UMKM
Berawal dari Nastar, Silmarils Bakery Sukses Bertransformasi Menjadi Bake Shop dengan 80 Varian Menu
Wanita yang akrab disapa Dewi ini pun menjelaskan, menu pertama yang dijajakannya adalah Kue Nastar yang memiliki banyak peminat kala itu.
Penulis: Risya Fakhrana Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Covid-19 yang mengharuskan seluruh masyarakat Indonesia melakukan segala kegiatan dari rumah kala itu, justru menjadi awal Silmarils Bakery berkembang hingga sekarang menjadi bake shop ramai pelanggan.
Dewi Aritha, owner Silmarils Bakery yang semula bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan mengaku, ia dan sang suami yang harus work form home (WFH) akibat pandemi, memiliki ide untuk membuka bisnis kuliner.
“Silmarils Bakery berdiri ketika awal covid, yaitu tahun 2019. Waktu itu saya masih bekerja sebagai karyawan, dan semua nya harus WFH. Suami kebetulan juga bekerja dari rumah, jadi kepikiran buat menu makanan untuk dijual,” ucap wanita 32 tahun ini saat ditemui di toko Silmarils Bakery, Jalan Amal, Medan Sunggal, Kota Medan.
Wanita yang akrab disapa Dewi ini pun menjelaskan, menu pertama yang dijajakannya adalah Kue Nastar yang memiliki banyak peminat kala itu.
“Pertama kali menunya Kue Nastar, karena dalam suasana menjelang lebaran. Suami juga turut mempromosikan Nastar waktu itu. Dia langsung promosiin ke teman-temannya, dan Alhamdulilah mendapat respon yang baik dari para pembeli sejak awal berjualan,” kata Dewi.
Melihat ketertarikan yang tinggi dari para pembeli, Dewi pun semakin semangat dalam mengembangkan Silmarils Bakery yang berhasil meraih keuntungan sebesar Rp. 4.000.000 di awal bisnisnya berdiri.
“Keuntungan bersih di awal tuh sampai Rp. 4.000.000, mba. Karena dapat untung yang besar, saya merasa bisnis ini bisa lebih didalami. Akhirnya mulai diseriusin usahanya, recruit satu karyawan, dan sampai sekarang sudah ada 10 karyawan,” jelasnya semangat.
Sebelum membuka bake shop, Dewi dan sang suami pun awalnya hanya melakukan proses produksi dari rumah. Namun seiring tingginya minat konsumen terhadap produk-produk Silmarils Bakery, ia pun memutuskan untuk membuka bake shop di tahun 2023 silam.
“Awal usaha kan masih di rumah, ya. Kondisi rumah benar-benar padat sama bahan kue, mba. Sampai-sampai, di samping tempat tidur tuh ada margarin dan tepung, saking sudah nggak ada tempat lagi untuk menyimpan bahan kue. Tapi Alhamdulillah, Silmarils Bakery sudah membuka bake shop sederhana pada tahun 2023 lalu,” jelas Dewi.
Ia pun menjelaskan, Silmarils Bakery sudah bersertifikat Halal MUI dan sudah mendapat izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).
Setelah Nastar yang diminati banyak pelanggan, Dewi pun membuat menu-menu baru agar produk Silmarils Bakery lebih bervariasi.
“Setelah Nastar, kita beralih ke dessert yang sempat menjadi trend kuliner beberapa tahun lalu. Untuk dessert, tersedia 40an jenis varian. Dan semua resepnya saya buat sendiri, otak-atik sendiri mulai dari bolu, cake, maupun roti,” kata Dewi.
Namun jika ditotal, produk Silmarils Bakery kini mencapai 80 varian dengan range harga Rp. 8.000 hingga Rp. 38.000.
Dari banyaknya varian menu yang ditawarkan Silmarils Bakery, Dewi mengaku yang menjadi best seller adalah Bolu Ubi Ungu dan Bolu Pandan Ubi Ungu.
Tak seperti pebisnis bakery dan cake pada umumnya, Dewi tidak memiliki pengalaman kursus memasak ataupun karier di bidang bakery. Ia mengaku hanyalah seorang lulusan Teknik Informatika.
Es Bubur Kesu, Lahir dari Ketan Hitam dan Kini Jadi Kuliner yang Viral di Kota Medan |
![]() |
---|
Miesop Blitar Warisan Hadirkan Perpaduan Rasa Kaki Lima dalam Gaya Restoran |
![]() |
---|
Angkat Citra Jajanan Tradisional, Kuwei Gunting Indonesia Modernkan Kue Gunting khas Tionghoa |
![]() |
---|
Mama Watt’s, Bisnis Patiseri yang Lahir dari Krisis Moneter 1998 |
![]() |
---|
Jadikan Budapest Cake Menu Andalan, Owner Dapoer Lili: Cake Ini Cocok untuk Orang yang Sedang Sakit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.