PSMS Medan

Fakta di Balik Honor Panitia Pertandingan PSMS yang Cuma Dibayar 50 Persen

Setiap pertandingan PSMS Medan mengalami defisit cukup besar sehingga harus ada pemangkasan biaya dari beberapa bidang.

TRIBUN MEDAN/ANUGRAH NASUTION
HORMAT PADA SUPORTER: Para pemain dan pelatih PSMS saat memberi hormat kepada penduduknya usai laga penutup Liga 2 yang berlangsung di Stadion Baharuddin Siregar, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sabtu (15/2/2025). (TRIBUN MEDAN/ANUGRAH NASUTION) 

"Mereka yang protes sudah pernah saya sarankan untuk menjumpai manajemen, tapi tidak berani. Justru saya yang diancam-ancam, tapi tidak saya tanggapi,” tegasnya. 

Irsan mengakui, pihaknya sepakat untuk revitalisasi honor panitia sebesar 50 persen karena kondisi keungan PSMS. 

“Kita harus sadar bahwa PSMS itu lagi defisit anggaran, maka saya setuju untuk revitalisasi honor,” tegasnya. 

Sementara itu, salah satu panpel, Drs. Pesta Lumbangaol mengungkapkan bahwa meskipun ada pembayaran, PSMS Medan masih memiliki tunggakan.

Ia menilai pembayaran tersebut dilakukan tanpa koordinasi dengan mayoritas panpel dan hanya mencakup setengah dari total kewajiban.

"Manajemen PSMS cuma membayarkan setengah dari kewajibannya, itu pun sepihak. Tanpa ada persetujuan dari mayoritas bidang-bidang panpel, tiba-tiba dana ditransfer ke rekening bank masing-masing bidang," ujarnya. 

Pesta menjelaskan bahwa pembayaran ini terjadi setelah pertemuan antara Julius Raja dan Irsan Lubis, Local Organizer Committee (LOC) panpel pertandingan.

Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bahwa honor akan dibayarkan sebesar 50 persen. 

Namun, keputusan ini dibuat tanpa melibatkan panpel secara keseluruhan.

"Pertemuan LOC dengan manajemen tidak melibatkan panpel yang lain, tanpa persetujuan kami ditetapkanlah pembayaran sebanyak 50 persen untuk masing-masing bidang dengan cara tanpa pemberitahuan tiba-tiba ditransfer ke rekening bank yang bersangkutan. Wajar kami menolak, lantaran keputusan itu sepihak tanpa melibatkan kami," tegasnya.

Ia juga menyoroti kejanggalan dalam proses ini, di mana surat keputusan mengenai pembayaran justru ditandatangani oleh LOC, bukan oleh pihak manajemen PSMS.

"Anehnya dikeluarkan surat tapi ditandatangani LOC, harusnya kan manajemen PSMS yang menandatangani. Seolah-olah sebagai upaya buang badan ketika nanti bermasalah di kemudian hari," tambahnya.

Kemudian, ia menjelaskan,polemik ini berawal dari janji Direktur Utama PT Kinantan Medan Indonesia (KMI), Arifuddin Maulana Basri, yang sempat mengundang panpel dalam pertemuan pada Selasa (14/1/2025).

Dalam pertemuan tersebut, Arifuddin meminta panpel tetap menjalankan tugas mereka dalam pertandingan melawan Sriwijaya FC di babak playoff degradasi pada Minggu (19/1/2025). 

Sebagai gantinya, ia berjanji akan melunasi honor panpel pada awal Februari 2025. Namun, hingga Maret 2025, janji pelunasan belum terealisasi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved