Berita Viral

Kisah Letkol Rositua Aruan, Sempat Jadi Pembersih WC, Wanita Indonesia yang Jadi Tentara Amerika

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan kanal Youtube VOA Indonesia, Rosita Baptiste mengaku sudah bertugas selama 11 tahun 3 bulan di pasukan AS.

Tangkapan Layar Youtube VOA Indonesia/Istimewa
PERWIRA TENTARA AS - Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste, perwira militer Amerika Serikat (AS) yang berdarah Batak dan berasal dari Indonesia. Dikutip dari Youtube VOA Indonesia, Senin (3/2/2025), saat ini ia bertugas sebagai mekanik di pasukan darat Amerika Serikat. (Tangkapan Layar Youtube VOA Indonesia/Istimewa) 

TRIBUN-MEDAN.com - Kisah Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste wanita asal Indonesia yang menjadi perwira menengah pasukan militer Amerika Serikat (AS) ini mencuri perhatian.

Wanita berdarah darah Batak asal Sumatera Utara itu punya jejak karier mentereng di dunia militer internasional.

Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste bertugas sebagai mekanik di pasukan Angkatan Darat (AD) Amerika Serikat.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan kanal Youtube VOA Indonesia, Rosita Baptiste mengaku sudah bertugas selama 11 tahun 3 bulan di pasukan AS.

Letkol Rosita bahkan bertugas di berbagai daerah konflik, seperti di Irak.

Bahkan, ia juga pernah bertugas di Kuwait, setelah lulus menjalani sekolah di Jerman.

Lantas seperti apa sosoknya dan jejak karier menterengnya?

PERWIRA MILITER AS- Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste atau Rosita Baptiste, adalah perwira menengah militer Amerika Serikat (AS) yang berasal dari Indonesia. Ia merupakan alumni Universitas Sumatera Utara (USU).(YouTube VOA Indonesia)
PERWIRA MILITER AS- Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste atau Rosita Baptiste, adalah perwira menengah militer Amerika Serikat (AS) yang berasal dari Indonesia. Ia merupakan alumni Universitas Sumatera Utara (USU).(YouTube VOA Indonesia) (YouTube VOA Indonesia)

Kisah Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste

Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste berasal dari Sumatera Utara, ia merupakan lulusan Fakultas Hukum USU jurusan Perdagangan Internasional.

Usai lulus kuliah, Rosita Aruan sempat bekerja di beberapa perusahaan yang ada di Jakarta.

Namun, pada tahun 2000, ia menikah dengan warga negara Amerika Serikat.

Kebetulan suaminya itu adalah seorang tentara.

Karena tugas suaminya, Rosita Baptiste kemudian ikut ke AS pada September 2000.

Sampai di Negeri Paman Sam tersebut, Rosita sempat ingin bekerja sebagai wartawan.

Kebetulan, ia pernah menjadi wartawan Warta Ekonomi di Indonesia tahun 1997.

"Kebetulan itu pekerjaan yang saya suka," kata Rosita Aruan, seperti dikutip dari podcast YouTube VOA Indonesia, Senin (3/2/2025).

Sayangnya, keinginannya itu pun pupus lantaran ia belum punya pengalaman kerja di Indonesia.

Namun hal itu tak membuatnya patah arang.

Rosita Aruan kemudian melamar bekerja di perusahaan makanan cepat saji, Burger King.

Di sana ia bertugas sebagai kasir.

"Jadi kasir selama tiga bulan, dengan gaji 6 dollar 25 sen," ungkap Rosita mengenang pengalamannya.

Selama bekerja sebagai kasir, ia tidak hanya melayani pembeli saja, tapi juga ikut membersihkan meja dan sisa makanan pelanggan.

Bahkan, ia pernah membersihkan WC Burger King, meski dirinya bertugas sebagai kasir.

"Saya nangis, saya bilang sama ibu saya di Jakarta, enggak kebayang saya ke Amerika bersihkan WC," kata Rosita.

Namun, semua hal itu tak membuatnya patah arang.

Rosita tetap bekerja keras, hingga akhirnya ia melihat peluang untuk menjadi tentara AS.

Untuk lolos sebagai tentara AS, Rosita harus dua kali ikut ujian.

Pasalnya, pada ujian pertama ia dinyatakan gagal.

"Kemudian saya tanya berapa lama lagi (bisa ikut ujian kedua). Mereka bilang 30 hari (baru bisa ikut ujian ulang kedua)," kata Rosita.

Selama 30 hari, Rosita Aruan tak henti-hentinya belajar.

Ia kemudian ikut ujian kedua, dan kemudian dinyatakan lolos. 

Meski memiliki tinggi badan hanya 149 sentimeter, nyatanya pasukan AS tidak melihat hal itu sebagai masalah besar.

Menurut Rosita, yang dibutuhkan pasukan AS adalah kemampuan yang dimiliki calon pasukannya.

Mereka murni melihat apa kemampuan yang dimiliki calon pasukan, sehingga harus diterima di militer AS.

Berbeda dengan di Indonesia, yang mewajibkan tinggi badan sebagai syarat utama.

"Mereka itu tidak melihat tinggi badan," katanya.

Setelah lulus sebagai pasukan AS, Rosita mendapat tiga penawaran untuk penempatan kerja.

Yang pertama sebagai sopir, kedua sebagai montir, dan ketiga sebagai tukang masak atau koki.

"Saya pilihnya mekanik. Padahal saya cewek," kata Rosita tersenyum.

Sejak saat itu, Rosita kemudian disekolahkan hingga ke Jerman.

Ia pun mulai aktif berdinas di militer AS, hingga berangkat berbagai wilayah seperti Kuwait dan Irak.

Ingin Jadi Polwan atau Jaksa

Dalam podcast tersebut, Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste ternyata pernah bercita-cita ingin jadi polisi wanita (Polwan) di Indonesia.

Namun, karena tinggi badannya tidak mencukupi, Rosita pun mengubur mimpinya.

"Ada jodoh ingin keinginan jadi Polwan, dari segi tinggi badan saya sudah distop," katanya.

Tidak hanya itu, Rosita juga sempat berkeinginan menjadi jaksa.

Namun, masalah tinggi badan menghalanginya untuk menggapai cita-cita tersebut.

"Kan, jaksa di Indonesia harus tinggi tertentu lho. Dengar-dengar begitu," kata Rosita.

Meski mimpinya itu tak terwujud di Indonesia, ibu satu anak ini akhirnya bisa menjadi tentara di Amerika Serikat.

Bahkan, pangkatnya sekarang sudah Letnan Kolonel.

Ia memiliki ratusan pasukan ketika masih aktif berdinas di lapangan.

Pernah Hampir Tertembak di Kepala

Selama bertugas sebagai tentara AS, Rosita Aruan punya pengalaman yang tak bisa ia lupakan.

Ketika menjalani pendidikan dan tugas di Irak, ia nyaris terkena tembakan.

Saat itu dirinya berada di sebuah kelas untuk belajar.

Namun, di luar ruangan, terdengar suara rentetan tembakan.

Rosita Baptiste yang hendak memasang plugin laptop kemudian menundukkan kepala.

Di saat bersamaan, peluru melesat melewati kepalanya.

Jika saja Rosita saat itu tidak menunduk, maka kepalanya terkena peluru tersebut.

"Waktu itu blank," katanya, sambil mengenang.

Ia pun pernah ketiduran sambil duduk memegang senjata.

Hal itu dilakukan saat dirinya mendapat tugas untuk berjaga.

Kini, Rosita tak lagi bertugas di wilayah konflik.

Ia sudah ditarik dari lapangan, dan sekarang tengah fokus berdinas biasa dan mengurus keluarga.

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram Twitter dan WA Channel

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved