Berita Viral
VIRAL Nenek 81 Tahun Mengandung Janin Selama 56 Tahun Sampai Jadi Batu, Dikira Cuma Nyeri Perut
Viral seorang nenek 81 tahun mengandung janin selama 56 tahun sampai janinya berubah menjadi batu
TRIBUN-MEDAN.COM – Viral seorang nenek 81 tahun mengandung janin selama 56 tahun sampai jadi batu.
Adapun seorang nenek berusia 81 tahun bernama Daniela Vera menjadi sorotan publik.
Daniela Vera nenek 81 tahun itu jadi perbincangan hangat setelah terungkap mengandung janin selama 56 tahun lamanya.
Selama 56 tahun itu, nenek asal Brasil itu tidak menyadari bahwa dirinya tengah mengandung janin yang sudah berubah menjadi batu.
Dilansir dari Tribun Jatim, kejadian langka ini terjadi karena Daniela mengalami kehamilan ektopik.
Kisah ini bermula ketika Daniela, yang telah memiliki tujuh anak, merasakan nyeri perut yang dia abaikan selama bertahun-tahun.
Situasi berubah pada 10 Maret, ketika ia mendatangi pusat kesehatan setempat karena infeksi saluran kemih dan kemudian dirujuk ke rumah sakit lain untuk pemindaian 3D.
Hasil pemindaian mengungkapkan adanya lithopedion, membuat kasus ini menarik perhatian medis dan publik.
Dr. Patrick Dezir dari Rumah Sakit Ponta Pora mengungkapkan bahwa kejadian seperti ini sangat jarang, dengan peluang hanya 0,0054 persen dari semua kehamilan.
Biasanya, kehamilan terjadi di dalam rahim, namun dalam beberapa kasus istimewa, kehamilan bisa terjadi di luar rahim tanpa menyebabkan gejala akut atau pendarahan yang signifikan, sehingga kasus seperti Daniela bisa terlewatkan.
Daniela menjalani operasi untuk mengeluarkan janin tersebut, namun sayangnya, ia meninggal pada 15 Maret setelah menderita infeksi.
Keluarga menyatakan bahwa Daniela, yang memiliki latar belakang pribumi, selama ini enggan mendatangi dokter, sebuah sikap yang berakar pada ketakutan terhadap prosedur medis dan peralatan.
Putrinya mengungkapkan bahwa Daniela pernah merasakan seperti ada bayi yang bergerak di perutnya sejak kehamilan pertamanya saat remaja, namun keluarga tidak pernah menduga bahwa ini merupakan tanda dari kondisi medis yang serius.
Kasus ini mengingatkan pada kejadian serupa pada tahun 2013 di Kolombia, di mana seorang wanita berusia 82 tahun ditemukan mengandung lithopedion berusia 40 tahun.
Fenomena medis langka ini menyoroti pentingnya akses terhadap perawatan kesehatan dan edukasi medis bagi semua lapisan masyarakat.
Baca juga: Tunggakan Gaji Pekerja di BUMD PT PSU, Pj Gubernur Hassanudin Dinilai Tak Mampu Selesaikan Masalah
Baca juga: 6 Terdakwa Korupsi Dana BOS MAN Binjai Dituntut, Jaksa Disebut Ciderai Rasa Keadilan
Untuk diketahui, dilansir dari artikel kesehatan Alodokter, kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim.
Tergantung lokasi menempelnya sel telur, gejala kehamilan ektopik dapat menyerupai gejala pada penyakit usus buntu.
Apabila tidak segera ditangani, kehamilan ektopik dapat berakibat fatal bagi ibu.
Biasanya, kehamilan ini terletak di tuba falopi, namun bisa juga terjadi di indung telur, leher rahim, atau rongga perut.
Penyebab utama kondisi ini adalah kerusakan pada tuba falopi, yang bisa disebabkan oleh endometriosis, penyakit radang panggul, gangguan hormon, kelainan bawaan, atau jaringan parut akibat operasi sebelumnya.
Wanita yang aktif secara seksual, terutama mereka yang berusia di atas 35 tahun, memiliki riwayat penyakit menular seksual, kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi, penggunaan program bayi tabung, IUD, atau kebiasaan merokok, berada dalam risiko tinggi mengalami kehamilan ektopik.
Gejala awal sering mirip dengan kehamilan normal, namun dapat berkembang menjadi nyeri perut dan perdarahan vagina, mirip dengan gejala penyakit usus buntu.
Pentingnya pemeriksaan dini kepada dokter sangat ditekankan, terutama jika mengalami gejala tersebut atau menggunakan alat kontrasepsi saat hamil.
Diagnosis ditegakkan melalui wawancara medis, tes urine, tes darah, dan USG transvaginal.
Pengobatan bisa melalui obat suntik untuk kasus awal atau operasi laparoskopi dan laparotomi untuk kasus lanjut, dengan tujuan menghindari komplikasi serius seperti pecahnya tuba falopi dan perdarahan berat.
Pasca kehamilan ektopik, dianjurkan untuk menunda kehamilan selama 3 bulan untuk pemulihan fisik.
Namun, dampak mental juga perlu perhatian, dengan mendukung pasangan yang mengalami kehilangan melalui berbagi cerita atau konsultasi profesional.
Meskipun pencegahan total kehamilan ektopik belum ditemukan, langkah-langkah seperti berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, dan menghindari risiko penyakit menular seksual bisa mengurangi risiko kejadian ini di masa depan.
(*/tribun-medan.com)
Baca juga: Tim Free Fire Sumut Tunjukkan Perkembangan Signifikan Jelang PON 2024, Rencanakan Try Out
Baca juga: Detik-detik Pria Acungkan Sajam ke Polisi saat di Rumah Makan, Dendam Ditangkap karena Kasus Narkoba
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.