Berita Viral

RUPIAH Kembali Anjlok, Lebaran Ketiga Rupiah Tembus Rp 16 Ribu per Dolar AS, Jokowi Mulai Antisipasi

Kabar buruk nilai mata uang rupiah anjlok. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tembus Rp 16 ribu. 

dok
Ilustrasi dolar AS 

Adapun, pada  Kamis (11/4/2024) pasar global dikejutkan oleh data inflasi bulan Maret di Amerika Serikat.

Dilansir dari Reuters Kamis (11/4/2024), consumer price index (CPI) Amerika Serikat (AS) meningkat lebih dari perkiraan konsensus pada Maret 2024.

Kondisi itu akibat masyarakat di Negeri Paman Sam terus membayar lebih untuk biaya bahan bakar dan sewa perumahan.

Sejalan dengan kondisi itu, pasar keuangan mengantisipasi bahwa The Fed akan menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang.

Chief Market Strategist Carson Group Ryan Detrick mengatakan data inflasi yang kaku membuat investor berpikir untuk melakukan aksi jual.

“Kekecewaan itu menyebabkan penolakan tidak hanya pada potensi waktu penurunan suku bunga pertama tetapi juga berapa banyak penurunan suku bunga yang akan kita dapatkan,” jelasnya dilansir dari Reuters, Kamis (11/4/2024).

Mata Uang Asia Kompak Anjlok

Pergerakan mata uang asia lagi-lagi kembali cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini Jumat (12/4/2024) hingga pukul 17.15 WIB.

Dari delapan mata uang asia diatas, hanya Bath Thailand yang masih bertahan di zona hijau.

Sementara sisanya bergerak melemah.

Penguatan dolar AS hingga level 105 didorong dengan pesimisme para pelaku pasar terhadap keputusan The Federal Reverse (The Fed) akan memangkas suku bunga pada kuartal II 2024 atau Juni mendatang.

Hal ini dibuktikan pada beberapa pertumbuhan ekonomi AS yang signifikan. Data hari Kamis menunjukkan indeks harga produsen (PPI) naik 0,2 persen bulan ke bulan di bulan Maret, dibandingkan dengan kenaikan 0,3 persen yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Secara tahunan, angka tersebut naik 2,1 persen, dibandingkan perkiraan kenaikan 2,2 persen.

Selain itu, pada laporan terpisah menunjukkan 211.000 klaim pengangguran awal AS untuk pekan yang berakhir 6 April, dibandingkan dengan perkiraan sebesar 215.000, mencerminkan ketatnya pasar tenaga kerja yang terus-menerus. Dolar nyaris tidak merespons karena investor fokus pada inflasi.

Inflasi AS di luar dugaan menanjak ke 3,5 persen (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2 persen pada Februari 2024. Inflasi inti - di luar makanan dan energi -stagnan di angka 3,8 persen.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved