Henry Dumanter Apresiasi Penangkapan Nina Wati, Ngaku Pernah Kena Ditipu Rp 5,5 Miliar

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Deliserdang, Henry Dumanter memberi apresiasi terhadap Polda Sumut karena sudah menangkap Nina Wati.

Editor: Jefri Susetio
istimewa
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Deliserdang, Henry Dumanter memberi apresiasi terhadap Polda Sumut karena sudah menangkap Nina Wati. Ia juga menjadi korban penipuan cek kosong senilai Rp 5,5 miliar 

TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN - Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Deliserdang, Henry Dumanter memberi apresiasi terhadap Polda Sumut karena sudah menangkap Nina Wati.

Bahkan, ia mengaku turut melaporkan Nina Wati ke polda usai ditipu Rp 5,5 Miliar.

"Saya apresiasi setinggi tingginya kinerja Polda Sumut. Saya salut dengan Bapak Kapolda. Sebab, saya juga korban penipuan dari Nina Wati," ujarnya kepada Tribun-Medan.com, Jumat (22/3/2024).

Baca juga: Sosok Nina Wati, Tersangka Penipu Masuk Akpol Pernah Perintahkan Tembak Polisi, Seret Nama Kodam

 

Henry Dumanter yang juga Wakil Bendahara DPD PDI Perjuangan Sumut ini menjelaskan, Nina Wati pernah meminjam uang Rp 5,5 miliar. Tapi, mengembalikan uang tersebut pakai cek kosong. Artinya, cek yang diberikan tidak ada uangnya.

"Saya kenal sosok Nina Wati ini. Dia beri saya cek kosong. Karena teman saya beri pinjaman uang. Saya laporkan dia ke Polda Sumut dengan nomor: STTLP/B/837/VII/2023/SPKT/POLDASUMUT," katanya.

Lebih lanjut ia bilang selama ini Nina Wati membangun personal branding sebagai tokoh masyarakat dan dermawan.

Tidak hanya itu, dalam berbagai kesempatan, Nina Wati ngaku punya jaringan luas.

"Saya tahu betul sosok Nina Wati hanya seorang penipu. Saya salut dengan kinerja Kapolda Sumut yang profesional," ujarnya.

Ia menuturkan, seluruh warga yang pernah menjadi korban penipuan Nina Wati harus melapor ke Polda Sumut. Sehingga, penyidik bisa membongkar kasus-kasus penipuan lain yang dilakukan Nina Wati bersama koleganya.

Pada pemberitaan sebelumnya, Subdit IV Renakta Ditrreskrimum Polda Sumut dibantu Sat Brimob menangkap Nina Wati (47) tersangka dugaan penipuan modus masuk Akpol bayar Rp 1,3 Miliar di kediamannya Dusun XI, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ia ditangkap pagi tadi oleh personel Polda Sumut, Kamis (21/3/2024) sekira pukul 08:30 WIB.

Dari foto maupun video yang diterima, ketika ditangkap, wanita yang karib dipanggil Bunda Nina ini masih mengenakan daster berwarna merah hitam bercorak dedaunan.

Ia nampak didampingi diduga kuasa hukum dan keluarganya.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Sumaryono mengatakan, penangkapan ini dilakukan ditemukan bukti yang cukup ia menipu Afnir, warga Serdang Bedagai.

Selain menangkap Nina, Polisi turut menyita barang bukti di antaranya handphone, kwitansi, bukti transfer dan rekening koran.

"Dari penyidikan kami, saudara NN telah terpenuhi segala unsur baik formil dan materil.Kami juga telah mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya handphone, kemudian kuitansi bukti elektronik dan bukti transfer uang serta rekening koran dari beberapa orang,"kata Kombes Sumaryono, Kamis (21/3/2024) di Polda Sumut.

Polisi telah memeriksa 16 orang saksi baik dari korban maupun tersangka.

Di antaranya, oknum Polisi yang bertugas di Polres Serdang Bedagai bernama Iptu Supriadi.

Ia diduga orang yang memperkenalkan korban kepada Nina Wati.

Atas perbuatannya, Nina diduga melanggar Pasal 372 dan 378 tentang penggelapan dan penipuandan terancam kurungan 4 tahun penjara.

Awal Mula Penipuan

Dugaan penipuan modus bisa meluluskan masuk menjadi akademi kepolisian (Akpol) bermula pada 25 Agustus 2023 lalu.

Saat itu, korban bernama Afnir diperkenalkan oleh Iptu Supriadi, personel Polres Serdang Bedagai kepada tersangka Nina agar anak Afnir bisa lulus menjadi anggota Bintara Polri.

Setelah itu, diduga dibujuk rayu korban membayar uang sebesar Rp 500 juta kepada tersangka secara bertahap.

Dalam penyerahan uang juga disertai kwitansi sebagai bukti.

Seiring berjalannya waktu, ternyata anak korban tidak lulus seperti apa yang dijanjikan.

"Korban dengan bujuk dan iming-iming membayar sebanyak Rp 500 juta secara bertahap dan dari itu dibuatkan kwitansinya. Kemudian, dengan berjalannya waktu ternyata anak korban tidak masuk Brigadir kepolisian sebagaimana dijanjikan."

Setelah anaknya tak lulus Bintara Polri, tersangka diduga kembali menjanjikan jika anak korban bisa lulus Taruna Akademi Kepolisian (Akpol).

Kali ini, korban diduga dimintai uang sebesar Rp 1,2 Miliar supaya anaknya lulus sehingga total uang yang dikirim korban sebanyak Rp 1,350 Miliar.

Setelah mengirim uang, lagi-lagi anak korban diduga dinyatakan tak lulus Akpol hingga akhirnya korban geram dan melapor ke polisi pada 8 Februari 2024 lalu.

"Dari iming-iming ini korban tertarik dan menambah sejumlah uang sehingga uang yang dikirim kepada saudari NN sebanyak Rp 1,350 Miliar. Disaat tertentu, saudari NN diminta pertanggungjawabannya karena hari yang ditentukan anak korban tidak lulus taruna akademi kepolisian."

Baca juga: Iptu Supriadi Akhirnya Dicopot, Terlibat Dugaan Penipuan Taruna Akpol 1,3 Miliar Bareng Nina Wati

 

Iptu Supriadi Belum Tersangka

Seorang perwira pertama Polisi bernama Iptu Supriadi diduga terlibat dalam kasus dugaan penipuan modus masuk Akpol bayar Rp 1,3 Miliar yang diduga dilakukan Nina Wati.

Dirreskrimum Polda Sumut Kombes Sumaryono mengatakan, Iptu Supriadi merupakan orang yang memperkenalkan korban bernama Afnir kepada tersangka Nina Wati.

Dari perkenalan inilah kemudian korban diduga terkena bujuk rayu, dimana Nina mampu meluluskan anaknya masuk menjadi Bintara Polri.

Setelah itu korban pun mengirimkan uang sebesar Rp 500 juta secara bertahap yang disertai kwitansi pembayaran.

Terhadap Iptu Supriadi, personel Polres Serdang Bedagai tersebut sudah dimintai keterangan meski sempat terjadi perdebatan saat penyidik hendak menyita handphonenya.

Namun demikian Polisi belum menetapkannya sebagai tersangka, meski Nina sudah ditangkap.

Kombes Sumaryono berjanji akan segera memberi kepastian hukum terhadap Supriadi.

"Untuk itu Supriadi kita dalami perannya dan dalam waktu dekat akan kita berikan kepastian hukum terhadap yang bersangkutan.Pemeriksaan awal sudah dan akan kita dalami lagi,"ungkap Kombes Sumaryono, Kamis (21/3/2024).

Padahal sebelumnya, Iptu Supriadi berupaya menghancurkan barang bukti berupa handphone yang diduga kuat berisi bukti yang berkaitan dengan penipuan modus masuk Akpol bayar Rp 1,3 miliar tersebut.

Sebuah rekaman video beredar di media sosial perdebatan antara penyidik Subdit IV Renakta Direktorat Ditreskrimum Polda Sumut dengan Iptu Supriadi, personel Polres Serdang Bedagai.

Dalam video terlihat perdebatan hingga tangisan Iptu Supriadi dan seorang perempuan diduga istrinya.

Bukan cuma itu, diduga anak perwira pertama ini nampak bersitegang dengan penyidik Polda Sumut.

Saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Sumut mengatakan, kedatangan penyidik Subdit IV Renakta Ditrreskrimum Polda Sumut pada Jumat 15 Maret lalu untuk menyita handphone Iptu Supriadi sebagai barang bukti.

Handphone tersebut diduga kuat terdapat bukti yang berkaitan dengan penipuan modus masuk Akpol bayar Rp 1,3 Miliar yang diduga dilakukan seorang wanita berinisial NW.

Sementara Supriadi diduga orang yang memperkenalkan Afnir, warga Serdang Bedagai ke NW hingga akhirnya dia ketipu.

Meski sudah menunjukkan surat penyitaan dan didampingi Waka Polres Serdang Bedagai, Perwira pertama ini tetap melawan.

"Penyidik berkoordinasi dengan Wakapolres Sergai memanggil S dengan memperlihatkan Surat Perintah Penyitaan dan Surat Penetapan Penyitaan terhadap 1 unit handphone. Namun S tidak bersedia menyerahkan handphonenya," kata Kombes Hadi, Selasa (20/3/2024).

Hadi menambahkan, karena menolak handphonenya dijadikan barang bukti, Iptu Supriadi malah menghancurkan handphone di atas batu gilingan cabai hingga terbakar.

Melihat tindakan Supriadi yang dianggap menghilangkan barang bukti dan merintangi penyidikan, maka penyidik Subdit IV Renakta melaporkannya ke Propam Polda Sumut.

Sementara saat ini, handphone yang sudah rusak akibat dihancurkan telah dijadikan barang bukti.

"Saat ini penyidik sudah menyita barang bukti Handphone milik S. Dia juga telah dilaporkan ke Propam Polda Sumut."

(*)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved