Berita Viral

KENAPA Ratusan Prajurit TNI Armed Beringas dan Membabi Buta Serang Warga Desa Selamat Sibiru-biru?

Kasad Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan, Angkatan Darat (AD) tidak mentolerir penyerangan terhadap warga sipil di Sibiru-biru Deliserdang

|
Editor: AbdiTumanggor
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Momen ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) sambil membawa mayat Raden Barus, diduga korban pembunuhan personel TNI pada Jumat malam, Sabtu (9/11/2024). Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian korban dan korban luka akibat penyerangan. (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO) 

Informasi yang beredar, menyebutkan, sehari sebelumnya ada pria cepak terlibat cekcok dengan warga Desa Selamat. Namun, belum diketahui pasti apa yang mereka cekcokkan.

Lalu, pada Jumat (08/11/2024) malam, oknum berambut cepak itu kembali datang ke Desa Selamat menggunakan sepeda motor berknalpot brong.

Oknum ini kemudian menggas-gas sepeda motornya sehingga bising.

Warga Desa Selamat pun mulai terusik lalu mengejar pria berambut cepak itu.

Disebut-sebut warga sempat melakukan pemukulan. Pria cepak ini kemudian melarikan diri.

Tak lama berselang, puluhan pria cepak pun datang melakukan sweeping lalu memukul dan membacoki warga. Bahkan, seorang warga bermarga Ginting menyebut seorang kerabatnya yang kebetulan melintas, kena bacok di kepalanya.

Hingga Jumat (08/11/2024) sekira pukul 24.00 WIB, suasana di Desa Selamat masih mencekam.

Kemudian, Sabtu (09/11/2024) sekira pukul 01.00 WIB,  Raden Barus (60) tewas, warga Dusun IV, Desa Selamat, dengan kondisi kepala luka dan perut kena tusuk senjata tajam.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Desa Selamat, Bahrun mengungkapkan, sekelompok anggota TNI itu datang ke desanya tanpa seragam dan mengendarai sepeda motor pada Jumat (8/11/2024) malam. 

Mereka lalu memukuli warga dengan senjata tajam dan benda tumpul. Akibatnya, banyak warga terluka.

“Orang-orang yang datang itu memang membabi buta. Siapa yang ada di jalan, semua dihantamnya. Itu dari Armed. Ada sebagian rumah didobrak,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin (11/11/2024).

Menurut Bahrun, seorang pemuda desa setempat diketahui sempat cekcok dengan prajurit Armed 2/105 pada sore hari sebelum penyerangan.

Namun, dia tidak tahu detail masalah pemicu pertikaian tersebut. “Tapi ada cerita, pemuda sini sempat cekcok dengan prajurit itu saat berpapasan di jalan. Setelah itu, malamnya terjadi penyerangan,” tegas Bahrun.

Tetua desa tewas, satu warga tangannya putus akibat serangan kelompok TNI tersebut membuat setidaknya 10 orang terluka. 

Momen ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) sambil membawa mayat Raden Barus, diduga korban pembunuhan personel TNI pada Jumat malam, Sabtu (9/11/2024). Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian korban dan korban luka akibat penyerangan. (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)
Momen ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) sambil membawa mayat Raden Barus, diduga korban pembunuhan personel TNI pada Jumat malam, Sabtu (9/11/2024). Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian korban dan korban luka akibat penyerangan. (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO) (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)

Jasad Raden Barus Diarak ke Markas Batalyon Armed 2

Esoknya, pada Sabtu, ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan.

Mereka membawa jenazah Raden Barus (60) korban dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum personel TNI dengan kondisi kepala luka dan perut diduga kena tusuk senjata tajam.

Pantauan di lokasi, awalnya warga berkumpul di rumah duka korban di Dusun IV, Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, sejak pagi menunggu jenazah korban tiba seusai diautopsi.

Setibanya mobil ambulans, warga langsung bergerak beramai-ramai membawa mobil ambulans berisi mayat korban ke Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan yang berjarak sekitar 2 Kilometer.

Mobil ambulans dikemudikan sopir dan diisi keluarga melaju pelan-pelan, diikuti warga yang berjalan kaki juga menaiki sepeda motor dari belakang.

Momen ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) sambil membawa mayat Raden Barus, diduga korban pembunuhan personel TNI pada Jumat malam, Sabtu (9/11/2024). Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian korban dan korban luka akibat penyerangan.
Momen ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) sambil membawa mayat Raden Barus, diduga korban pembunuhan personel TNI pada Jumat malam, Sabtu (9/11/2024). Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian korban dan korban luka akibat penyerangan. (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)

Sambil berjalan menuju markas Armed, warga terus berteriak menuntut keadilan.

Di tengah perjalanan, situasi sempat memanas karena mereka sempat dihalang-halangi personel TNI berseragam lengkap hingga mobil ambulans mogok. Tak mau menyerah, masyarakat akhirnya melanjutkan perjalanan dengan cara mendorong mobil beramai-ramai. 

Kurang lebih 200 meter sebelum tiba di gerbang Batalyon Armed, 2 truk pengangkut personel TNI keluar dari Batalyon dengan kecepatan tinggi hingga nyaris menabrak masyarakat.

Diduga, mobil ini akan menghalau masyarakat yang semakin dekat ke Batalyon karena dikabarkan Pangdam I Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan berada di dalam.

Namun dua truk tadi memutar balik dan menutup jalan kurang lebih 50 meter dari gerbang Batalyon untuk menghalau massa masuk. 

Setibanya di depan Armed situasi sempat memanas karena warga berusaha masuk ke dalam menemui petinggi Batalyon.

Komandan Batalyon Artileri Medan 2, Letkol Arm Herman Santoso (seragam TNI) menanggapi ratusan warga yang menggeruduk Batalyon Armed akibat sejumlah anak buahnya diduga membantai warga sipil di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (9/11/2024). Ia berjanji bertanggungjawab atas insiden yang menyebabkan korban jiwa dan luka.
Komandan Batalyon Artileri Medan 2, Letkol Arm Herman Santoso (seragam TNI) menanggapi ratusan warga yang menggeruduk Batalyon Armed akibat sejumlah anak buahnya diduga membantai warga sipil di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (9/11/2024). Ia berjanji bertanggungjawab atas insiden yang menyebabkan korban jiwa dan luka. (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)

Komandan Batalyon Artileri Medan 2, Letkol Arm Herman Santoso akhirnya muncul dan menemui ratusan warga yang menggeruduk Batalyon Armed sambil membawa mayat Raden Barus, 60 tahun, korban tewas diduga ulah anak buahnya.

Naik, lalu berdiri ke atas truk pengangkut personel, Letkol Arm Herman Santoso berjanji akan bertanggungjawab atas pembantaian warga sipil yang dilakukan.

Bahkan, di depan ratusan masa ia akan mempertaruhkan jabatan dan pangkatnya. Sehingga ia akan memproses secara hukum personel TNI yang terlibat penyerangan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang.

"Saya yang tanggung, saya yang akan bertanggung jawab. Saya akan proses hukum,"kata Komandan Batalyon Artileri Medan 2, Letkol Arm Herman Santoso, Sabtu (9/11/2024).

Penjelasan Warga

Salah satu warga, Herna mengatakan Raden Barus merupakan korban kekejaman personel TNI. Ia menyebut, aparat negara itu beramai-ramai membantai pria 60 tahun tanpa belas kasih.

Kedatangan mereka ke Batalyon menuntut keadilan tewasnya Raden Barus diduga akibat digebuki dan ditusuk.

"Ke sini nuntut keadilan. Dia pelindung kenapa dia pembunuh,"kata Herna, dijumpai di depan Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan, Sabtu (9/11/2024).

Herna mengungkapkan sejauh ini korban tewas akibat penyerangan ini baru satu orang. 

Ada belasan korban luka tapi dikabarkan hanya tujuh orang yang luka parah. Dari tujuh orang itu, satu di antaranya tangannya hampir putus akibat ditebas.

Diperkirakan Herna, saat kejadian Jumat malam sekitar pukul 22:30 WIB hingga Sabtu dini hari ada 100 lebih personel TNI berseragam preman dan berseragam lengkap menyerbu kampungnya.

Mereka datang membantai warga tak peduli muda, tua maupun orang yang melintas. Bahkan, mereka nekat mendobrak pintu rumah warga lalu menyeret dan menghajarnya. "Rata-rata 1 kompi, 2 kali orang ini datang. Pertama ada 100 orang, baru kedua kalinya satu kompi orang ini datang,"ungkapnya.

"Kami gak tahu masalahnya apa, gak ada kami bermusuhan sama Armed ini. Setahu kami satu kampung sibiru-biru ini kami tidak bermusuhan dengan Armed," katanya.

Atas kejadian ini, warga Kecamatan Sibiru-biru meminta Pangdam I Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan mengungkap siapa saja pelakunya dan memecat mereka dari TNI.

"Itu kan pemburu bukan pelindung, pecat saja."

Korban Rofikar Tarigan Dipukuli dan Diseret ke Batalyon Armed

Seorang korban penganiayaan, Rofikar Sanjaya Tarigan, 18 tahun mengatakan, kejadian begitu mencekam.

Saat itu dirinya baru keluar rumah hendak membeli rokok tiba-tiba melihat segerombolan orang datang ke kampungnya. Melihat situasi memanas karena gerombolan pria berambut cepak membawa senjata tajam berbagai jenis ia melarikan diri ke rumah neneknya.

Rupanya, dia dikejar sekitar puluhan orang hingga merangsek masuk ke rumah neneknya.

Awalnya, orang tak dikenal itu menanyakan keberadaan yang disebut adiknya dan Rofikar mengaku tak mengetahui orang yang disebut.

Ternyata, puluhan orang mendobrak pintu dan langsung menyeretnya keluar dari rumah dan menghajar nya.

Katanya, ia dipukuli menggunakan berbagai jenis benda tumpul.

Bahkan, tangan kanannya dihantam menggunakan gagang pistol.

"Saya keluar dari rumah mau membeli rokok, rupanya melihat keramaian masuk ke gang atau perkampungan. Setelah itu saya lari ke rumah nenek saya,"ungkapnya.

"Di situ pintu didobrak dan mereka menanyakan keberadaan Andre Ginting. Setelah itu saya buka pintu, saya diseret keluar dan saya dipukuli,"sambungnya.

Setelah diseret dan dipukuli, pria berusia 18 tahun ini dibawa ke Batalyon Artileri Medan Armed 2/105 Kilap Sumagan. Di sini dia diperlakukan seperti penjahat.

Akibat kejadian ini, satu korban meninggal dunia dan belasan warga dikabarkan luka-luka.

"Saya mengalami luka kepala bocor, punggung dan tangan memar dihantam pakai pistol,"ujarnya.

Pangdam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, saat menyampaikan permohonan maaf di depan keluarga korban tewas bernama Raden Barus (61), usai diserang 33 Prajurit Armed 2/105 Kilap Sumagan di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Deliserdang.
Pangdam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, saat menyampaikan permohonan maaf di depan keluarga korban tewas bernama Raden Barus (61), usai diserang 33 Prajurit Armed 2/105 Kilap Sumagan di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Deliserdang. (HO)

Pernyataan Panglima TNI: Soal Geng Motor

Terbaru pada Senin (11/11/2024) kemarin, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto angkat bicara soal ini.

Kata Jenderal Agus Subiyanto, penyerangan yang diduga dilakukan oleh 33 prajurit TNI terhadap warga di Deli Serdang, diawali adanya kelompok atau geng motor di wilayah setempat. 

Anggota TNI, kata dia, kemudian menegur karena mengganggu dan meresahkan masyarakat khususnya terkait ketertiban di jalan.

"Terjadi adu mulut, perkelahian, kemudian maka terjadilah perkelahian massal," ungkap Agus kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Senin (11/11/2024).

"Karena kita harus sepakat ya geng-geng motor, ya semacam itu lah harus ditertibkan karena kan meresahkan masyarakat, mengganggu juga jalan-jalan umum," sambungnya.

Atas insiden tersebut, kata Agus, Pangdam I Bukit Barisan telah mengambil sejumlah langkah. Di antaranya menemui keluarga korban yang meninggal dunia dan mengobati warga yang menderita luka-luka. "Anggota pun sekarang sedang kita proses ya, di-BAP," kata Agus.

Perihal kemungkinan mereka yang terbukti terlibat akan dipecat, Agus mengajak untuk menunggu proses hukum selesai. 

Menurutnya, jumlah para oknum terduga pelaku yang terlibat bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan proses hukum yang berlaku.

"Ya nanti dari hasil pengembangan BAP itu akan bisa bertambah bisa berkurang," kata Agus.

 

Pangdam I/BB Minta Maaf

Atas kejadian itu, Pangdam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, pun minta maaf kepada para keluarga korban. Pernyataan itu disampaikannya, saat melayat ke tempat disemayamkannya korban Raden di Jambur Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Deliserdang, pada Minggu (10/11/2024).

"Atas nama keluarga besar Kodam I Bukit Barisan, kami menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya, atas peristiwa kemarin yang terjadi," kata Hasan dihadapan keluarga korban.

Ia mengatakan, akan memproses kasus penyerangan yang dilakukan oleh anggotanya tersebut sampai tuntas.

"Kami sudah memproses permasalahan ini, kemarin juga sudah langsung mengambil langkah-langkah. Kami memastikan peristiwa ini tidak terulang kembali," sebutnya.

Hasan mengaku, sangat menyesali ulah para anggotanya tersebut yang melakukan penyerangan hingga menimbulkan korban jiwa dan luka. "Atas nama besar Kodam I Bukit Barisan kami memohon maaf sebesar-besarnya, kalau pun saya bisa menggantikan almarhum, saya siap,  saya ikhlas," ucapnya.

Ia juga berjanji, akan bertanggungjawab terhadap para korban yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit putri hijau. "Sekali lagi kami mohon maaf, untuk anak-anak kita yang di rawat akan kami tangani sebaik-baiknya," pungkasnya.

KASAD: Akan Ditindak Tegas

Terbaru, Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak angkat bicara terkait personel TNI dari Batalyon Artileri Medan 2 Kilap Sumagan menyerang warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan, Angkatan Darat (AD) tidak mentolerir penyerangan terhadap warga sipil. Ia menyebut, personel TNI yang terlibat akan ditindak tegas baik hukum internal maupun proses hukum yang berlaku.

Namun demikian, ia belum membeberkan berapa jumlah keseluruhan prajurit terlibat dan status hukumnya apakah sudah ditetapkan sebagai tersangka atau belum.

"Tindakan tegas, sesuai dengan hukum. Nanti pengadilan yang ungkap fakta berapa orang terlibat,"kata Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, Selasa (12/11/2024) melalui pesan singkat.

TERNYATA SERANGAN PRAJURIT ARMED TIGA GELOMBANG 

Seorang tokoh Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, bernama Tony Sinuhaji mengungkap, penyerangan personel TNI dari Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan terhadap warga sebanyak tiga kali.

Pertama, pada Jumat 8 November sekira pukul 21:30 WIB, sekitar puluhan personel TNI berpakaian preman datang ke desa membuat kerusuhan. Mereka mengendarai sepeda motor knalpot tidak sesuai standar, bawa senjata tajam dan balok mereka mulai menyisir jalan-jalan kecil permukiman. Warga pun kalang kabut menyelamatkan diri melihat keberingasan mereka karena tanpa basa-basi memukuli masyarakat.

Tony Sinuhaji menyebut, saat datang ke permukiman, mereka tidak permisi mencari siapa dan keperluannya apa. Belakangan baru diketahui, mereka mencari seseorang yang sore harinya sempat cekcok dengan dua personel TNI. 

"Awal mulanya, sekitar pukul 21:30 WIB mereka (TNI) datang, jadi mereka datang itu gak semua, ada yang di jalan dan ada yang masuk. Ada yang memarkirkan kereta, entah nampaknya anak muda di sini, entah siapa atau dicurigainya, ngejar, masuk ke gang-gang, tapi ada juga (warga) yang nanya mau kemana, pak langsung dipukuli. Jadi di situ kayak brutal gitulah," ungkap Tony, ditemui di lokasi kejadian, Senin (11/11/2024) sore.

Aksi anarkis yang dilakukan oknum TNI ini rupanya menuai reaksi masyarakat desa, yang awalnya ketakutan mulai bersatu melawan. Antara warga dan puluhan TNI disebut sempat bentrok hingga akhirnya warga desa berhasil mengusir mereka sampai kalang kabut.

Bahkan, dua personel TNI belakangan sempat dikabarkan hilang atau terpisah dari kelompoknya. Sekitar lima sepeda motor mereka pun sempat ditinggal begitu saja karena kalah jumlah dengan masyarakat.

"Jadi yang pertama, seperti itulah kejadiannya, karena anak kampung di situ sudah ramai juga, melawan juga mereka hingga (kelompok TNI) lari terbirit-birit karena pasukannya masih sekitar 30-an. Ternyata kabarnya, ada 2 orang (TNI) gak balik ke asrama, itu nyasar dari Gereja Katolik itu sampai ke kuburan china sana. Kami tak tau,"ujarnya.

Beberapa waktu kemudian, prajurit Angkatan Darat (AD) itu kembali lagi dengan jumlah yang lebih banyak yakni sekitar ratusan. 

Di sinilah mereka semakin bringas, mendobrak pintu rumah, menyeret hingga membacok warga sampai Raden Barus tewas. 

Penyerangan kedua ini mereka mencari keberadaan dua rekannya yang tertinggal dari rombongan. Mereka mengira, dua kawannya disekap warga sehingga tidak ada di batalyon.

Padahal belakangan, dua perajurit tersebut ketakutan lari terbirit-birit ke kebun warga sampai akhirnya ada yang tiba ke klinik terdekat akibat luka saat bentrokan. Makanya, kata Tony, personel TNI saat penyerangan, mencari dua nama rekannya sambil mendobrak pintu rumah warga. 

"Jadi belum nyampe ke asrama kurasa 2 kawannya sehingga mereka berpikir ‘aduh kawan kita disekap itu’ itulah pengertian mereka. Datanglah rombongan yang ke-2 situ makin ramai, nyari kawannya,‘di mana si ginting’ di sinilah (warung) kejadian kedua," jelasnya.

Dari penyerangan kedua yang dilakukan personel TNI ini, sebanyak 8 pria  dibacok, dihajar, lalu dibawa ke Batalyon Armed. Di antaranya Rofikar Sanjaya Tarigan, yang mengalami luka di kepala dan sekujur tubuhnya.

Sedangkan, Raden Barus, sudah tewas ditusuk dan dihajar ketika dia mencari keberadaan cucunya karena khawatir akan jadi korban. 

Usai dibawa ke Batalyon, mereka dipulangkan karena mulai banyak tekanan ataupun informasi ke Batalyon salah sasaran. Situasi pun sempat mereda. 

"Dipulangkan setelah suasana dingin, sudah banyak telepon ke Batalyon Armed. Yang menyebutkan bahwasanya itu sudah salah tangkap. Dipulangkan itu pada malam Sabtu dini hari,"pungkasnya.

Dari penyerangan ke dua, satu orang tewas yakni Raden Barus dan 8 orang luka berat. Sedangkan 8 orang warga lainnya mengalami luka ringan. "Untuk total keseluruhan berkisar 20 orang yang alami luka-luka."

Beberapa saat kemudian, rupanya ratusan TNI kembali datang ke Desa Selamat membuat rusuh. Kedatangan mereka, karena dua orang rekannya lagi sempat keterusan dari lokasi kejadian saat penyerangan kedua. Kemudian mereka takut saat balik ke batalyon harus melewati Desa Selamat. Sehingga, mereka menjemput dua kawannya sambil menghajar masyarakat yang melintas. Bahkan, dalam penyerangan ketiga ini, perajurit Angkatan Darat tersebut mengancam akan membakar rumah-rumah warga.

"Karena tidak berani lewat kemudian dia menelepon rekan-rekannya, berapa lama kemudian ratusan orang kembali datang ke sini untuk menjemput kawannya yang tadi,"ungkap Tony.

"Di sini, warung ini lah, ada yang dengar, mereka bilang, 'kubakar kampung ini'. Jadi kami warga kan kalau mendengar kabar dibakar, dengan kedatangan brutal aja pun kami udah trauma apa lagi dengan kata kata dibakar,"sambungnya.

Salah Sasaran hingga Dugaan Awal Pemicu Keributan

Tony menjelaskan, prajurit Kodam I Bukit Barisan yang menyerang warga Desa Selamat salah sasaran. Dari informasi yang didapatnya, Jumat 9 November sore ada dua anggota TNI sedang mengisi BBM bersamaan dengan sekelompok pemuda mengendarai sepeda motor.

Sekelompok pemuda dikabarkan mau ke rumah rekannya yang ada di Kecamatan Patumbak mengadakan acara kecil-kecilan karena baru pulang merantau dari Jepang. Rupanya, saat dua TNI dan pemuda sama-sama ke arah Kecamatan Patumbak, personel TNI sempat menegur para pemuda karena ugal-ugalan.

Sekelompok pemuda ini salah satunya disebut bernama Dewa, warga kampung sebelah dari Desa Selamat. Karena ditegur, mereka kembali ke SPBU, tempat sebagian kawannya masih menunggu yang lainnya. 

Di sinilah mereka disebut mengadu kalau mereka ditegur oleh personel TNI karena caranya membawa sepeda motor dan suara kendaraan yang bising. Setelah itulah sekelompok pemuda yang mau ke rumah kawannya jadi terlibat cekcok dengan dua personel TNI. 

Salah satu pemuda, disebut bernama Dewa diduga sempat menantang dua prajurit tersebut dan mengaku sebagai preman di Desa Selamat atau biasa disebut Pasar 9. Namun personel TNI tersebut mundur karena kalah jumlah.

"Mencari si Dewa karena si Dewa ini bilang kalau dia ini nggak takut sama TNI ini dan dia preman di Pasar 9. Dia menyebut pasar 9 karena kan kawasan kita ini masuk ke Pasar 9," ujarnya.

(cr25/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved