Berita Viral

SOSOK Siti Faizah, Kepsek SMAN 6 Depok yang Dicopot Dedi Mulyadi Imbas Ngotot Gelar Study Tour

Keputusan itu diambil imbas Siti Faizah yang tetap memberangkatkan siswa SMAN 6 Depok pergi study tour di luar provinsi. 

YouTube Siti Faizah/Tribun Jabar/ Fauzi Noviandi
DICOPOT: Siti Faizah, Kepsek SMAN 6 Depok (kiri) dan Dedi Mulyadi (kanan). Siti Faizah dicopot dari jabatannya, Kamis (20/2/2025) imbas ngotot gelar study tour 

"Apabila orang tuanya ingin anaknya piknik, tidak ada masalah itu hak setiap orang."

"Tetapi lebih baik selenggarakan oleh orang tua anak-anaknya didampingi ke Bali."

"Jangan bawa nama sekolah, cukup orang tuanya," papar Dedi.

Termasuk dengan guru yang ingin ikut harus pula membayar menggunakan uang pribadi.

"Gurunya boleh pergi dengan biaya sendiri."

"Kalau guru ke Bali kemudian mendapat transport dari orang tua apalagi ASN, ya itu tidak boleh menurut Undang-undang," tegas Dedi.

Sementara itu, Ketua Komite SMAN 6 Depok, Eko Pujianto mengatakan, study tour masuk dalam kurikulum pelajaran.

"Tolong jangan asal komentar, karena yang rugi reputasi sekolah ini. Saya berani ngomong seperti ini karena kami di komite bekerja ikhlas lillahi taala," kata Eko.

Apalagi, kata dia, pihak orang tua siswa juga melakukan subsidi bagi siswa yang kurang mampu.

Sebelumnya, Dedi sudah meminta pihak sekolah untuk membatalkan kegiatan study tour tersebut.

Dedi sendiri mengunggah pernyataannya di akun TikTok @dedimulyadiofficial, Sabtu (15/2/2025).

"Ada orang tua yang keberatan terhadap kegiatan study tour di SMAN 6 Depok (ke Bali) dengan biaya Rp3,5 juta," ujar Dedi.

"Kalau ditambah uang saku dan lain-lain bisa Rp4,5 - 5,5 juta," imbuhnya.

Padahal sebelumnya, Dedi sudah mengimbau kepada sekolah se-Jawa Barat untuk tidak melakukan study tour, bahkan menjual seragam sekolah sekalipun.

Nantinya, setelah dilantik pada 20 Februari 2025, Dedi akan membuat keputusan tertulis.

"Memang saya belum dilantik, saya hanya bersifat imbauan, belum bisa jadi keputusan tertulis," jelasnya.

Dedi menjelaskan, study tour sesungguhnya merupakan sebuah orientasi berpikir yang bisa digunakan untuk dunia pendidikan.

Yakni untuk mengarahkan anak-anak melakukan pengkajian dan penelitian pada sebuah tempat yang dikunjungi.

Jika sekolah mau fokus pada kalimat study tour, menurut Dedi. sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus ke luar kota.

"Sampah di Depok menjadi masalah besar, itu bisa jadi rangkaian study," tutur dia.

"Di mana anak-anak jurusan IPA bisa menggunakan metodologi bakteri sebagai pengurai sampah," paparnya.

Sekolah, kata Dedi, bisa menggerakkan siswanya untuk melakukan penelitian.

Berstudi ke setiap rumah untuk mengajarkan bagaimana cara mengurai sampah, memilah mana organik dan anorganik sehingga tidak jadi masalah.

Selain itu, siswa juga bisa diajak study tour ke industri yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

"Misal memperlajari percepatan proses produksi, bagaiamana menggunakan robot sebagai kekuatan teknologi hari ini."

"Bagaimana proses produksi membuat minyak goreng, membuat motor, tekstil, dan industri lainnya," beber dia lagi.

Hal-hal sederhana dan dekat ini, menurut Dedi, bisa dijadikan bahan study dan kajian para siswa.

"Tapi kalau pergi ke Bali, itu namanya wisata, piknik."

"Boleh banget dan itu hak setiap orang, tapi tidak dilembagakan pada kebijakan di sebuah lembaga formal," ungkapnya.

Kini yang menjadi masalah, kata Dedi, dengan alasan study tour, banyak anak-anak kurang mampu yang merasa minder.

"Orang tuanya yang tidak mampu berusaha memenuhi keinginan anaknya karena marah di rumah," kata dia.

Dedi pun menyarankan kepada pihak sekolah untuk membatalkan rencana tersebut.

"Untuk itu saya meminta kepada Kepala SMAN 6 Depok, tunda ya. Enggak usah deh study tour-nya, gunakan uangnya untuk yang lain," pintanya.

Namun jika orang tua siswa mampu untuk membiayai piknik, maka silakan saja.

"Silakan piknik bersama keluarganya," kata Dedi lagi.

Ia juga mencontohkan agenda piknik yang dibalut acara study banding di pemerintahan.

Dedi meminta pegawai kantor pemerintahan untuk tidak melakukan agenda piknik dengan menumpang ke kegiatan pemerintah.

"Sama dengan di kantor pemerintah, kalau mau piknik ke Jogja, Bali, silakan aja, pergi sama keluarga, tapi jangan numpang di kegiatan pemerintah jadi study banding, ke Bali, Jogja, apalagi ke luar negeri," jelasnya.

"Mau pergi ke manapun silakan, tapi pakai uang sendiri, jangan berkamuflase study banding," tegas Dedi.

Sebagian artikel sudah tayang di Tribunnews.com

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved