Berita Internasional

Awalnya Bangga Menikah dengan Pria Mapan dan Tampan, Wanita Ini Kaget Setelah Serumah dengan Mertua

Hanya dalam waktu tiga bulan berkenalan, ia memutuskan untuk menikah karena merasa cocok dan yakin dengan kepribadian serta kemapanan sang pria.

SANOOK.COM
MERTUA DAN MENANTU: Ilustrasi Wanita kaget. Awalnya bangga dan Bahagia bisa menikah dengan pria tampan dan mapan, namun setelah tinggal bersama mertua, nasib wanita ini berujung pilu, Senin (30/6/2025). ( 

Keluarga suami menyambutnya hangat, bahkan sang ibu mertua kerap memberikan hadiah sebelum pernikahan.

Namun, setelah resmi menjadi menantu, kenyataan yang ia hadapi berbanding terbalik. Ia diminta berhenti bekerja untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, atas permintaan ibu mertua.

“Saya percaya ini bentuk pengorbanan yang wajar dalam rumah tangga. Tapi lama-lama peran saya berubah seperti asisten rumah tangga,” tutur Bu B.

Suaminya, yang hampir berusia 30 tahun, ternyata sangat bergantung pada sang ibu dan tak terbiasa mandiri.

Segala keperluan pribadi dari sikat gigi hingga sarapan harus disiapkan Bu B setiap pagi. Ia juga harus menyetrika baju suami di malam hari, mengurus rumah, memasak, hingga merawat anak seorang diri.

Sang ibu mertua menekankan bahwa tugas utama menantu adalah melayani suami, dan melarang suami menyentuh pekerjaan rumah sedikit pun.

Ketegangan meningkat setelah dua bulan menikah, ketika ayah mertua meninggal dunia. Ibu mertua meminta tidur sekamar dengan pasangan muda itu dengan alasan takut tidur sendiri.

Sang suami pun menolak tidur di lantai karena dikhawatirkan akan sakit, dan akhirnya Bu B yang sedang hamil terpaksa tidur di lantai selama berbulan-bulan hingga melahirkan.

Dalam hal keuangan, semua kendali ada di tangan ibu mertua. Suaminya menyerahkan seluruh gaji kepada ibunya, dan Bu B tak diberi akses mengatur belanja rumah tangga. Ia bahkan merasa makanan yang disiapkan lebih memperhatikan kebutuhan suaminya ketimbang dirinya dan anak yang masih kecil.

Puncak penderitaan terjadi ketika ia mengusulkan untuk memasak makanan khusus demi gizi anak. Ibu mertua marah besar, menyebutnya tidak sopan.

Suaminya yang ikut terpancing emosi, memukul Bu B hingga kepalanya terbentur lemari dan berdarah. Dalam keadaan panik, ia menggendong anak dan melarikan diri sambil meminta bantuan tetangga.

Setelah insiden tersebut, orang tuanya membawanya ke rumah sakit. Bu B sempat memutuskan bercerai, namun suaminya memohon dan berjanji akan berubah.

Ia akhirnya memberi kesempatan dengan satu syarat: harus tinggal terpisah dari ibu mertua. Sejak itu, sang suami mulai berubah, membantu pekerjaan rumah dan merawat anak.

Psikolog Dr. To Nhi A yang menanggapi kasus ini mengatakan, kasih sayang yang sejati tidak perlu dipelajari. Jika suami benar-benar mencintai, ia tak akan membiarkan istrinya tidur di lantai saat hamil atau melayani hal-hal kecil seperti mengambilkan sikat gigi.

Dr. To Nhi A juga menekankan pentingnya wanita memiliki kemandirian finansial agar dihargai, baik oleh pasangan maupun mertua.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved