Tsunami Aceh

Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh, Hingga 6 Penyebabnya, Termasuk Jatuhnya Meteor

Hari ini, Selasa, 26 Desember 2023, tepat 19 tahun tsunami Aceh yang menewaskan ratusan ribu nyawa

Editor: Array A Argus
AP
Seorang wanita saat berada di depan Masjid Raya Aceh usai tsunami tahun 2004 

Di Aceh Singkil misalnya, nama lokal tsunami adalah “gloro”, berasal dari kata gelora.

Di Simeulue yang penduduknya memiliki tiga Bahasa (Devayan, Sigulai, dan Lekon), tsunami dinamakan “smong” oleh penduduk Devayan dan dinamakan “emong” oleh penutur Bahasa Sigulai.

Baca juga: HEBOH Kabar Perkiraan Gempa dan Tsunami 20 Desember-23 Januari 2023, BMKG: Dasarnya Tidak Jelas

Sementara itu, di kawasan Aceh Besar, tsunami dikenal dengan nama “ie beuna” atau “air keras dari laut”, sebagaimana tercatat di Perpustakaan Tanoh Abe, Aceh Besar.

Di Pidie, tsunami dinamakan “geulumbang raya”, mirip seperti orang Inggris menyebut tsunami, yakni “big wave” atau “long wave”.

Di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, tsunami yang dalam bahasa Jepang berarti “gelombang yang melampaui lantai pelabuhan” justru dinamakan “alon buluek”. Istilah ini justru berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.

Nah, merujuk pada kondisi masa lalu, tampaknya tsunami di wilayah Aceh merupakan peristiwa berulang dengan siklus lebih dari satu abad.

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,2 Guncang Jember, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

Namun, dalam kenyataannya, di Aceh pernah terjadi “twin tsunami” atau tsunami kembar.

Dinamakan tsunami kembar jika dalam satu abad pernah terjadi dua kali tsunami.

Uniknya di Aceh, jangankan “twin tsunami”, “triple tsunami” pun pernah terjadi.

Berikut faktanya: tahun 1907 tsunami melanda Pulau Simeulue dan Singkil, lalu tahun 2004 (kurang tiga tahun dari satu abad) terjadi lagi tsunami di Aceh.

Baca juga: TERJAWAB Kenapa Jepang Keluarkan Peringatan Dini Tsunami Akibat Erusi Gunung Semeru Jawa Timur

Berikutnya, saat terjadi gempa Nias pada 28 April 2005, lagi-lagi ada wilayah Aceh yang dirundung tsunami, yakni Pulau Haloban yang “run-up” tsunaminya di pulau itu mencapai 6 meter.

Sedangkan "run-up" tsunami pada 26 Desember 2004 mencapai 42,5 meter di kawasan Krueng Raba, Lhoknga, Aceh Besar.

Lalu, apa sebetulnya tsunami itu dan apa penyebab terjadinya?

Tsunami merupakan bencana alam yang terjadi karena adanya aktivitas geologi Bumi. Biasanya berlangsung setelah gempa tektonik.

Walau terjadi di laut, tsunami berbeda dengan ombak pada umumnya.

Baca juga: Abu Vulkanik Gunung Semeru Tutupi Perkampungan, Jepang Waspadai Peringatan Tsunami

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved