Berita Viral

SOSOK Irjen Pol Daniel TM Silitonga Jadi Sorotan, Ini yang Dituduhkan Warga NTT

Sosok Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga yang saat ini menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi sorotan.

|
Editor: AbdiTumanggor
Tribun Sorong
Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga 

Setiap kali setelah pelaksanaan tes, peserta juga dipersilakan mengisi survei kepuasan yang dilakukan secara terbuka.

”Panitia pun tidak bisa mengubah hasil perolehan nilai karena sudah diolah dalam sistem dan peserta pun sudah mengetahui nilai setiap selesai tahapan pendaftaran,” tutur Daniel.

Kapolda Daniel TM Silitonga menjadi sorotan setelah empat orang calon lolos berasal dari satu suku yang sama dengan dirinya.

Sementara, Kepala Perwakilan Ombudsman NTT Darius Beda Daton mendorong agar Mabes Polri meninjau kembali seleksi calon taruna Akpol di NTT. Seleksi harus diulangi dengan memprioritaskan putra-putri NTT.

Hal ini seperti yang berlaku di wilayah Papua. Proses seleksi juga harus dilakukan secara terbuka agar publik dapat memantaunya.

Menurut Darius, sentimen buruk terhadap Daniel Silitonga yang dianggap bertanggung jawab dalam dugaan praktik nepotisme, itu tidak terelakkan. Sebab, 4 dari 11 calon yang lulus mewakili NTT dikaitkan dengan identitas asal suku Daniel.

Empat orang dimaksud adalah Timothy A Silitonga, Arvid T Situmeang, Brian LS Manurung, dan Madison JRK Silalahi.

”Ini bukan soal rasis terhadap suku tertentu, tetapi ini adalah wujud dari keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Gunanya alokasi kuota di setiap provinsi itu agar ada perwakilan putra-putri dari sana,” kata Darius.

Ia menilai, masuknya peserta dari luar yang memiliki koneksi ”orang dalam” untuk mengisi kuota NTT adalah bentuk perampasan.

”Kalau cara kerja seperti itu, tidak perlu lagi dibikin seleksi daerah. Langsung saja seleksi di Mabes Polri,” ujarnya.

Melihat kejanggalan dalam seleksi calon taruna Akpol di NTT, banyak orangtua pesimistis, anak mereka yang bercita-cita masuk Akpol dapat melewati proses tersebut dengan baik. Ada yang memilih mengurungkan niat mereka karena tidak memiliki koneksi ”orang dalam”.

”Yang kami bisa lakukan adalah menyiapkan dengan baik anak kami. Mereka harus belajar dan berlatih fisik dengan disiplin. Kalau harus dengan cara nepotisme apalagi suap, kami angkat tangan,” kata Laurens (44), warga Kota Kupang.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved