Medan Terkini
Sosok Taruna Ikrar yang Raih Penghargaan Ilmuwan Berpengaruh, Sampaikan Ancaman Silent Pandemic
Prof dr Taruna Ikrar, PhD, M.Biomed raih penganugerahan gelar ilmuan berpengaruh di Indonesia dari Universitas Prima Medan.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Randy P.F Hutagaol
Mikroba-mikroba yang memiliki gen resistensi ini tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang biak, menciptakan generasi baru yang secara genetis lebih tahan terhadap antimikroba.
Mekanisme terjadinya resistensi, kata Taruna sangatlah beragam dan canggih. Bakteri, misalnya, dapat mengembangkan resistensi melalui beberapa strategi genetik. Pertama, mereka dapat memodifikasi struktur molekul yang menjadi target obat, sehingga antimikroba tidak lagi mampu berikatan atau mengganggu fungsi sel bakteri.
Kedua, bakteri dapat mengembangkan enzim yang ampu merusak atau memodifikasi struktur molekul obat sebelum obat tersebut dapat memberikan efek.
Ketiga, mereka dapat mengembangkan pompa efluks, yaitu mekanisme yang secara aktif mengeluarkan molekul obat dari dalam sel sebelum obat dapat memberikan efek terapeutik.
Mantan Spesialis Laboratorium di Departemen Anatomi dan Neurobiologi Universitas California ini membeberkan sejak penemuan antibiotik pertama oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, umat manusia telah mengalami revolusi dalam kemampuan mengatasi penyakit infeksius.
Namun, Dalam waktu, mikroorganisme telah perjalanan mengembangkan mekanisme pertahanan yang canggih, membuat tantangan pengobatan semakin rumit dan memerlukan pendekatan strategis yang berkelanjutan.
Meskipun awalnya dianggap sebagai terobosan medis yang revolusioner, dalam waktu singkat bakteri Staphylococcus aureus telah menunjukkan resistensi terhadap penisilin. Pada dekade 1940-an dan 1950-an, penggunaan antibiotik secara massif dalam bidang kedokteran dan peternakan semakin massif.
Salah satu tonggak penting dalam pemahaman resistensi antimikroba, kata Taruna terjadi pada tahun 1962, ketika para ilmuwan mulai memahami mekanisme transfer gen resistensi antarbakteri melalui plasmid.
Mekanisme ini memungkinkan mikroba untuk saling berbagi informasi genetik yang memungkinkan mereka bertahan dari serangan antimikroba, bahkan lintas spesies.
Hal ini semakin memperkompleks dinamika penyebaran resistensi.
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, resistensi antimikroba berkembang menjadi ancaman global. Munculnya Multi-Drug Resistant (MDR) strain, seperti Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) dan kuman tuberculosis resisten obat, menjadi bukti nyata bahwa telah mengembangkan mikroorganisme mekanisme pertahanan yang sangat canggih.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai mengkategorikan resistensi antimikroba sebagai salah satu kesehatan global terbesar, mengingat potensinya mengacaukan sistem pengobatan modern.
Faktor Pendorong Resistensi
Menurut Taruna Ikrar, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik dalam bidang kesehatan manusia maupun peternakan, menjadi pendorong utama.
Ketika antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak tepat, hal ini menciptakan tekanan seleksi yang kuat bagi mikroorganisme untuk beradaptasi dan berkembang.
Selain itu, globalisasi, perpindahan penduduk, dan perdagangan global semakin mempercepat penyebaran strain resisten lintas wilayah dan benua.
Stiker Barcode Parkir Berlangganan Tak Berlaku Lagi di Medan, Begini Kata Kadishub |
![]() |
---|
Diperiksa Kejatisu, Anggota DPRD Medan Eko Ditanyai 18 Pernyataan Dugaan Pemerasan |
![]() |
---|
Kebijakan Baru, Stiker Barcode Parkir Berlangganan Tidak Berlaku Lagi, Ini Kata Kadishub |
![]() |
---|
Besaran Tunjangan yang Diterima Anggota DPRD Sumut, Ada Tunjangan Sewa Rumah hingga Transportasi |
![]() |
---|
6 Bulan Berlalu, Polisi Belum Tetapkan Tersangka Kasus Pakai Lagu tanpa Izin di HW Dragon Bar Medan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.