TRIBUN WIKI

Apa Itu Awan Fluktuasi, Benarkah Ada Kaitannya dengan Gempa Bumi? Simak Penjelasannya

Awan fluktuasi adalah perubahan pada jumlah, jenis dan bentuk awan dalam jangka waktu tertentu. Fenomena alam ini lebih dikenal fluktuasi awan.

Editor: Array A Argus
sciencealert.com
Ilustrasi awan 

Mengapa Mitos Ini Muncul?

  • Korelasi tidak sama dengan kausalitas: Adanya kejadian yang bersamaan (misalnya, kemunculan awan aneh dan gempa bumi) tidak selalu berarti satu kejadian menyebabkan kejadian lainnya. Bisa saja keduanya merupakan hasil dari faktor yang sama sekali berbeda.
  • Keinginan untuk memprediksi: Manusia secara alami ingin memprediksi bencana. Ketika terjadi gempa bumi, orang mencari pola atau tanda-tanda yang mungkin dapat digunakan untuk memprediksi kejadian serupa di masa depan.
  • Penyebaran informasi yang cepat: Informasi tentang fenomena alam, termasuk gempa bumi, dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial. Informasi yang tidak akurat atau bersifat spekulatif pun dapat dengan mudah tersebar luas.

Baca juga: Apa Itu Game Roblox? Orang Tua Wajib Waspada, Hindenburg Research Ungkap Fakta Mengerikan

Apa yang sebenarnya menyebabkan perubahan bentuk awan?

Perubahan bentuk awan dipengaruhi oleh berbagai faktor meteorologi di antaranya:

Suhu: Perubahan suhu udara dapat mempengaruhi pembentukan dan penguapan awan.

Kelembaban: Tingkat kelembaban udara juga berperan penting dalam proses pembentukan awan.

Angin: Arah dan kecepatan angin dapat memengaruhi bentuk dan pergerakan awan.

Baca juga: Apa Itu Disleksia yang Diperingati Tiap Tanggal 8 Oktober

Topografi: Bentuk permukaan bumi (gunung, lembah) dapat memengaruhi pola aliran udara dan pembentukan awan di daerah tertentu.

Tidak ada dasar ilmiah yang kuat untuk menghubungkan bentuk atau pola awan tertentu dengan terjadinya gempa bumi. Meskipun banyak orang percaya pada hubungan ini, para ilmuwan belum menemukan bukti yang meyakinkan.

Untuk memprediksi gempa bumi, para ilmuwan menggunakan berbagai metode ilmiah yang lebih kompleks, seperti:

Pemantauan aktivitas seismik: Melalui alat seismograf, para ilmuwan memantau getaran di dalam bumi yang dapat menjadi indikasi akan terjadinya gempa.

Pemetaan patahan: Dengan memetakan lokasi patahan aktif, para ilmuwan dapat mengidentifikasi daerah yang berpotensi terjadi gempa.

Pengukuran deformasi tanah: Perubahan bentuk permukaan bumi dapat menjadi tanda adanya tekanan yang menumpuk di dalam bumi.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved