Sumut Terkini

Kisah Hijrah Hendra, Mantan Pecandu Narkoba yang Kini Kecanduan Agama

Hampir 20 tahun Hendra hidup bersahabat dengan narkoba, bahkan dirinya mengenali narkoba sejak masih duduk di kelas 11 SMA.

Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Ayu Prasandi
DOK Hendra Syahputra Arbain
KISAH HIJRAH- Hendra Syahputra Arbain (42) melakukan dakwah ke sejumlah wilayah di Indonesia. Kini, berbuat kebaikan dengan mendirikan lembaga untuk membantu sesama umat yang membutuhkan. 

TRIBUN-MEDAN.COM, KISARAN - Tak ada manusia yang sempurna, sekelam apapun masa lalu yang pernah kita lalui, Allah maha pengampun dan maha penyayang.

Ungkap Hendra Syahputra Arbain (42) saat menceritakan masa lalunya yang kelam saat masih hidup dibawah pengaruh narkoba.

Hampir 20 tahun Hendra hidup bersahabat dengan narkoba, bahkan dirinya mengenali narkoba sejak masih duduk di kelas 11 SMA.

Pada tahun 1999, narkoba jenis sabu-sabu mungkin tidak sepopuler sekarang yang gampang didapat.

Namun, Hendra yang saat itu masih berusia 16 tahun sudah dapat menguasai jaringannya.

Berawal dari coba-coba hingga ketergantungan, Hendra lupa diri dan merasa jagoan setelah menggunakan narkotika jenis sabu-sabu tersebut.

"Hampir 20 tahun saya merasakan pengaruh narkoba dan bahkan menjadi ketergantungan kepada diri saya. Dari kelas 2 SMA, kuliah, sampai sudah menikah saya masih menggunakan narkoba. Awalnya saya hanya coba-coba, dikasih pakek gratis, kemudian main tawuran. Badan rasanya enteng," kata Hendra, di Masjid Al Huda, Jalan Ahmad Dahlan, Kisaran, Asahan, Kamis (27/3/2025).

Sejumlah perbuatan anarkis tak lepas dari namanya. Dahulu, dirinya dikenal sebagai si tukang pembuat onar, yang berbanding terbalik dengan latar belakang keluarga.

"Ayah dan ibu saya itu orang yang sangat baik. Keduanya adalah guru agama. Memang saya saja yang tidak bisa dibilangi, karena efek itu tadi, badan bawaannya panas, mau aja (berkelahi). Saya dahulu menjadi salah satu penggerak perang antar sekolah, antar kampung. Saya ga mikir, saya ga ada rasa takut mati," kata Hendra sembari mengenang masa kelamnya.

Hendra mengaku, ada penyesalan yang takkan bisa dilupakannya hingga saat ini setelah mencecoki beberapa anak-anak dengan sabu dan membuat puluhan anak rusak dan kecanduan.

"Penyesalan ya itu, kami cekoki dengan sabu. Kasih gratis, kemudian nanti dijual. Dapat untung sikit, bisa diputar untuk beli barang lagi lepas makek," ujarnya.

Namun, masa-masa itu kini telah dilaluinya dengan rasa penyesalan yang mendalam. Kini dirinya menebus kesalahan itu dengan menjadi sosok yang mencoba lebih dekat kepada Allah.

"Titik balik saya pada 2017 lalu. Ayah saya meninggal dunia, saya dimimpikan oleh ayah, dia menegur saya sembari berkata kalau dia mati, tidak ada yang mendoakan dan anaknya tidak ada yang salat. Padahal, kata-kata itu sering diucapkan ayah saya semasa dia sehat hingga penghujung hayat," katanya.

Sejak saat itu, Hendra kini mengabdikan dirinya untuk masyarakat melalui lembaga Pemuda Mandiri Perduli Rakyat Indonesia (PMPRI) sembari menebus dosa yang telah dibuatnya dahulu.

"Melalui lembaga ini, saya bertekad untuk membantu masyarakat yang tidak mendapat haknya, kemudian masyarakat yang di dzolimi, jiwa aktivis saya sudah ada sejak kuliah dulu. Saya sempat menjadi ketua umum sekretariat HMI Universitas Asahan," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved