Mafia Beras
Pantas Mahal, Bulog Cabang Medan Rupanya Pasok 2.000 Ton Beras ke Mafia yang Palsukan Dokumen
Tingginya harga beras di Suamtra Utara, khususnya Kota Medan ternyata karena adanya permainan mafia yang memalsukan dokumen
TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Tingginya harga beras di Sumatra Utara, khususnya di Kota Medan ternyata ulah mafia.
Pada Februari 2024 kemarin, Bulog Cabang Medan memasok 2.000 ton beras ke mafia yang memalsukan dokumen.
Adapun mafia yang berhasil mendapat pasokan beras sebanyak 2.000 ton dari Bulog Cabang Medan berinisial AKL (67).
Modus yang dilakukan AKL sebenarnya sudah umum dilakukan.
Ia memalsukan dokumen milik UD Kilang Padi Jasa Tani milik Parino.
Berbekal dokumen palsu itu, ia pun dengan gampang dan mudahnya mendapat pasokan beras hingga 2.000 ton.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi mengatakan, AKL ditangkap pada Senin (4/3/2024) sekira pukul 10:00 WIB.
"Dokumen ini digunakan AKL untuk mendapatkan beras komersial, yang dimana setelah dokumen itu masuk ke Bulog, kemudian Bulog memproses dan mengeluarkan sejumlah 2.000 ton di bulan Februari 2024," ungkap Hadi, Senin (4/3/2024).
Hadi menjelaskan, selama ini AKL merupakan distributor beras dan gula.
Namun, sejak tahun 2024, ada peraturan baru yang mengharuskan jika ingin mengambil beras komersil cadangan beras pemerintah (CBP) ke Bulog harus memiliki kilang padi.
Lantaran tak memiliki kilang inilah tersangka diduga nekat memalsukan dokumen usaha dagang orang lain untuk mendapatkan beras.
"Tersangka AKL tidak memiliki perusahaan yang bergerak di kilang padi. Tersangka adalah sebagai pengusaha yang selama ini distributor beras dan gula di Sumut."
Polisi mengungkap, beras yang dibeli tersangka sebanyak 2.000 ton dengan biaya sekitar Rp 24 Miliar dari Bulog Cabang Medan diedarkan ke Provinsi Riau hingga Jawa.
Padahal, beras tersebut digelontorkan ke Bulog Cabang Medan untuk menekan harga beras di Sumatera Utara.
Tetapi oleh tersangka, setelah memalsukan dokumen dan mendapat beras dijual ke luar Provinsi Sumatera Utara.
Sehingga akibat ulah tersangka diduga menjadi salah satu penyebab tingginya harga beras di Sumut.
"Bahwa pelaku ini menyalurkan beras yang didapatkan sebanyak 2.000 ton itu di wilayah Riau dan Jawa, walaupun ketentuan untuk mendapatkan beras komersial bisa didistribusikan di semua wilayah, tetap barang kali yang bersangkutan memiliki bangsa pasarnya di wilayah Riau dan Jawa sehingga dia mendistribusikan itu ke wilayah sana."
Polisi telah menangkap dan menetapkan AKL sebagai tersangka.
"Atas perbuatannya, Aseng dijerat Pasal 6 ayat 1 UU Darurat RI no 7 tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi dengan ancaman pidana penjara maksimal 6 tahun," katanya.
Berondok di Kerumunan Polisi
AKL, mafia beras yang selama ini menyusahkan masyarakat 'berondok' diantara kerumunan polisi.
Ia menghadap ke belakang, saat dihadirkan dalam gelar pemaparan di Polda Sumut.
Polisi juga merahasiakan identitas lengkap mafia beras ini.
Informasi menyebutkan, bahwa AKL selama ini diduga menyembunyikan beras Bulog yang dibelinya itu di kilang padi Regar di kawasan Gebang, Kabupaten Langkat.
Namun polisi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai informasi ini.
Padahal dalam rilis yang dibuat polisi, ada tertera Kilang Padi Regar, lengkap dengan foto-fotonya.
Pada Kilang Padi Regar ini, beras Bulog yang dibeli kemudian dimasukkan ke karung baru dengan merek baru pula.
Dalam rilis tersebut, tertera bahwa beras Bulog diduga dimasukkan ke karung merek Cap Regar, Cap Seet Boat, Cap Cincin dan Cap Kelinci.
Beras ini yang kemudian dijual ke masyarakat dengan harga tinggi.
Sayang, dalam perkara ini cuma AKL saja yang dijadikan tersangka.
Padahal, pemilik Kilang Padi Regar patut diduga terlibat dalam kejahatan terstruktur dan massif ini.
Pihak Bulog Cabang Medan juga tidak ada yang dijadikan tersangka, meski lalai dalam melakukan pemeriksaan dokumen hingga menggelontorkan 2.000 ton beras ke mafia.
Kepala Perum Bulog Ngaku tak Bisa Berbuat Banyak
Kepala Perum Bulog Sumut Arif Mandu mengaku tak bisa berbuat banyak mengenai harga beras di Sumut, khususnya Kota Medan yang masih tinggi.
Menurut dugaan Arif, mahalnya beras di pasar karena pedagang mengambil beras untuk dijual lagi kepada downline atau jaringan terbawah pendistribusian.
Seperti halnya temuan Satgas Pangan gabungan pada 1 Maret lalu, adanya beras Bulog ditukar kemasannya dan di pasar Simpang Limun Medan, lalu dijual Rp 13.500, sementara harga beras eceran tertinggi (HET) dari pemerintah Rp 11.500.
Mereka mengaku mendapat beras bukan dari Bulog langsung, melainkan beberapa agen.
Kata Arif, Bulog mendistribusikan beras ke PD Pasar Pemko Medan, lalu dari PD Pasar didistribusikan kepada PT Pilar.
Dari PT Pilar maupun PD Pasar inilah kemudian bisa didistribusikan kepada 43 pasar Kota Medan dibawah naungan PD Pasar.
Namun katanya, baik PD Pasar maupun PT Pilar disebut memiliki downline atau jaringan distribusi dibawahnya.
Downline inilah yang diduga menyebabkan harga beras tinggi, begitu dijual kepada pedagang pasar.
"PD pasar dan PT Pilar punya downline
Yang dikhawatirkan kemarin, pedagang ambil lagi dari downline. Artinya sudah rantai ke tiga,"kata Kepala Perum Bulog Sumut Arif Mandu, Senin (4/3/2024) sore di Polda Sumut.
Meski mengetahui akar masalah mahalnya beras, Arif cuma bisa meminta downline dibawah PD Pasar Pemko Medan dan PT Pilar memasang spanduk, harga eceran tertinggi sebesar Rp 11.500 per kilogram.
Hal ini supaya pedagang maupun pengecer mengetahui harga beras sesungguhnya.
Lalu, meminta PD Pasar dan PT Pilar mencoret agen yang tidak menyertakan foto spanduk harga saat mengambil beras ke mereka.
"Saya minta Cabang Medan sebagai pelayanan, setiap permintaan kembali minta foto ada gak spanduk setiap downline nya itu. Kalau tidak ada spanduk jangan dilayani. Harus disiplin sehingga masyarakat bisa mendapatkan harga sesuai HET."
Lalu, Perum Bulog Sumut juga mengaku sudah berpesan kepada PD Pasar Pemko Medan dan PT Pilar supaya pedagang bisa langsung membeli kepada mereka, tidak lagi kepada agen.
"Kami sudah minta kepada PD Pasar dan PT pilar kalau bisa pedagang diberikan semua sehingga rantainya dan jangan yang lainnya ambil dari downline lagi. Memperpanjang rantai. Kita punya harga eceran tertinggi (HET) Rp 11.500," terangnya.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Bulog Cabang Medan Kebobolan Kirim 2.000 Ton Beras ke Mafia, Pejabatnya Belum Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Ulah Aseng Beras di Sumut Mahal, Pejabat Bulog Belum Jadi Tersangka Atas Lolosnya Dokumen Palsu |
![]() |
---|
KPK dan Kejaksaan Didesak Segera Bentuk Tim Investigasi Impor Beras |
![]() |
---|
DPR : Waspada, Mafia Beras Diduga Kendalikan Bulog |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.