Merayakan Keberagaman, Memperkuat Toleransi
Menyambut bulan Ramadan dan Idul Fitri 1446 H, DAAI TV mengadakan acara dialog lintas iman dengan tema Merayakan Keberagaman Memperkuat Toleransi.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Menyambut bulan suci Ramadan dan Idul Fitri 1446 Hijriah, DAAI TV mengadakan acara dialog lintas iman dengan tema Merayakan Keberagaman Memperkuat Toleransi.
Acara ini menghadirkan narasumber, Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Romo Aloysius Wahyu E. Suseno, pemuka agama Katolik, Bhante Dhirapunno, pemuka agama Buddha, Abu Marlo, Motivator Islam, serta Hong Tjhin, Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi.
Diselenggarakan di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk pada tanggal 15 Maret 2025, dialog Lintas Iman dihadiri oleh peserta sebanyak kurang lebih 700 orang dari sekolah, universitas, institusi dan umum.
Dalam sambutannya Menteri Agama, Prof Nasaruddin Umar menekankan bahwa Indonesia ibarat lukisan yang indah. Beragam warna menyatu dengan harmonis, ibarat keberagaman yang ada di Indonesia.
Tidak boleh ada kebencian yang hadir di Indonesia, karena semua agama dilandaskan pada cinta. Sebagai penutup sambutannya, Menteri Agama mengucapkan terima kasih atas inisiasi acara ini, karena dengan adanya dialog seperti ini, semakin terbuka ruang diskusi antar iman di Indonesia.
“Perbedaan itu harus dirayakan, karena perbedaan itu rahmat Tuhan. Kita harus mensyukuri dan sama-sama menjaga Indonesia”, pungkasnya.

Dialog Lintas Iman
Selanjutnya sesi dialog yang dipandu oleh moderator Arto Biantoro, juga menceritakan pengalaman-pengalaman setiap narasumber dalam memperjuangkan toleransi dan membangkitkan kepedulian masing-masing umat untuk meningkatkan pemahaman satu sama lain.
Abu Marlo, mengamini pernyataan Menteri Agama, bahwa semua agama berlandaskan pada cinta, namun terkadang kefanatikan membuat manusia lupa akan nilai keimanan itu sendiri.
“Ketika kita menyatu dengan welas asihnya Tuhan, maka kemanusiaan itu akan hadir”. Sejalan dengan itu Romo Aloysius juga mengungkapkan bahwa apa yang apa yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.
Perwakilan agama Buddha, Bhante Dhirapunno, menceritakan pengalamannya saat melakukan perjalanan keliling Indonesia dengan campervan, bahwa masyarakat Indonesia merindukan keharmonisan.
“Sebagai manusia tdk cukup hanya berkembang biak tapi kita juga harus berkembang baik. Ketika kita mau keharmonisan, kita mau kerukunan, kita mau org baik sama, maka kita juga harus mau membantu orang lain”, ujar Bhante Dhirapunno.
Dalam dialog tersebut hadir juga relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin. Yayasan Buddha Tzu Chi dikenal sebagai Yayasan amal yang banyak membantu kehidupan masyarakat kurang mampu ataupun yang tertimpa bencana.
Kiprah Tzu Chi di Indonesia saat ini memasuki tahun ke 31. Tzu Chi mulai banyak berkiprah di Indonesia saat Indonesia dilanda kerusuhan di tahun 1998. Master Cheng Yen pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi berpesan bahwa kebencian harus dilawan dengan cinta kasih.
Dan para relawan tzu Chi yang tinggal dan mencari nafkah di Indonesia harus turut berkontribusi positif untuk Indonesia karena dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Menurut Hong Tjhin, apa yang dilakukan Tzu Chi Indonesia adalah aksi nyata dari nilai-nilai kemanusiaan universal, yang ada di semua agama.
Tahun 2025, Pemko Siantar Bantu 64 Rumah Ibadah Untuk Tingkatkan Keimanan dan Toleransi |
![]() |
---|
Khidmat Thaipusam di Kuil Tomuan, Polres Pematangsiantar Hadir Jaga Toleransi dan Keamanan |
![]() |
---|
DAAI TV Gelar Great Love Vesak Concert : Musik & Inspirasi untuk Generasi Muda |
![]() |
---|
DAAI TV Hadirkan Film Dokumenter Borobudur Jejak Spiritual & Harmoni Dunia |
![]() |
---|
Kapolres Simalungun Terima Kunjungan Pemuka Agama Mitra Kamtibmas: Jaga Sinergitas Keamanan |
![]() |
---|