Berita Viral

POLISI TUTUP MULUT Saat Ditanya Hubungan Diplomat Arya Daru dengan Farah: Itu Ranah Privasi Korban

Hubungan khusus antara diplomat muda, Arya Daru Pangayunan (39), dengan teman perempuannya bernama Farah.

|
Editor: AbdiTumanggor
Kolase Istimewa
KASUS tewasnya diplomat muda kemlu, Arya Daru Pangayunan (ADP) yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terlilit lakban kuning di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). Foto keluarga membawa foto almarhum Arya Daru Pangayunan, di rumah duka di Jalan Munggur, Bantul, Jogyakarat. (KIRI). Foto ADP semasa hidupnya bersama istri (Kanan) (Kolase Istimewa) 

Hasil digital forensik dari Direktorat Siber Polda Metro Jaya mengungkap bahwa ADP sempat mengirim email ke organisasi bantuan krisis emosional antara tahun 2013–2022.

Dalam email tersebut, ADP menuliskan keinginan untuk bunuh diri karena tekanan hidup.

"Penyidik menemukan niatan bunuh diri yang tertulis dalam sembilan segmen email, termasuk pada tahun 2021," ujar Ipda Saji Purwanto.

Riwayat Psikologis: ADP Alami Tekanan Berat

Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Nathanael E. J. Sumampouw menjelaskan bahwa ADP dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab dan memiliki empati tinggi, namun mengalami hambatan dalam mengekspresikan tekanan emosional.

Ia juga sempat mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2021.

“Almarhum menekan emosi negatif dan cenderung menutupi beban psikologisnya. Kombinasi tekanan pribadi dan pekerjaan membuatnya sulit menjangkau dukungan profesional,” jelas Nathanael.

Diketahui, diplomat Kemlu berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).

Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.

Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.

Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung. Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.

PANGGILAN TERAKHIR DARU - Pihak kepolisian berhasil mengakses data WhatsApp dan email Arya Daru yang terkoneksi dengan laptopnya. Hasilnya, ada beberapa orang yang ternyata dihubungi Arya Daru sebelum kematiannya
Pihak kepolisian berhasil mengakses data WhatsApp dan email Arya Daru yang terkoneksi dengan laptopnya. Hasilnya, ada beberapa orang yang ternyata dihubungi Arya Daru sebelum kematiannya (istimewa)

Siapakah Farah?

Analis menduga sosok Farah ini memegang kunci penting yang bisa mengubah arah penyelidikan dari bunuh diri menjadi kasus yang lebih kompleks.

Kasus kematian Diplomat Arya Daru yang awalnya disimpulkan sebagai bunuh diri kini semakin keruh. Keraguan keluarga dan temuan-temuan janggal di TKP terus memicu spekulasi liar di tengah publik.

Namun, sebuah momen dalam konferensi pers kepolisian yang diungkap oleh analis kriminal justru melemparkan bensin ke dalam api misteri ini: kemunculan nama Farah.

Berdasarkan pengakuan Koordinator Indonesia Crime Analyst Forum, Mustofa Nahrawardaya, pertanyaan mengenai Farah menjadi satu-satunya momen di mana pihak berwenang terlihat tidak siap. "Waktu jumpa pers ada tanya jawab dengan wartawan. Ada satu pertanyaan yang polisi gelagapan menjawab, dan tidak siap, (yakni pertanyaan) Farah itu hubungannya apa dengan korban?" ungkap Mustofa menirukan momen tersebut.

Jawaban polisi yang menyebut hubungan itu "privat" justru memicu tanda tanya besar. 

Menurut Mustofa Nahrawardaya, saat seorang wartawan menanyakan siapa Farah, respons dari pihak kepolisian tidak seperti saat menjawab pertanyaan lain. Jawaban singkat bahwa hubungan itu bersifat "privat, enggak boleh kami sampaikan," menjadi sangat kontras dengan keterbukaan pada detail lainnya.

Sikap ini, menurut para analis, adalah indikasi bahwa sosok Farah memiliki peran atau informasi yang sangat sensitif dalam kasus ini. Sikap defensif kepolisian mengenai Farah secara otomatis melahirkan spekulasi di kalangan jurnalis dan publik. Isu paling liar yang berkembang adalah adanya motif asmara di balik tragedi ini.

"Beredar isu yang berkembang di kru wartawan, saya juga salah satu di dalamnya, bahwa ini terkait dengan asmara," sambung Mustofa, menggarisbawahi bahwa ini adalah analisis berdasarkan dinamika di lapangan.

Jika benar, ini bisa menjadi motif kuat yang mematahkan skenario bunuh diri karena masalah pekerjaan semata. Ia meyakini, satu-satunya cara untuk membongkar siapa Farah dan apa motif sebenarnya adalah dengan menemukan ponsel utama milik Arya Daru yang hingga kini masih raib.

Ponsel tersebut diyakini menyimpan semua jejak komunikasi, data, dan petunjuk yang bisa mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada jam-jam terakhir kehidupan sang diplomat. Misteri hilangnya ponsel ini semakin memperkuat dugaan adanya pihak lain yang sengaja menghilangkan barang bukti krusial.

Analis kriminal ini juga melontarkan dugaan yang lebih jauh: seluruh tindakan aneh yang dilakukan Arya Daru sebelum meninggal, seperti naik ke lantai 12 lalu kembali ke kos, kemungkinan tidak dilakukan atas kehendaknya sendiri. "Kemungkinan, dugaan saya ini, bukan keinginan sendiri tapi ada yang memandu," kata Mustofa.

Dalam skenario ini, Farah bisa jadi adalah 'pemandu' tersebut atau setidaknya orang yang mengetahui siapa dalang di baliknya. Jika semua spekulasi ini terbukti, maka sosok Farah adalah game changer.

Kehadirannya bisa menjadi bukti adanya keterlibatan pihak lain dan motif yang selama ini tidak terungkap. Ini akan memaksa penyidik untuk membuka kembali penyelidikan dengan sudut pandang baru: bukan lagi kasus bunuh diri murni, melainkan potensi pembunuhan berencana yang dirancang dengan sangat rapi. Hal ini sejalan dengan desakan keluarga yang meyakini Arya Daru tidak mungkin mengakhiri hidupnya sendiri.

Misteri sosok Farah kini menjadi benang merah baru yang ditunggu-tunggu oleh publik. Pengungkapan identitas dan perannya bisa menjadi kunci untuk menjawab apakah Arya Daru adalah korban dari depresi mendalam, atau korban dari sebuah konspirasi mematikan. 

Dua orang ini jadi saksi kunci melihat gelagat aneh diplomat muda Arya Daru Pangayunan di hari-hari terakhirnya saat bersama-sama berada di pusat perbelanjaan Grand Indonesia. Dua orang yang menemani Arya Daru adalah sosok wanita bernama Farah dan teman laki-laki bernama Dion.

Adapun nama Farah dan Dion jika melihat pada inisial nama saksi yang sebelumnya diungkap merujuk pada saksi 1 dan saksi 2. Gelagat aneh mulai terlihat sejak Arya diduga salah mengirim pesan WhatsApp dan mengubah rencana tujuannya. Keterangan ini disampaikan langsung Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra saat jumpa pers.

Kesaksian ini memunculkan spekulasi terkait tekanan yang dialami Arya sebelum kejadian tragis itu terjadi. 

"Berdasarkan CCTV terlihat korban antri taxi Blue Bird korban membawa tas gendong dan tas belanja, sesuai dengan keterangan saksi bahwa korban salah mengirim pesan WhatsApp" tulis keterangan dikutip dari TribunBogor, Kamis (31/7/2025).

HP Samsung S22 Ultra Raib

Sejak saat itu pula handphone Arya Daru Pangayunan yang bermerek Samsung S22 Ultra sudah tidak dihubungi. Menurut Wira, sinyal handphone Daru terakhir terlacak di Grand Indonesia. "Handphone ini terkahir off berada di Grand Indonesia," katanya.

Karena kondisi handphone sudah tidak aktif, maka polisi pun kesulitan untuk menemukannya.

"Namanya handphone off kita juga ya susah untuk melacaknya. HP tetap kami lakukan pencarian artinya ini merupakan salah satu petunjuk bila kita temukan tetap kita jadikan petunjuk untuk kita lakukan pendalaman lebih lanjut," katanya.

Setelah kejadian salah kirim pesan WhatsApp ini, gelagat Arya Daru sudah mulai tak biasa. Ketika dalam perjalanan, Arya Daru Pangayunan ternyata sampai tiga kali mengubah rute tujuan.

Pertama ke Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, kemudian ke Gondangdia dan terakhir ke Gedung Kementerian Luar Negeri di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat. "Perlu kami sampaikan korban keluar dari Grand Indonesia itu naik taksi, tapi baru jalan kira-kira sekitar 5 menit langsung minta untuk berubah arah," kata Wira.

Menurutnya, Daru tak sempat sampai ke Bandara Soetta. "Jadi gak sampai. Paling baru jalan sekitar 200 sampai 300 meter langsung balik arah menuju ke arah Kemenlu," jelas Kombes Wira Satya Triputra.

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta melayani penerbangan domestik dan internasional. Untuk domestik, terminal ini terutama digunakan oleh Garuda Indonesia dan Citilink. Sementara untuk internasional, banyak maskapai besar seperti Emirates, Qatar Airways, dan lainnya juga menggunakan terminal ini.

Gerak-gerik Arya Daru dan dua rekannya tak dapat digambarkan detail, sebab CCTV yang ditampilkan bukan video bergerak. Namun terlihat ketiganya terlihat bersama-sama dalam rentan waktu tersebut.

Arya menggunakan kemeja biru begitu juga rekannya menggunakan nada kurang lebih senada. 

Diplomat muda itu kemudian melakukan pembelian barang belanjaan sebelum pergi ke rooftop Kemlu dan beranjak pulang ke indekos. Belakangan muncul isu dugaan perselingkuhan yang melatarbelakangi kasus kematian ini. Menanggapi hal itu, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra memberikan jawaban lugas atas dugaan perselingkuhan yang dimaksud.

Wira dengan nada tinggi menyebut bahwa tidak ada keterlibatan orang lain dalam kematian Arya Daru. "Terkait hubungan Fara, kalau sudah ambil keterangan, sudah, kalau masalah hubungannya kami tidak bisa sampaikan karena itu privasi," ucapnya kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

(*/Tribun-medan.com)

Artikel diolah sebagian dari TribunJakarta.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved