Ramadan 1444 H

3 Menu Berbuka Puasa yang Digemari Masyarakat Medan, Ternyata Punya Makna Ini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Deretan pedagang Serabi didepan jalan raya tepatnya di Jalan Brigjend Katamso dekat Jalan Avros (depan kantor Rispa atau Museum Perkebunan Indonesia). (Tribun Medan/Husna Fadilla)

Varian kolak yang lain adalah kolak dari ubi jalar. Dalam bahasa jawa, ubi jalar disebut telo pendhem yang artinya memendam dan mengubur.

Orang yang menyantap kolak dari ubi jalar, diharapkan mengubur kesalahan-kesalahannya, mengubur dendam, dengki, dan tidak melakukannya lagi.

2. Bubur Pedas

Bubur pedas di Masjdi Al-Osmani (TRIBUN MEDAN/DIAN)

Salah satu kuliner khas Medan yang begitu melekat di kalangan masyarakat Melayu Deli ialah bubur pedas.

Makanan yang cukup populer terutama pada bulan Ramadhan ini memiliki cita rasa yang khas dan menyehatkan karena komposisinya yang terdiri dari ubi, dedaunan, dan rempah-rempah.

Seporsi bubur pedas sudah mencakup karbohidrat, protein, vitamin, dan serat yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Bubur pedas merupakan sajian khas lingkungan Kesultanan Deli. Sejak tahun 1909, dibawah kepemimpinan Tuanku Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alam Syah, bubur pedas mulai disajikan sebagai santapan berbuka puasa di lingkungan kesultanan.

Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, bubur pedas kini bisa dikonsumsi oleh kalangan manapun.

Didaerah lain bubur pedas bermakna sebagai bentuk silaturahmi, sebab dari pembuatannya yang melibatkan banyak orang dan dari bahan baku yang beragam, menyimbolkan ragam suku.

3. Serabi

Serabi khas Minangkabau yang dipajang di steling gerobak sorong dan becak di kawasan Kampung Baru, Jalan Brigjen Katamso, tepat di sebalah Kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan, Sabtu (2/5/2020) (Tribun Medan)

Serabi diperkirakan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram. Dessert ini bisa juga menjadi takjil atau santapan berbuka puasa (iftar) karena rasanya yang manis dan lezat.

Dibalik kelezatan cemilan serabi ternyata memiliki filosofi yang menarik.

Ada berbagai versi yang menemukan bahwa serabi berasal dari mana. Antara lain berasal dari kata surabi, dengan asal kata sura yang artinya besar. 

Ada juga yang bilang serabi aslinya dibawa oleh budaya orang Belanda dalam membuat kue. Selain itu, anggapan mengenai serabi adalah hasil akulturasi dari India dan Indonesia.

Di kota Medan, Tribunners dapat berburu makanan manis ini di Jalan Brigjend Katamso.

(cr26/tribun-medan.com) 

 

 

Berita Terkini