Berita Asahan Terkini

Bertaruh Nyawa, Pelajar di Sei Kepayang Asahan Terpaksa Menggunakan Sampan demi Belajar

Demi menempuh pendidikan, puluhan siswa di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan bertaruh nyawa mengarungi Sungai Asahan .

|
TRIBUN MEDAN/ALIF ALQADRI HARAHAP
PAKAI SAMPAN KE SEKOLAH: Puluhan siswa sekolah dasar di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan menggunakan transportasi sampan untuk berangkat ke sekolah, Selasa (18/2/2025). Selain mempersingkat perjalanan dan waktu, ini juga merupakan tradisi turun-temurun dari nenek hingga buyut yang sudah sejak puluhan tahun lalu. (TRIBUN MEDAN/ALIF ALQADRI HARAHAP) 

"Kalau sekolah biasa memberikan kelonggaran untuk para siswa. Biasanya mereka kalau terlambat hanya diberikan hukuman kutip sampah sebagai bentuk tanggungjawab mereka, tapi tidak dimarahi," ujar Wali Kelas 3, Sekolah Dasar Taman Pendidikan Islam, Sei Kepayang, Meilida Senja.

Katanya, setidaknya ada 30 siswa yang menempuh pendidikan di Taman Pendidikan Islam yang bersekolah menggunakan transportasi sampan.

"Ada sekitar 30 orang siswa yang menggunakan sampan untuk bersekolah. Dari kelas 1 sampai kelas 6 itu ada yang berangkat sekolah menggunakan sampan," ujarnya.

Katanya, meskipun begitu. Para siswa tetap giat untuk bersekolah dan tidak ada alasan untuk libur atau tidak datang kesekolah karena transportasi.

"Tidak ada yang malas. Mereka semua giat kesekolah, kecuali kalau hujan, atau kerusakan mesin baru ada yang tidak hadir kesekolah. Kalau tidak, semua datang," ungkapnya.

Katanya, alasan para siswa tidak menggunakan jalur darat karena orang tua para siswa memiliki kesibukan lainnya seperti bekerja, dan mempersiapkan makanan dirumah.

"Mereka berangkat beramai-ramai dengan teman-temannya. Kan disini ada juga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jadi mereka berangkat bersama kakak kelas mereka," katanya.

*Turun-temurun, dan Sudah Sejak Puluhan Tahun*

Sementara, Kepala Desa Sei Paham, Japilian mengaku berangkat sekolah menggunakan sampan ini merupakan tradisi turun menurun dari nenek hingga buyut.

"Sebenarnya, mereka ini berangkat kesekolah menggunakan sampan merupakan tradisi dari laut nenek kami. Karena, sejak dulu-dulu, nenek kami sudah naik sampan untuk menuju sekolah Tampis ini," ungkap Kepala Desa Sei Paham, Japilian.

Katanya, para siswa lebih efisien menggunakan jalur air ketimbang jalur darat yang disediakan pemerintah untuk menghubungkan Dusun 17 dan dusun 2 Sei Paham.

"Kalau efisiensinya, lebih baik menggunakan sampan. Apalagi kalau hujan, pasti banyak siswa yang menggunakan sampan," katanya.

Senada dengan kepala Desa, Kepala Dusun 17 Sei Paham, Safari Simangunsong, turut mengaku hal tersebut merupakan tradisi masyarakat.

"Memang dari dulu seperti ini. Hanya saja, baru viral kemarin karena stikmanya berbeda. Tapi, dari zaman kami dulu juga sudah menggunakan sampan," kata Safari Simangunsong.

Lanjutnya, pada zamannya bersekolah dahulu, sampan yang ditumpangi tidak memiliki mesin, namun di dayung menggunakan kayu.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved