Idul Fitri 2024

5 Tradisi Takbiran di Berbagai Daerah Indonesia untuk Menyambut Idul Fitri

Malam Takbiran adalah malam penuh sukacita dan perayaan menjelang hari kemenangan umat Muslim di Hari Raya Idul Fitri.

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Randy P.F Hutagaol
HO
Ilustrasi Idul Fitri 

TRIBUN-MEDAN.com - Malam Takbiran adalah malam penuh sukacita dan perayaan menjelang hari kemenangan umat Muslim di Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi malam takbiran dilakukan oleh hampir seluruh umat Muslim di Indonesia, tepat malam 1 Syawal, umat Muslim mengumandangkan takbir secara serentak. Biasanya, takbiran dilakukan di masjid-masjid, namun di berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi takbiran yang berbeda untuk menyambut Idul Fitri.

Tradisi yang berbeda-beda ini membuat malam takbiran di Indonesia menjadi acara yang sangat menarik dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Kegiatan ini dilakukan untuk merayakan hari kemenangan (Idul Fitri) setelah sebulan penuh berpuasa Ramadan.

Tradisi Takbiran di Berbagai Daerah Indonesia

1. Meugang (Aceh)

Di Aceh, daerah yang dikenal dengan ajaran Islam yang kuat, terdapat tradisi untik mengisi malam takbiran, yang dikenal dengan sebutan meugang.

Meugang adalah acara pembagian daging yang dilakukan pada malam takbiran kepada masyarakat yang kurang mampu. Bagi masyarakat Aceh, bulan Ramadan dan Idul Fitri tidak akan lengkap tanpa adanya meugang.

2. Pawai Kendaraan Hias (Sumatera Utara)

Sumatera Utara memiliki tradisi khusus yang menyemarakkan Malam Takbiran. Tradisi unik ini dikenal dengan sebutan pawai kendaraan hias. Tepatnya, pawai kendaraan hias ini merupakan tradisi masyarakat Asahan, Sumatera Utara.

Namun, tradisi takbiran ini juga sering terlihat di kota Medan. Biasanya, acara ini diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Pesertanya adalah para pengurus berbagai masjid di Sumatera Utara dan perwakilan desa atau kelurahan.

3. Tradisi Ronjok Sayak (Bengkulu)

Tradisi takbiran di Indonesia selanjutnya berasal dari daerah Bengkulu. Tradisi ini dikenal dengan sebutan Ronjok Sayak atau tradisi bakar gunung berapi. Festival ini dimulai dengan menyalakan api di tumpukan sabut kelapa setinggi satu meter.

Masyarakat Bengkulu percaya bahwa menyusun dan membakar tumpukan sabut kelapa tersebut merupakan tanda syukur kepada Allah dan sarana untuk mengirimkan doa kepada arwah anggota keluarga yang telah meninggal.

4. Pawai Obor (Sulawesi)

Tradisi pawai obor merupakan hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Sulawesi pada malam Idul Fitri. Pawai obor dianggap sebagai simbol persatuan dan toleransi.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved