Ramadhan 1440 H

Kisah Hidup Halim Nasution Terpidana Mati yang Jadi Guru Ngaji dan Tak Pernah Bolong Berpuasa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Hidup Halim Nasution Terpidana Mati yang Jadi Guru Ngaji dan Tak Pernah Bolong Berpuasa. Terpidana hukuman mati Halim Nasution alias Alem (68) warga asal Tanjungbalai, Asahan saat membagikan takjil kepada Narapidana di Masjid At-taubah Lapas Kelas IA Tanjung Gusta, Medan.

Kisah Hidup Halim Nasution Terpidana Mati yang Jadi Guru Ngaji dan Tak Pernah Bolong Berpuasa

TRIBUN-MEDAN.com- Bagaimana bisa menjalani ibadah Puasa di Bulan Suci Ramadan bila mengetahui hidupnya tinggal menunggu hitungan hari sebagai terpidana hukuman mati.

Ibadah puasa tahun ini menjadi yang keempat kalinya bagi Halim Nasution alias Alem (68) warga asal Tanjungbalai, Asahan menjalani bersama narapidana lainnya di Lapas Kelas IA Tanjung Gusta, Medan.

Halim yang telah divonis hukuman mati pada 2015 lalu akibat terlibat peredaran sabu seberat 20 kg dengan pasal Narkotika pasal 113 ayat (2), pasal 132 ayat (1) UU RI No.35 tahun 2009.

Saat dijumpai Tribun, penampilan Halim tampak lebih tenang dengan mengenakan baju koko dan kopiah putih, Minggu (12/5/2019).

Pertama kali berbincang, Halim menjelaskan dirinya saat ini sudah bertugas sebagai Tamping Lapas (Narapidana yang dipercaya dan seolah dipekerjakan di Lapas) di Masjid At-taubah Lapas Tanjung Gusta.

"Awal mulanya, sebelum saya ditempatkan Medan. Saya udah niat kemanapun saya di kirim saya akan cari Masjid dan akan menjadi pengurusnya. Karena waktu di Tanjungbalai saya ibadah diawasi, cara gerak ibadah saya dibatasi. Salat Jumat saja saya ga dikasih keluar. Saya maklum, mereka tidak berani memberi kebebasan karena saya terpidana hukuman mati," tuturnya.

 

Gelar Razia Penyakit Masyarakat, Polsek Pancurbatu Amankan 3 Pasangan Bukan Suami Istri

Anggota DPRD Diculik, Junimart Girsang: Boydo Dipukuli di Tempat yang Gelap. .

Waisak Fair 2019 Dimeriahkan dengan Kontes Abang-None,Putra Putri Satya, Bazar dan Hiburan

Gunung Sinabung KembalI Erupsi hingga Terlihat Titik Api, PVMBG Minta Warga Gunakan Masker

Halim menuturkan tugasnya di Masjid yaitu mempersiapkan akan masuknya salat dan mengajar untuk mengaji bagi para narapidana baik yang tua dan muda.

"Di bulan Ramadan ini saya juga punya tugas tambahan itu membagikan takjil bagi narapidana di Masjid," tuturnya.

Ia mengakui waktu hidupnya yang tidak akan lama sempat membuatnya depresi, namun hal itu baginya tidak mengurangi waktu untuk dirinya dekat dengan Allah.

 

Djarot Ungkap Kejamnya Perlakuan Soeharto Terhadap Makam Bung Karno, Sengaja Ciptakan Suasana Angker

Pelatih Yakin Marcus/Kevin Tak Hilang Motivasi Jelang Piala Sudirman 2019

Pelatih Yakin Marcus/Kevin Tak Hilang Motivasi Jelang Piala Sudirman 2019

"Gimanalah ya saya sebutnya, pasti rasanya sedih ya pasti itu tidak bisa saya pungkiri. Tapi dalam segi ibadah, tak ada halangan, biasa aja. Karena Alhamdulilah ini sudah tahun keempat ini tetap menjalankan puasa," tutur Halim.

Ia mengungkapkan bahwa hal positif yang didapatnya setelah masuk menjadi narapidana memiliki waktu yang lebih banyak untuk menjalankan rukun Islam.

"Sebelum jadi napi, jujur salat dan puasa itu ya cuma diusahakan ajalah, dapat sholat 2 waktu itu pun udah hebat kali. Sesudah jadi napi ini adalah bedanya. Waktu sholat ini lebih efektif, lebih dari 5 waktu justru kadang kita tambah. Insyaallah lebih baik, positif," jelasnya.

Badan Narkotika Nasional Tangkap Pengedar 200 Kilogram Sabusabu Asal Pekanbaru di Bekasi

Mengenal Thomas, Lokomotif Uap Zaman Belanda di Pabrik Gula Poerwodadie

Bahkan tak tanggung-tanggung, Halim mengakui bahwa selama 4 tahun di dalam Lapas dirinya tak pernah sekalipun bolong dalam menjalankan puasa.

"Alhamdulliah kalau kendala saya akui tidak ada. Itulah kelebihan disini, sahur dan buka disini disediakan. Kita terima bersih saja. Lebih tenang di sini. Lebih praktis, tak perlu memikirkan ekonomi. Bahkan saya enggak pernah batal, selama 4 tahun, Allah beri kesehatan terus," tegasnya.

Bahkan di dalam penjara, Halim mengaku sekarang ini tidak memusingkan THR apa yang akan diberikan pada anak dan istrinya.

"Memang kalau secara hukum Islam, saya lebih tenang di sini. Pertama, saya tidak perlu pikirkan banyak hal, keluarga, THR, uang lebaran, uang belanja. Jadi full beribadah, paling mikirin sehat saja," cetusnya sambil tertawa.

Bahkan ia mengakui bahwa menu yang disediakan pihak Lapas juga tidak sembarangan, karena dalam seminggu biasanya diberikan menu daging dan ikan berganti-gantian.

Hal yang paling disyukuri Halim dari Bulan Ramadan di 2019 bahwa para narapidana semakin ramai untuk hadir salat di Masjid.

"Alhamdulilah ya, seperti biasa ya. Tahun-tahun lalu pun juga, hanya tahun ini semakin ramai ya, Masjid kita makin besar jemaat makin banyak ya dari yang biasanya tidak terlalu ramai," tuturnya.

Menjalani 4 tahun dengan ketidakpastian kapan dirinya akan dieksekusi memang membuat Halim terus bersyukur setiap harinya menjalani aktivitas.

Bahkan Halim pernah mencoba untuk meminta amnesti kepada Presiden untuk bisa dilepaskan dari hukuman mati karena memang sudah berubah dari dirinya yang dulu.

Doa dan harapan kita diberi kesehatan selalu supaya ibadah lebih tenang dan mudah. Dan harapan semoga Allah memudahkan dan meringankan hukuman saya.

"Kemarin sudah pernah coba untuk bilang sama anak-anak dan istri saya untuk menyurati presiden, saya belum tau sudah atau belum. Selebihnya saya serahkan ke Allah. Saya berharap kepada Allah, saya ini dikasih keringanan hukuman kedepannya oleh Bapak Presiden karena memang saya sudah berjanji untuk berubah kepada Allah dan tidak akan meresahkan masyarakat lagi apabila sudah keluar. Tapi hukuman ini, tidak membuat Ibadah saya terganggu," tegasnya.

Terakhir, terpidana yang akrab disapa Alem ini mengaku hal yang paling ditunggunya dalam satu tahun kalender adalah bisa Salat Id saat Idul Fitri bersama keluarga.

"Dikunjungi itu pastilah, lebaran dikunjungi. Memang menjelang Idul Fitri kalau saya ingat dulu sebeluk di sel ada sedihlah. Biasa kumpul sama keluarga, ada cucu. Nanti pas Lebaran mereka selalu datang. Anak saya ada tiga dan istri saya. Hanya ini moment yang terus saya tunggu," tutup Halim.

Sebelumnya, Halim merupakan warga binaan Lapas Muara Sentosa, Tanjung Balai.

Ia bersama dua rekannya, Guntur alias Ucok dan dan Didit Prayetno alias Wak Men, dijatuhi hukuman mati di PN Tanjung Balai, 23 September 2015.

Pada putusan Pengadilan Tinggi, Majelis Hakim kembali menguatkan putusan PN dan pada Putusan MA, Majelis Hakim tidak dapat menerima permohonan Kasasi dari pemohon Kasasi II.

(vic/tribunmedan.com)

Berita Terkini