Berita Viral

Ditelantarkan 3 Anaknya, Terungkap Sumber Uang Oma Rita, Lansia yang Tewas Membusuk di Bogor

Di usianya yang tidak lagi muda, Hans Tomasoa dan Rota Tomasoa hidup tanpa bantuan 3 anaknya.

|
Facebook
Begini Cara Kakek Nenek Bertahan Hidup Karena Ditelantarkan 3 Anak, Berujung Tewas Bersama 

TRIBUN-MEDAN.com - Di usianya yang tidak lagi muda, Hans Tomasoa dan Rota Tomasoa hidup tanpa bantuan 3 anaknya.

Namun kedunya ditemukan tewas dalam kamar rumahnya di Perumahan Citra Indah Bukit Raflesia, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor pada Selasa (16/7/2024).

Selama hidup berdua tanpa diurus anak, Hans Tomasoa dan Rita mampu bertahan hidup.

3 anak mereka juga tidak mengirim uang untuk Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa.

Publik dibuat penasaran, dari mana sumber uang mereka?

Kini terjawab sumber uang Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Pengurut RT setempat, Jonathan Tobing menerangkan Opa Hans merupakan mantan kapten kapal di perusahaan ternama.

Sedangkan Oma Rita adalah pensiunan.

"Ini setahu saya yah, saya tidak pernah menanyakan langsung. Terakhir sebelum pandemi beliau masih aktif mengajar di sekolah pelayaran. Saya tidak pernah menanyakan langung sumber penghasilan mereka," kata Jonathan.

Pilu Foto Opa Hans Tomasoa Peluk Bayi Dikamar Disorot Publik, Lansia Pasutri di Bogor Tewas Membusuk
Pilu Foto Opa Hans Tomasoa Peluk Bayi Dikamar Disorot Publik, Lansia Pasutri di Bogor Tewas Membusuk (Kolase Facebook / Istimewa Tribun News Bogor)

Ia menerangkan bahwa Oma Rita mengalami parkinson setengah badan.

Sedangkan Opa Hans memiliki masalah pada lututnya yang sangat menyiksa ketika ditekuk atau berjalan kaki.

"Dari kondisi yang kami lihat, kami dari warga tergerak untuk membantu, termasuk melihat perjuangan opa membeli makan jalannya sudah sangat miris melihatnya, karena menempuh jarak 200-300 meter itu bisa 30-45 menit," katanya.

Untuk kebutuhan sehari-harinya, seperti makan, Hans Tomasoa dan Rita mendapat bantuan dari warga dan gereja.

"Dari pihak gereja mengantar makanan, warga juga menginisiasi melakukan penjadwalan, senin siapa, selasa siapa, itu kami lakukan," katanya.

Sampai kemudian ada yayasan yang mengirim makan secara rutin sebelum opa oma meninggal di Jonggol.

"Sampai ada yayasan yang menawarkan ke kami mengambil alih tanggungjawab itu, mereka bersedia mengantar makanan secara rutin ke opa oma," katanya.

Bahkan sampai biaya pemakaman pun bukan anak-anak Opa Hans dan Oma Rita yang menanggung.

"Ditanggung jemaat gereja Cipeucang," jelas Jonathan Tobing.

Meski kondisinya ringkih, namun Opa Hans tetap setia merawat Oma Rita.

"Dari pengakuan beliau, oma tidak stroke melainkan parkinson, setengah ke bawah itu sudah tidak bisa bergerak jadi harus bantuan tangan. Jadi opa yang sehari-hari merawat oma. Sedangkan kondisi opa tidak fit juga, waktu itu beliau pernah cerita lututnya ada gangguan jadi saat ditekuk terasa sangat sakit, jadi opa pun berjalan itu speednya sangat lambat sekali," katanya.

Bertahun-tahun tak menjenguk, anak-anak itu baru datang usai kakek nenek meninggal di Jonggol.

Mereka tak datang bersama.

"Anak bungsu yang ketiga hadir di pemakaman namun tidak mengikuti acara pemakamnan dari awal. hadir di tengah acara," jelas Jonathan.

Sedangkan anak tertua dan kedua datang ke lingkungan rumah Opa Hans dan Oma Rita.

"Anak tertua dan kedua itu datang ke lingkungan kami hari Sabtu malam, sekitar pukul 09.00," katanya.

Mereka beralasan baru datang usai opa oma meninggal di Jonggol karena baru mendapat kabar.

Anak Pertama dan Kedua Datang Tanya Rumah

Tak berhenti disitu saja, anak tertua dan kedua pasutri Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa yang tewas membusuk di rumah di Jonggol, Bogor, Jawa Barat ternyata datang setelah pemakaman orang tua.

Hal ini diungkap oleh pengurus RT setempat, Jonathan Tobing yang mengatakan bertemu dengan anak tertua dan anak kedua opa Hans.

Rupanya kedua anaknya tersebut datang pada malam harinya setelah pemakaman orangtuanya.

Putra pertama dan kedua Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa datang ke komplek perumahan dan bertemu dengannya.

Dalam pertemuan tersebut kedua anaknya mengaku ingin masuk ke dalam rumah dari mendiang oma dan opa.

Pernyataan itu lantas dijawab ketus oleh pengurus RT yang mengungkapkan kekecewaanya terhadap kedua anaknya itu.

"Saya yang ketemu itu anak pertama dan kedua tapi dia tidak menyampaikan apa-apa, hanya menyampaikan keinginannya ingin ke rumah tapi saya bilang buat apalagi ke rumah? Saya sudah sampaikan jujur kami pengurus kecewa terhadap kalian, kalo sekarang buat apalagi," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Kamis (18/7/2024).

Meski begitu, Jonathan Tobing kemudian memintanya untuk mendatangi Polsek Jonggol untuk memberikan keterangan kepada penyidik atas kejadian ini.

"Sekarang mending selesaikan urusan karna ini pesan dari polsek dari penyidik uruskan saja bereskan aja di kepolisian berikan keterangan," terangnya.

Padahal dikatakan Jonathan, ia mencoba menghubungi anak-anaknya sehari sebelum ditemukan tewas dikarenakan sudah hampir sepekan opa dan oma tidak terlihat.

"Malamnya kita kontak seluruh keluarganya yang ada di kita dan itu kita lakukan, anak kesatu dan kedua kita engga punya kontaknya, anak ketiga kita kontak tidak ada jawaban, sampai akhirnya kita terhubung kepada adik opa," jelasnya.

Setelah jasad keduanya ditemukan berbujur kaku di atas kasur hingga dievakuasi ke RSUD Cileungsi, anak-anaknya pun belum juga muncul batang hidungnya.

Hingga akhirnya pada saat proses pemakaman sedang berlangsung, anak bungsu dari Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa hadir di tengah suasana duka.

"Datang saat sedang proses pemakaman. Jadi peti jenazah itu udah turun ke liang tapi belum ditutup karena masih khutbah firman, proses itulah," terangnya.

Si bungsu kuak hubungan keluarganya ada masalah

Anak bungsu opa Hans Tomasoa rupanya sempat curhat ke Ketua RT setelah kedua orangtuanya meninggal dunia.

Anak bungsu oma opa meninggal di Jonggol itu mengurai alasan kenapa dirinya tak pernah menjenguk Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa.

Rupanya, ia mengaku kalau hubungannya dengan Opa Hans dan Oma Rita sedang tidak harmonis.

Ketua RT mengatakan, sejak Hans Tomasoa dan istrinya tinggal di wilayahnya, dirinya tidak pernah bertemu dengan anak-anak mereka.

Anak Bungsu Datang ke Pemakaman Pasangan Lansia Tewas di Bogor Ucap Ini ke Warga, Dimana 2 Kakaknya?
Anak Bungsu Datang ke Pemakaman Pasangan Lansia Tewas di Bogor Ucap Ini ke Warga, Dimana 2 Kakaknya? (Facebook)

"Oma opa punya tiga putra, kalau yang pernah ketemu sama saya langsung mohon maaf sampai kejadian ini belum ada," kata Ketua RT dikutip dari Intens Investigasi via TribunnewsBogor.com, Jumat (19/7/2024) 

Saat oma opa meninggal, Ketua RT baru pertama kali bertemu dengan anak Hans Tomasoa.

"Jadi saya untuk pertama kalinya bertemu dengan anak bungsu opa oma ini setelah opa dan oma disemayamkan," kata dia.

Sementara saat anak pertama dan kedua datang ke wilayahnya pascakematian oma opa, kebetulan tidak sempat bertemu dengan Ketua RT.

Kepada Ketua RT, anak bungsu mengaku ada masalah keluarga di antara mereka.

"Dari penyampaian anak bungsu opa dan oma, dia menyampaikan bahwa ada ketidakharmonisan di dalam hubungan mereka," tuturnya.

Namun ia menghargai privasi keluarga Opa Hans dengan tidak menanyakan masalahnya.

"Itu menjadi ranah privasi mereka, saya hanya mengetahui mungkin mereka sedang tidak dalam hubungan yang baik," kata dia.

Sementara itu, Pengurus RT, Jonathan Tobing mengatakan kalau anak bungsu Hans Tomasoa baru datang di tengah-tengah pemakaman.

"Anak bungsu hadir di tengah-tengah acara pemakaman, anak pertama dan kedua datang ke lingkungan kami Sabtu malam," kata dia dikutip dari Youtube tvOneNews, Jumat.

Kepada Jonathan, anak pertama dan kedua Opa Hans mengaku baru tahu kabar orangtuanya meninggal pada siang hari.

"Alasan mereka berdua itu mendapat informasi sekitar jam 1 siang, tidak menjelaskan apapun soal adanya permasalahan keluarga," tutur Jonathan.

Sementara itu, bendahara RT, Uthe mengaku sempat menghubungi anak bungsu Hans Tomasoa.

Uthe berusaha menghubungi sang anak bungsu tapi tidak mendapat respon.

SOSOK Hans Tomasoa dan Rita, Pasangan Lansia Tewas Membusuk di Bogor, Profesi Mentereng Saat Muda
SOSOK Hans Tomasoa dan Rita, Pasangan Lansia Tewas Membusuk di Bogor, Profesi Mentereng Saat Muda (X)

"Saya sebenarnya sangat kesal sama anak-anaknya, kalau emang gak mau mengakui orangtua ini ya sudah berikan ke orang lain dan jangan mengejar hal-hal lain setelah mereka meninggal," kata dia.

Ia bahkan mengaku kesal dengan perilaku anak-anak Hans Tomasoa.

"Apalagi di saat meninggalnya itu saya coba telepon itu gak diangkat, saya coba kirim videonya itu pun gak direspon," ujarnya.

Bahkan pihak gereja yang mencoba menghubungi anak bungsunya itu juga sama-sama tak mendapat respon.

Barulah saat oma dan opa dibawa ke RSUD Cileungsi, anak bungsunya baru menanggapi.

"Terus begitu kita bawa ke RSUD barulah di situ direspon. Pas direspon itu sebetulnya gak enak ngeresponnya," kata dia.

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram Twitter dan WA Channel

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved