Berita Viral

SOSOK Febrini, Guru yang Didemo Siswa SMAN 1 Mempawah Kalbar, Videonya Main Sampan Disindir

Namun, di tengah perjuangan mereka, tidak ada respons yang memadai dari pihak Waka Kurikulum dalam mengurus pengisian data tersebut.

|
Kolase TikTok @pontianak_Infomedia dan Tribun Pontianak
SISWA GAGAL IKUT SNB: Tangkapan layar momen saat ratusan siswa berdemo sekaligus menggeruduk sekolahnya di Pontianak hingga viral, Selasa (4/2/2025). Begini sosok sang guru 

Ia mengungkapkan bahwa sejak kelas X hingga XII, para siswa telah berusaha maksimal untuk mempersiapkan diri mengikuti jalur SNBP. 


Namun, di tengah perjuangan mereka, tidak ada respons yang memadai dari pihak Waka Kurikulum dalam mengurus pengisian data tersebut.

"Kekecewaan kami itu pihak sekolah, terutama Waka Kurikulum lalai terhadap tugasnya."

"Dari tahun ke tahun kan tugas itu memang diemban oleh Waka Kurikulum, tapi sekarang mengapa lalai."

"Bahkan di tengah banjir sempat-sempatnya buat video TikTok main sampan, jadi kami kesal," ujarnya, Senin, dikutip dari TribunPontianak.co.id.

Hafis mengaku, setelah gagal ikut SNBP 2025, peluang bisa masuk kampus favorit semakin terbatas.

Meski masih ada jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT), tentu jauh lebih sulit.

"Intinya di tahun ini SMAN 1 Mempawah gagal masuk jalur SNBP."

"Jadi kemungkinan dengan jalur UTBK SNBT yang semakin mempersulit siswa untuk masuk PTN," tegasnya.

Menanggapi protes yang berkembang, pihak sekolah menggelar audiensi dengan orang tua siswa pada hari yang sama, di mana hadir Kepala SMAN 1 Mempawah, Endang Superi Wahyudi, bersama Waka Kurikulum Febrini dan Pengawas Dikbud Provinsi, Salihin. 

Dalam audiensi tersebut, pihak sekolah meminta maaf kepada para orang tua dan siswa atas kejadian yang menyebabkan kegagalan daftar SNBP.

Wali Murid Desak Waka Kurikulum disanksi berat

Meski pihak sekolah sudah memberikan permintaan maaf, para orang tua siswa tetap merasa kecewa atas kelalaian tersebut. 

Salah satu orang tua siswa, Yudi Oktaviarza, menilai bahwa kelalaian ini tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga merusak reputasi sekolah. 

“Kami merasa sangat sedih dan kecewa. Siswa yang sudah berusaha keras untuk masuk PTN, kini harus kehilangan kesempatan hanya karena kelalaian dari pihak sekolah,” ujar Yudi.

Sumber: Tribun Sumsel
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved