dengan perkampungan atau permukiman masyarakat.
Sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban masyarakat di kabupaten tersebut.
Poin kedua, lanjutnya, titik yang diusulkan menjadi tempat para pengungsi Rohingya di Kabupaten Gayo Lues berlokasi di perbatasan Gayo Lues dengan Kabupaten Aceh Timur dengan titik koordinat 4°12'25"N 97°34'03"E.
Bahkan IOM dan UNHCR nantinya juga harus diawasi dan diberikan penegasan untuk tidak bermain-main dalam hal mengalihkan pengungsi Rohingya, yang nantinya berada di salah satu titik di wilayah kabupaten Gayo Lues.
"Hal tersebut diantisipasi, karena apabila mereka bergabung dengan masyarakat nanti berbahaya,”
Baca juga: JOKOWI Balas Pernyataan Anies Baswedan Yang Sebut Indeks Demokrasi di Indonesia Turun
“Oleh karena itu, semua stakeholder terkait harus terlibat khususnya Dinas Sosial yang akan berada di lini terdepan,”
“Begitu juga Forkopimda harus terlibat,"bunyi poin yang sampaikan Pj Bupati Gayo Lues, dikutip dari TribunGayo.
Selanjutnya, pengungsi tersebut nantinya tidak dapat keluar dari area pengungsian yang telah ditetapkan oleh Pemkab Gayo Lues.
Bahkan mereka juga agar diberdayakan seperti melakukan kegiatan yang produktif seperti halnya pertanian.
"Kini kita harus dapat mengantisipasi langkah dan upaya yang dilakukan oleh UNHCR dan IOM tersebut," sebutnya.
Secara terpisah, informasi yang dihimpun TribunGayo.com, menanggapi hal itu warga dan mahasiswa Gayo Lues akan mengelar aksi besar-besaran.
Hal sebagai bentuk menolak Rohingya yang akan di pindahkan ke kabupaten tersebut.
"Mahasiswa dan warga di Gayo Lues akan gelar aksi demo tolak Rohingya dipindahkan ke Kabupaten Gayo Lues, tolak Rohingya,”
Gayo Lues enti (jangan) dijajah, Ganti Pj Bupati, jika hal itu sempat terjadi," kecam pemuda dan aktivis Gayo Lues, Rahmin.
"Seluruh masyarakat bersama pemuda dan mahasiswa serta kalangan LSM menolak keras kedatangan Rohingya ke Kabupaten Gayo Lues, tolak Rohingya, Gayo Lues jangan dijajah Ganti Pj Bupati," tegasnya.
Artikel ini diolah Tribuntrends
Baca Berita Tribun Medan Lainnya di Google News
Para Pengungsi Rohingya Makin Berulah
BAB Sembarangan di Tambak Ikan Warga
Pengungsi Rohingya Kini Diusir Paksa
Tribun Medan
Berita Viral
RIEKE Diah Pitaloka Sorot Kepsek dan Guru di SDN Bermesraan Sambil Karaoke Pakai TV Bantuan Presiden |
![]() |
---|
3 Kali Diteror Usai Diplomat Arya Daru Tewas, Meta Ayu Sampai Minta Tolong Presiden dan Kapolri |
![]() |
---|
ROMY Sindir Mardiono Klaim Jadi Ketum PPP Secara Aklamasi di Lantai 10: Bukan Muktamar, Tapi Ngamar |
![]() |
---|
MODUS RDH Belanja Pakai Uang Palsu Hasil Cetakan Printer Sendiri, Segini Total Sudah Beredar |
![]() |
---|
NASIB 1.268 Jiwa di Taman Sari Jakarta Kehilangan Tempat Tinggal Akibat Kebakaran, Kerugian Rp 35 M |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.