PT Dirgantara Indonesia juga berkomitmen menggenjot ekspor dengan mengekspor pesawat terbang jenis NC212i ke Filipina dengan nilai 813 juta Peso Filipina dan CN235 ke Vietnam dengan nilai 18 juta dollar AS.
Terkait penguatan ekspor ini, Menteri BUMN, Rini Soemarno sempat meminta perusahaan BUMN untuk menjaga dollar AS di tengah situasi melemahnya nilai rupiah.
Katanya, BUMN yang melakukan ekspor diminta untuk menambah simpanan dollarnya dengan menggenjot ekspor.
Dollar tersebut bisa mendukung operasional BUMN lainnya.
Baca: Soal 5.000 Senjata Ilegal yang Panglima TNI Maksud, Berikut Penjelasan PT Pindad, Bukan Impor
Misalnya, kata Rini, Pertamina masih membutuhkan dollar AS untuk impor bahan baku yang tak tersedia di dalam negeri.
Di samping itu, Rini juga meminta agar BUMN menekan angka impor.
Jika bahan baku tersebut masih tersedia di dalam negeri, maka berdayakan sumber yang ada.
"Seperti batu bara, timah, nikel, sawit, ini yang kita jaga supaya bener-benar dollarnya disimpan," kata Rini.
Terkait nilai tukar rupiah sendiri, saat ini kondisinya masih belum stabil. Angka rupiah masih turun naik.(kompas.com)
Mulai Menguat
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo bersyukur bahwa pergerakan rupiah mulai agak kalem seiring dengan penguatan mata uang Garuda yang hari ini menguat terhadap dollar AS.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah hari ini bertengger pada posisi Rp 14.844 per dollar AS setelah sehari sebelumnya rupiah sempat mendekati level Rp 15.000 di posisi Rp 14.927 per dollar AS di hari Rabu, (5/9) kemarin.
Sementara di hari Kamis lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 14.891.
"Ini karunia Allah rupiah stabil , menguat dalam konteks itu.
Saya tentu saja apresiasi ke pemerintah telah dan akan lakukan langkah-langkah konkrit untuk menurunkan CAD, karena memang sejumlah langkah akan terus dilakukan," ujar dia selepas salat Jumat di Masjid BI, Jumat (7/9).