Berita Nasional

Jejak Digital Shandy Pembela Pagar Laut, Ngaku Dananya Patungan Rp 5 Ribu, Kalah Debat dengan Kholid

Ia mengaku-ngaku pagar laut dibuat secara swadaya dengan patungan Rp 5.000. Tapi kini terungkap bahwa Shandy Martha Praja ternyata seorang mahasiswa.

Tribun Bogor
Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik. 

Datanya Shandy dikeluarkan atau Drop Out (DO) pada tahun 2021/2022 semester ganjil.

Sebelum mengaku sebagai Jaringan Rakyat Pantura, Shandy Martha Praja pernah menjadi koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bersatu.

Mereka melakukan demo menolak deklarasi Relawan Nasional 2019 Ganti Presiden pada Selasa 4 September 2018 di bundaran Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).

Kini Shandy Martha Praja kembali muncul mengatasnamakan sebagai Jaringan Rakyat Pantura (JRP).

Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik.

"Sebetulnya bukan nelayan yang menancapkan bambu, tapi memang swadaya, kita sebut masyarakat. Karena ini (pagar laut) bukan hanya untuk kepentingan nelayan, ide dasarnya begitu. Ini adalah untuk juga kepentingan menahan abrasi, ombak dan segala macam, jadi dibuatlah tanggul itu," kata Shandy.

Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik.
Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik. (Tribun Bogor)

Kalah Debat dengan Nelayan Kholid

Dihadapkan dengan banyak narasumber termasuk nelayan Kholid, Shandy tampak kikuk menjawab pertanyaan soal pernyataannya yang kontroversial.

Terlebih nelayan Kholid blak-blakan bertanya ke Shandy soal pernyataan Shandy yang bak membela pendiri pagar laut.

Padahal Kholid sebagai nelayan yang sehari-hari melaut merasakan betul dampak buruk pagar laut tersebut.

Karenanya saat mendengar Shandy menyebut pagar laut dibuat atas swadaya masyarakat, Kholid tak terima dan balik bertanya ke Shandy.

"Kenapa saya justru belum bisa menangkap ketika pemagaran laut itu dibilang swadaya. Karena tolak ukurnya adalah pendapatan dari nelayan. Saya hitung, bambu itu dari Karangserang sampai Kronjo diperkirakan jutaan. Kalau perbatang bambu aja, harga bambu Rp20 ribu sampai Rp15 ribu. Kita hitung dari yang terendah, (bambu) Rp15 ribu dikali berapa juta bambu, udah berapa. Kira-kira masuk enggak dalam pikiran kita ketika itu swadaya masyarakat? Sementara pendapatan masyarakat sendiri morat-marit," tanya Kholid, nelayan viral penentang pagar laut.

Mendengar pertanyaan Kholid, Shandy tak langsung menjawabnya.

Sambil beretorika, Shandy justru membahas soal framing dan kepentingan nelayan alih-alih menjawab pertanyaan Kholid.

Hal itu lantas ditertawakan oleh Kholid.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved