UMKM

Berawal dari Nastar, Silmarils Bakery Sukses Bertransformasi Menjadi Bake Shop dengan 80 Varian Menu

Wanita yang akrab disapa Dewi ini pun menjelaskan, menu pertama yang dijajakannya adalah Kue Nastar yang memiliki banyak peminat kala itu.

TRIBUN MEDAN/HO
Dewi Aritha (32) seorang lulusan Teknik Informatika yang berhasil membuka bake shop dengan total 80 varian menu, saat ditemui di toko Silmarils Bakery, Jalan Amal, Medan Sunggal, Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Covid-19 yang mengharuskan seluruh masyarakat Indonesia melakukan segala kegiatan dari rumah kala itu, justru menjadi awal Silmarils Bakery berkembang hingga sekarang menjadi bake shop ramai pelanggan.

Dewi Aritha, owner Silmarils Bakery yang semula bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan mengaku, ia dan sang suami yang harus work form home (WFH) akibat pandemi, memiliki ide untuk membuka bisnis kuliner.

“Silmarils Bakery berdiri ketika awal covid, yaitu tahun 2019. Waktu itu saya masih bekerja sebagai karyawan, dan semua nya harus WFH. Suami kebetulan juga bekerja dari rumah, jadi kepikiran buat menu makanan untuk dijual,” ucap wanita 32 tahun ini saat ditemui di toko Silmarils Bakery, Jalan Amal, Medan Sunggal, Kota Medan.

Wanita yang akrab disapa Dewi ini pun menjelaskan, menu pertama yang dijajakannya adalah Kue Nastar yang memiliki banyak peminat kala itu.

“Pertama kali menunya Kue Nastar, karena dalam suasana menjelang lebaran. Suami juga turut mempromosikan Nastar waktu itu. Dia langsung promosiin ke teman-temannya, dan Alhamdulilah mendapat respon yang baik dari para pembeli sejak awal berjualan,” kata Dewi.

Melihat ketertarikan yang tinggi dari para pembeli, Dewi pun semakin semangat dalam mengembangkan Silmarils Bakery yang berhasil meraih keuntungan sebesar Rp. 4.000.000 di awal bisnisnya berdiri.

“Keuntungan bersih di awal tuh sampai Rp. 4.000.000, mba. Karena dapat untung yang besar, saya merasa bisnis ini bisa lebih didalami. Akhirnya mulai diseriusin usahanya, recruit satu karyawan, dan sampai sekarang sudah ada 10 karyawan,” jelasnya semangat.

Sebelum membuka bake shop, Dewi dan sang suami pun awalnya hanya melakukan proses produksi dari rumah. Namun seiring tingginya minat konsumen terhadap produk-produk Silmarils Bakery, ia pun memutuskan untuk membuka bake shop di tahun 2023 silam.

“Awal usaha kan masih di rumah, ya. Kondisi rumah benar-benar padat sama bahan kue, mba. Sampai-sampai, di samping tempat tidur tuh ada margarin dan tepung, saking sudah nggak ada tempat lagi untuk menyimpan bahan kue.  Tapi Alhamdulillah, Silmarils Bakery sudah membuka bake shop sederhana pada tahun 2023 lalu,” jelas Dewi.

Ia pun menjelaskan, Silmarils Bakery sudah bersertifikat Halal MUI dan sudah mendapat izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).

Setelah Nastar yang diminati banyak pelanggan, Dewi pun membuat menu-menu baru agar produk Silmarils Bakery lebih bervariasi.

“Setelah Nastar, kita beralih ke dessert yang sempat menjadi trend kuliner beberapa tahun lalu. Untuk dessert, tersedia 40an jenis varian. Dan semua resepnya saya buat sendiri, otak-atik sendiri mulai dari bolu, cake, maupun roti,” kata Dewi.

Namun jika ditotal, produk Silmarils Bakery kini mencapai 80 varian dengan range harga Rp. 8.000 hingga Rp. 38.000.

Dari banyaknya varian menu yang ditawarkan Silmarils Bakery, Dewi mengaku yang menjadi best seller adalah Bolu Ubi Ungu dan Bolu Pandan Ubi Ungu.

Tak seperti pebisnis bakery dan cake pada umumnya, Dewi tidak memiliki pengalaman kursus memasak ataupun karier di bidang bakery. Ia mengaku hanyalah seorang lulusan Teknik Informatika.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved